mengalami pola menstruasi tidak teratur dan amenorea dengan lama pemakaian kurang dari 1 tahun dan 2 akseptor pil lainnya pernah mengalami spotting dengan
lama pemakaian lebih dari 1 tahun.
1.2. Rumusan Masalah
Belum diketahuinya hubungan jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai
Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2014.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan jenis dan lama penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan
Denai tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi responden menurut karakteristik akseptor KB hormonal
di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
b. Mengetahui distribusi responden menurut jenis dan lama penggunaan
kontrasepsi hormonal di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
tahun 2014.
c. Mengetahui hubungan jenis kontrasepsi hormonal terhadap gangguan pola
menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
d. Mengetahui Ratio Prevalence kejadian gangguan pola menstruasi berdasarkan
jenis kontrasepsi hormonal.
Universitas Sumatera Utara
e. Mengetahui hubungan jenis kontrasepsi hormonal terhadap gangguan lama
menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
f. Mengetahui
Ratio Prevalence kejadian gangguan lama menstruasi
berdasarkan jenis kontrasepsi hormonal. g.
Mengetahui hubungan jenis kontrasepsi hormonal terhadap gangguan siklus menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
tahun 2014. h.
Mengetahui Ratio Prevalence
kejadian gangguan siklus menstruasi berdasarkan jenis kontrasepsi hormonal.
i. Mengetahui hubungan jenis kontrasepsi hormonal terhadap kejadian spotting
pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014. j.
Mengetahui Ratio Prevalence kejadian spotting berdasarkan jenis kontrasepsi hormonal.
k. Mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap
gangguan pola menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
l. Mengetahui Ratio Prevalence kejadian gangguan pola menstruasi berdasarkan
lama penggunaan kontrasepsi hormonal. m.
Mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap gangguan lama menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan
Medan Denai tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
n. Mengetahui
Ratio Prevalence kejadian gangguan lama menstruasi
berdasarkan lama penggunaan kontrasepsi hormonal. o.
Mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap gangguan siklus menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan
Medan Denai tahun 2014. p.
Mengetahui Ratio Prevalence
kejadian gangguan siklus menstruasi berdasarkan lama penggunaan kontrasepsi hormonal.
q. Mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap
kejadian spotting pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
r. Mengetahui Ratio Prevalence kejadian spotting berdasarkan lama penggunaan
kontrasepsi hormonal.
1.4. Manfaat
1.4.1. Sebagai informasi bagi institusi terkait tenaga kesehatan dan BKKBN untuk memberikan masukan guna meningkatkan kualitas pelayanan KIE bagi PUS.
1.4.2. Sebagai pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan penulis dalam melakukan penelitian tentang dampak penggunaan
kontrasepsi hormonal terhadap akseptor dan hubungan jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan gangguan menstruasi.
1.4.3. Sebagai referensi bagi perpustakaan FKM USU dan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Program Keluarga Berencana
2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut WHO 1970 Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Pengertian Keluarga Berencana secara khusus adalah pencegahan konsepsi
atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan sperma dan sel telur pada saat berhubungan seksual.
8
2.1.2. Sejarah Program Keluarga Berencana
Upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orang- orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad
XIX di Inggris. Hal tersebut sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai digunakannya alat-alat kontrasepsi yang
memenuhi syarat medis. Maka dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad modern dengan tujuan dan sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya
mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilankelahiran saja.
9
Di Inggris dikenal Marie Stopes 1880-1950 yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger
8
Universitas Sumatera Utara
pelopor KB modern. Pada tahun 1952 Margareth Sanger meresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation IPPF. Sejak saat itu berdirilah
perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana diseluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang IPPF tersebut. Program KB ini dirintis sejak
tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN.
9, 10
2.1.3. Visi dan Misi Program Keluarga Berencana
5
a. Visi Program Keluarga Berencana
Visi program Keluarga Berencana Nasional adalah untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
b. Misi Program Keluarga Berencana
Misi program keluarga berencana diantaranya yaitu: 1 memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil yang berkualitas, 2 menggalang
kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, 3 meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, 4 meningkatkan
promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, 5 meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
melalui program Keluarga Berencana, dan 6 mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Metode Keluarga Berencana
Secara garis besar metode KB dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, yang pertama metode sederhana seperti metode kontasepsi tanpa alat metode kalender,
metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simpto-termal, Coitus interruptus, dan metode kontrasepsi dengan alat kondom dan Spermisid.
Sedangkan metode yang kedua adalah metode modern seperti kontrasepsi hormonal per-oral, suntikan, implant, Intra Uterine Devices IUD,AKDR, dan kontrasepsi
mantap.
5, 11
2.2. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat
estrogen dan progesterone. Estrogen yang terdapat dalam kontrasepsi bekerja dengan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovariium, menghambat
perjalanan ovum atau implantasi. Sedangkan progesteron bekerja dengan cara membuat lendir serviks lebih kental, sehinggga penetrasi sperma menjadi sulit.
12
2.2.1. Jenis Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang
terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron asetat depo MPA, jenis hormonnya
adalah jenis progesteron alamiah. Kebanyakan kontrasepsi hormonal diberikan secara oral kontrasepsi oral. Sediaan yang mengandung progesteron saja dapat berupa pil,
Universitas Sumatera Utara
depo dalam bentuk suntik, AKDR, implant susuk. Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron saja adalah minipil. Saat ini telah tersedia jenis kontrasepsi
suntik yang mengandung estrogen dan progesteron.
9, 13
Hormon-hormon yang terkandung dalam kontrasepsi yaitu:
9
a Estrogen Sintetik
Estrogen alamiah estradiol jarang digunakan karena jenis cepat diserap oleh usus dan mudah dihancurkan oleh hati. Agar tidak mudah hancur maka
ditambahkan gugusan etinil sehingga terbentuk jenis estrogen sintetik yaitu etinilestradiol. Hormon sintetik estinilestradiol ini sering dipakai untuk
kontrasepsi hormonal. b
Progesteron gestagen sintetik Progesteron gestagen sintetik berasal dari turunan progesteron dan
testosteron. Jenis-jenis yang sering dipakai seperti noristeron, DL- norgestimat, klormadinon asetat KMA, siproseton asetat SPA, medroksi
progesteron asetat MPA, mifepriston dan danazol.
2.2.3. Kontrasepsi Pil
Terdapat begitu banyak jenis pil kontrasepsi yang beredar di pasaran seluruh dunia, tetapi pada dasarnya hanya dua jenis pil KB, yakni pil kombinasi COCs,
Combined Oral Contraseptives dan pil yang hanya berisi progestin atau sering disebut minipill. Dulu dikenal pil sekuensial, tetapi karena efek sampingnya yang
banyak, sekarang telah ditarik dari peredaran. Dua steroid utama dalam pil KB adalah estrogen dan progestin. Sejak peluncurannya di tahun 60-an, dosis kedua jenis
Universitas Sumatera Utara
hormon ini mengalami penurunan yaitu kurang lebih 150 g estrogen dan 10 mg
progestin, menjadi 30 g dan 150 g.
10
a. Pil Kombinasi
Pil oral kombinasi POK merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron. Estrogen bekerja primer untuk membantu
pengaturan hormon releasing factors di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan
endometrium. Progesteron bekerja primer menekan dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu diniprematur dari ovarium,
serta juga merangsang perkembangan dari endometrium.
11
a.1. Jenis Pil Kombinasi
5, 9, 10
1. Pil Monofasik
Pil kombinasi yang paling banyak digunakan adalah pil monofasik yang berarti pil tersebut berisi estrogen dan progesteron dalam jumlah sama selama 21 hari
waktu penggunaan pil, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, mis: Brevinor, Eugynon 30, Femodane, Leostrin 30, Mervelon, Mercilon, Minulet, Ovranette, Ovysmen,
Ovran, Ovran 30, Norinyl-1, Yasmin. 2.
Pil Bifasik Pil ini adalah pil 21 hari yang berisi estrogen dalam jumlah sama selama
penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progestogen berbeda di dalamnya. Biasanya pil ini diberi kode dengan warna berbeda, mis: Bi Nouvum. Pada
bifasik hanya estrogen dulu yang bekerja menekan sekresi gonadotropin, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
pada monofasik estrogen dan progesteron bekerja bersama-sama. Sehingga pada sekuensial ini pengentalan lendir serviks kurang begitu baik sehinga tetep saja terjadi
penetrasi sperma. Jenis ini biasanya digunakan dalam pengobatan karena efek samping penggunaan hormonal baik amenorea, metroaragi dan menoragi.
3. Pil Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogenprogestin dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
a.2. Mekanisme Kerja