menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan penggunaan obat epilepsi dan tuberkulosis. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi 1,3 per 100.000
perempuan pertahun.
14
2.2.5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR dengan Progestin
AKDR merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang menggantung sampai liang vagina, hal
ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh akseptor sendiri. AKDR mulai dikembangkan di Polandia tahun 1909, yaitu ketika Richter membuat suatu alat
kontrasepsi dari benang sutra tebal yang dimasukkan ke dalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang dengan dibuatnya cincin perak yang dimasukkan ke dalam
rahim. Pada tahun 1962 dr. Lippes membuat AKDR dari plastik yang disebut lippes loop. Pada 1969 AKDR telah ditambahkan dengan kawat tembaga selanjutnya
dikenal AKDR yang mampu melepas progesteron. Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang megandung Progesteron dari Mirena berupa
levenorgestrel.
5,9
a. Cara Kerja
11
Endometrium mengalami transformasi yang irreguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi. Mencegah terjadinya konsepsi dengan mencegah pertemuan
ovum dengan sperma. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dengan menginaktifkan sperma.
b. Efektivitas
5
AKDR progesteron sangat efektif dalam mencegah kehamilan, yaitu 0,5 - 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Keuntungan
Efektif dengan proteksi jangka panjang satu tahun. Tidak mengganggu hubungan suami istri dan tidak berpengaruh terhadap produksi ASI. Kesuburan akan
segera kembali stelah AKDR diangkat dan efek samping sistemik yang sangat kecil. Selain itu kontrasepsi AKDR progesteron dapat mengurangi nyeri menstruasi
dismenorea, dan dapat mengurangi jumlah darah menstruasi. Dapat digunakan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen, untuk pencegahan
hiperplasia endometrium. Tidak mengurangi kerja obat tuberkulosis ataupun obat epilepsi, karena AKDR progesteron mempengaruhi endometrium.
14,15
d. Kerugian
Diperlukan pemeriksaam dalam penyaringan infesi genitalia sebelum penggunaan AKDR dan pemasangannya relatif mahal. PUS tidak dapat
menghentikan sendiri sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea. Dapat terjadi perforasi uterus
pada saat insersi 11000 kasus dan kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi. Bertambahnya resiko penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan
infertilitas. Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada penggunaan jangka panjang sehingga dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Dapat
memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara. Progestin yang terdapat pada AKDR dapat mempengaruhi hiperlipidemia dan pertumbuhan miom uterus.
5,9
Universitas Sumatera Utara
2.2.6. Patofisiologi Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Endometrium
Semua organ tubuh wanita yang dipengaruhi oleh hormon seks tertentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ
tersebut akan terjadi perubahan-perubahan tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh dosis, jenis hormon dan lama penggunaannya. Organ yang paling terpengaruh oleh
kontrasepsi hormonal adalah endometrium, miometrium, serviks dan payudara.
9
Endometrium merupakan bagian dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri dengan miometrium. Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron,
maka endometrium dimatangkan dan kemudian akan terlepas secara teratur setiap bulannya sebagai menstruasi. Pil Kontrasepsi banyak digunakan dalam upaya
keluarga berencana. Jenis pil yang dipakai serupa, merupakan kombinasi estrogen dan progesteron. Fase proliferasi akan diperpendek, sehingga kelenjar dan stroma
tidak tumbuh sempurna. Ketidaksempurnaan ini dibawa terus pada fase sekresi, dimana siklus kerja hormon juga mengalami gangguan. Studi histologiknya pada
endometrium tidak menunjukkan struktur endometrium yang sesuai dengan hari siklus menstruasi.
Pembuluh darah mengecil tidak berkelok. Tahapan gangguan pertumbuhan ini makin lama makin nyata, sehingga struktur endometrium yang atrofi ditemukan. Pada
waktu ini stroma endometrium tipis dengan sel tersusun padat. Kelenjar bentuk tubulus terletak berjauhan dengan epitel kuboid selapis tanpa aktifitas sekresi.
Pada pemberian kontrasepsi memakai hormon progesteron, maka gambaran endometrium akan serupa dengan pemberian pil. Reaksi endometrium yang
tergantung kepada lama, intensitas dan jenis rangsangan hormon yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Siklus pertumbuhan endometrium akan normal kembali setelah pemberian kontrasepsi dihentikan.
16
2.3. Menstruasi
Menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi ini merupakan peristiwa yang dialami
setiap perempuan. Seorang perempuan yang pertama kali mendapat menstruasi adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan.
17
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan deskuamasi dari endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal
dan dianggap sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari.
18
2.3.1. Menstruasi Normal
Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis-pancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan
endrogen uterus-endometrium dan alat seks sekunder. Pola menstruasi merupakan suatu siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal. Pada umumnya
menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama lebih kurang 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit
dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke- 2 atau ke-3 dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Panjang siklus
menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus menstruasi
19, 20
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Fisiologi Menstruasi
Menstruasi normalnya terjadi setiap 21-35 hari 28 hari merupakan siklus yang khas dan berlangsung antara 2-7 hari. Selama menstruasi, sekitar 50
merupakan darah, sisanya terdiri dari fragmen jaringan endometrium dan lendir. Endometrium disekresikan secara kimia untuk mencegah pembekuan darah dan
memudahkan aliran darah dari serviks ke dalam saluran vagina. Darah yang hilang saat menstruasi sekitar 35-45 ml. Menurut Sadler dkk 2007, hilangnya 20-60 ml
masih diterima, namun kerugian yang melebihi 80 ml dapat menyebabkan anemia yang akan membutuhkan pengobatan.
22
Sherman dan Korenman menemukan variasi bahwa dalam kehilangan darah terjadi ketika perempuan mengalami anovulatori siklus berikutnya di mana
periodenya sering ringan. Meskipun memiliki fisiologi yang sama, tidak ada dua perempuan memiliki siklus menstruasi yang sama. Ada banyak penyebab variasi
dalam siklus menstruasi dari onset menstruasi menarche, untuk penghentian saat menopause.
23
Siklus menstruasi dikendalikan oleh kelompok hormon, terutama estrogen dan progesteron. Mereka dilepaskan siklus dari indung telur selama masa reproduksi di
bawah kendali dari dua hipofisis anterior hormon gonadotropin, Follicle-stimulating hormone FSH dan Lutenizing hormon LH. Di bawah pengaruh hormon ini,
perubahan terjadi pada endometrium dinding rahim di seluruh siklus menstruasi. Menstruasi dianggap mulai pada hari pertama dari siklus berikut yang selama periode
sekitar 5 hari, superfisial lapisan dinding rahim, endometrium, secara bertahap meninggalkan gudang basal lapisan bawah.
19
Dari hari ke 5 sampai hari ke-14 yang
Universitas Sumatera Utara
khas 28-hari siklus dikenal sebagai proliferasi fase, di bawah pengaruh estrogen yang meningkat, folikel berkembang, sel-sel dalam lapisan basal mulai bertambah
banyak untuk penebalan progresif dan meningkatkan vaskularisasi dari lapisan endometrium yang baru.
23
Ovulasi biasanya terjadi pada titik tengah dari suatu 28-hari siklus, atau 14 hari sebelum onset menstruasi terlepas dari panjang siklus. Fase berikutnya ini
dikenal sebagai fase sekresi estrogen dimana terus mempromosikan pengembangan endometrium. Progesteron juga dilepaskan untuk membantu mempersiapkan
endometrium untuk menerima sel telur yang akan dibuahi. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum berdegenerasi dan pengurangan pasokan estrogen secara
tiba-tiba ini mendorong mulainya menstruasi. Meskipun memiliki fisiologis yang hampir sama, namun variasi yang sangat besar dapat terjadi antara naik dan turunnya
siklus menstruasi.
10, 23
a. Siklus Ovarium
a.1. Fase Folikuler
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam
ovarium. Satu folikel berkembang menjadi folikel de Graf. Folikel terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel
granulosa mensintesis progesteron selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang
mengelilinginya. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH dari hipotalamus.
24
Universitas Sumatera Utara
a.2. Fase Luteal
Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraf, lapisan granulosa
menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil
estrogen dan progesteron yang makin lama semakin meningkat.
24
b. Siklus Endometrium