menerima dengan baik. Pada beberapa wanita perubahan menstruasi merupakan alasan utama untuk menghentikan penggunaan DMPA.
44
Pada akseptor KB suntik DMPA dengan gangguan menstruasi berupa amenorea disebabkan oleh progesteron dalam komponen DMPA menekan
Luteinizing Hormone LH. Meningkatnya DMPA dalam darah akan menghambat LH , perkembangan folikel dan ovulasi selama beberapa bulan. Selain itu, DMPA
juga mempengaruhi penurunan Gonadotropin Releasing Hormone GnRH dari hipotalamus yang menyebabkan pelepasan Follicle Stimulating Hormone FSH dan
Luteinizing Hormone LH dari hipofisis anterior berkurang. Penurunan FSH akan menghambat perkembangan folikel sehingga tidak terjadinya ovulasi atau
pembuahan.
10
Pada pemakaian DMPA menyebabkan endometrium menjadi lebih dangkal dan atropis dengan kelenjar- kelenjar yang tidak aktif sehingga membuat
endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.
11
5.2.4. Hubungan Jenis Kontrasepsi Terhadap Kejadian Spotting
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi kejadian spotting menstruasi pada akseptor kontrasepsi kombinasi yaitu 26,2 dan akseptor
kontrasepsi progestin yaitu 6,2. Tabel 4.19
Universitas Sumatera Utara
10 20
30 40
50
Kombinasi Progestin
K e
ja d
ia n
S p
o tt
in g
i
Jenis Kontrasepsi
Spotting Tidak Spotting
Universitas Sumatera Utara
5 10
15 20
25 30
35 40
Lama Penggunaan
1 tahun Lama
Penggunaan 1 tahun
P o
la M
e n
st ru
a si
Lama Penggunaan
Pola Menstruasi Teratur
Pola Menstruasi Tidak Teratur
Universitas Sumatera Utara
5 10
15 20
25 30
35
Lama Penggunaan 1 tahun
Lama Penggunaan 1 tahun
La m
a M
e n
st ru
a si
Lama Penggunaan
Lama Menstruasi Terganggu
Lama Menstruasi Tidak Terganggu
Universitas Sumatera Utara
penggunaan kontrasepsi terhadap gangguan lama menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
RP gangguan lama menstruasi pada akseptor dengan lama penggunaan ≤ 1 tahun dan 1 tahun adalah 1,53 dengan 95 CI: 1,17-2,03. Artinya, ibu PUS dengan
lama penggunaan 1 tahun kemungkinan beresiko mengalami gangguan lama menstruasi 1,53 kali lebih besar dibandingkan lama penggunaan ≤ 1 tahun.
Lama menstruasi adalah periode menstruasi dihitung berdasarkan jumlah hari tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai
mulainya menstruasi berikutnya. Lama menstruasi dibagi menjadi 4 yaitu polimenorea apabila panjang siklus kurang
dari 21 hari, normal apabila panjang siklus antara 21 – 35 hari, oligomenorea apabila panjang siklus antara 36 – 90 hari dan amenorea apabila panjang siklus lebih dari 90
hari.
19
Berdasarkan penelitian Agustina di Purwodadi didapatkan bahwa antara lama pemakaian DMPA berhubungan dengan lama menstruasi.
45
Semua sistem kontrasepsi progesteron mengubah pola menstruasi, tetapi mekanisme yang mendasari gangguan
menstruasi ini masih belum banyak dipahami. Pada sebagian besar pemakai, terjadi insiden bercak darah yang tidak teratur dan sedikiti atau perdarahan diluar siklus
kadang- kadang berkepanjangan dan kadang- kadang dengan oligomenorea atau bahkan amenorea. Sebagian besar wanita mengalami penurunan volume darah total
perbulan karena kehilangan darah.
44
Terhadap jumlah darah haid, pemakaian DMPA memberikan pengaruh berkurangnya darah haid hingga 50 – 70 terutama pada hari pertama dan kedua.
Universitas Sumatera Utara
5 10
15 20
25 30
35 40
Lama Penggunaan 1
tahun Lama
Penggunaan 1 tahun
S ik
lu s
M e
n st
ru a
si
Lama Penggunaan
Siklus Menstruasi Terganggu
Siklus Menstruasi Tidak Terganggu
Universitas Sumatera Utara
lama penggunaan 1 tahun kemungkinan beresiko mengalami gangguan siklus menstruasi 1,49 kali lebih besar dibandingkan lama penggunaan ≤ 1 tahun.
Hal ini sejalan dengan penelitian Selvia di Di Rb Kusmahati I Karanganyar bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan jenis kontrasepsi
suntik DMPA dengan kejadian amenorhea. Artinya semakin lama penggunaan KB suntik DMPA maka semakin meningkat kejadian amenorhea.
46
Menurut Prawirohardjo 2005 hormon progesteron mempunyai fungsi diantaranya mempersiapkan organisme untuk menerima suatu kehamilan, jadi
merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Beberapa khasiat hormon progesteron pada masing- masing organ sasaran yang ada di dalam DMPA terhadap
endometrium menyebabkan sekretorik endometrium, dan bilamana progesteron terlalu lama mempengaruhi endometrium maka endometrium menjadi sedikit sekali.
Proses inilah yang menyebabkan terjadinya amenorhea.
47
Pemberian DMPA yang semakin lama atau rutin setiap 3 bulannya akan mempengaruhi estrogen di dalam
tubuh sehingga pengaruh estrogen di dalam tubuh kurang kuat terhadap
endometrium, sehingga endometrium kurang sempurna dan kejadian amenorhea yang semakin bertambah.
11
Pada penggunaan kontrasepsi implan perubahan perdarahan yang terjadi, terutama perdarahan yang lama dan tidak teratur, akan berkurang sejalan dengan
waktu dan masalah akan berkurang pada akhir tahun pertama. Pada tahun pertama pemakaian, 66 mengalami menstruasi tidak teratur dan 7 amenorea. Setelah 3-5
tahun pemakaian, hanya 38 yang mengalami menstruasi tidak teratur.
5
Universitas Sumatera Utara
5 10
15 20
25 30
35 40
Lama Penggunaan 1 tahun
Lama Penggunaan 1 tahun
K e
ja d
ia n
S p
o tt
n g
Lama Penggunaan
Spotting Tidak Spotting
Universitas Sumatera Utara
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Agustina bahwa, ada hubungan antara lama pemakaian depo medroksiprogesteron asetat dengan spoting .
45
Perdarahan dan spotting menurun secara progresif seiring setiap satu kali penyuntikan ulang sehingga
setelah lima tahun, 80 pengguna menjadi amenorhea. Suntikan DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, spotting dan amenorhea dibanding dengan NET-EN.
11
Pada akseptor pil juga dapat terjadi spotting. Penyebabnya bukan oleh terlalu lamanya fungsi ovarium tertekan oleh kontrasepsi hormonal, melainkan karena efek
langsung kontrasepsi hormonal terhadap endometrium. Komponen gestagen terbukti sebagai penyebab spotting. Pada umunya perdarahan bercak terjadi pada permulaan
penggunaan pil, dan jarang ditemukan pada penggunaan jangka panjang.
13
Berdasarkan teori pada penggunaan suntik kombinasi juga ditemukan perdarahan spotting, begitu juga dengan suntik progestin dan implan sering ditemukan
perdarahan tidak teratur berupa spotting.
5
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan