menggunakan kontrasep kesuburan dapat terjamin
5.1.2. Pendidikan
Berdasarkan has pendidikan yaitu tidak se
tamat SMPsederajat 7,6 Tinggi 15,7.
Gambar 5.2. Diagram Pendidikan
2014
Hasil penelitian responden adalah tama
penelitian Riyanti, dkk, 37,6.
39
Semakin ting wawasannya sehingga ak
dirinya. Pengetahuan ya berdampak pada pemili
16 10
sepsi yang memiliki reversibilitas tinggi, artinya in.
11
hasil penelitian proporsi ibu PUS menurut k sekolah tidak tamat SD yaitu 1,4, tamat SDs
7,6, tamat SMAsederajat 65,2, sedangkan tam
m Pie Distribusi Responden Berdasarkan K ikan di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan De
an menunjukkan bahwa pendidikan yang bany mat SMA sederajat yaitu 65,2. Hal ini se
dkk, pendidikan yang banyak ditempuh responden tinggi tingkat pendidikan seseorang akan se
akan mudah dalam menerima informasi yang be n yang didapatkan oleh seseorang tentang metode
ilihan jenis alat kontrasepsi. Bagi sebagian aks
65 10
8 1
Tamat SMA sederajat Tamat Perguruan
Tinggi Tamat SD sederajat
Tamat SMP sederajat Tidak Sekolah Tidak
Tamat SD
nya kembalinya
ut karakteristik Dsederajat 10,
tamat Perguruan
Karakteristik an Denai Tahun
nyak ditempuh sejalan dengan
en adalah SMA semakian luas
bermanfaat bagi tode kontrasepsi
n akseptor dapat
Tamat SMA sederajat
Tamat SD sederajat Tamat SMP sederajat
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD
Universitas Sumatera Utara
65 24
8 3
Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
PNS Pegawai Swasta
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Jumlah Anak
Berdasarkan hasi PUS yang memiliki anak
anak ≥ 3 orang 54,8.
Gambar 5.4. Diagram Kelurahan
Hasil penelitian jumlah anak ≥ 3 orang
sebesar 50,6 responde umur antara 20-35 tahun
jumlah anak 2 orang dan
5.1.5. Jenis Kontrasep
Berdasarkan hasi jenis kontrasepsi hormo
24,3, suntik 3 bulan dengan proporsi 11,4.
45
hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi jum nak 1 – 2 orang yaitu 45,2, sedangkan ibu PUS y
.
m Pie Distribusi Responden Berdasarkan Jum ahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
an menunjukkan bahwa sebagian besar responde ng yaitu 54,8. Hal ini sesuai dengan penelitian
ponden memiliki jumlah anak 1 orang.
39
Pada responde hun merupakan periode paling baik untuk melahi
an jarak antara kelahiran 2-4 tahun.
41
epsi
hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi responde onal yaitu kontrasepsi pil 28,1, kontrasepsi s
an 36,2 sedangkan yang menggunakan kontra .
55 45
3 Anak 1-2 Anak
umlah anak ibu US yang memiliki
Jumlah Anak di 2014
ponden memiliki an Riyanti dkk,
sponden dengan ahirkan, dengan
ponden menurut i suntik 1 bulan
kontrasepsi implan
Universitas Sumatera Utara
37
28 24
11 Suntik 3 Bulan
Pil Suntik 1 Bulan
Implan
Universitas Sumatera Utara
52 48
Lama Penggunaan 1 tahun
Lama Penggunaan 1 tahun
Universitas Sumatera Utara
10 20
30 40
50
Progestin Kombinasi
P o
la M
e n
st ru
a si
Jenis Kontrasepsi
Pola Menstruasi Teratur
Pola Menstruasi Tidak Teratur
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p 0,001 p 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis
kontrasepsi hormonal terhadap gangguan pola menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014
RP gangguan pola menstruasi pada akseptor kontrasepsi progestin dan kombinasi adalah 3,07 dengan 95 CI: 2,25-4,19. Artinya, ibu PUS yang
menggunakan kontrasepsi progestin kemungkinan beresiko mengalami gangguan pola menstruasi 3,07 kali lebih besar dibandingkan yang menggunakan kontrasepsi
kombinasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yayuk di BPS Harijati Ponorogo bahwa
ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi dengan pola menstruasi pada akseptor KB suntik DMPA. Sebesar 82 akseptor suntik 3 bulan mengalami pola menstruasi
tidak teratur.
43
Semua sistem kontrasepsi progesteron mengubah pola menstruasi. Pada penggunaan kontrasepsi progesteron yaitu suntik kombinasi sering ditemukan
gangguan perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Sama hal nya dengan kontrasepsi implan, efek samping yang sering terjadi pada pemakaian implan adalah perubahan
pola menstruasi. Perubahan pola menstruasi ini sering ditemukan pada pemakaian kontrasepsi progesteron. Berbeda dengan pemakaian kontrasepsi progestin, pada
pemakain pil kombinasi pola menstruasi menjadi teratur, banyaknya menstruasi menjadi berkurang dan tidak terjadi dismenorea.
5
Universitas Sumatera Utara
5 10
15 20
25 30
35 40
Progestin Kombinasi
La m
a M
e n
st ru
a si
Jenis Kontrasepsi
Lama Menstruasi Terganggu
Lama Menstruasi Tidak Terganggu
Universitas Sumatera Utara
10 20
30 40
50
Progestin Kombinasi
S ik
lu s
M e
n st
ru a
si
Jenis Kontrasepsi
Siklus Menstruasi Terganggu
Siklus Menstruasi Tidak Terganggu
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p 0,001 p 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis
kontrasepsi hormonal terhadap gangguan siklus menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2014
RP gangguan siklus menstruasi pada akseptor kontrasepsi progestin dan kombinasi adalah 2,88 dengan 95 CI: 2,13-3,89. Artinya, ibu PUS yang
menggunakan progestin kemungkinan beresiko mengalami gangguan siklus menstruasi 2,9 kali lebih besar dibandingkan yang menggunakan kontrasepsi
kombinasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Munir di Kecamatan Malang Kabupaten
Tuban bahwa ada hubungan penggunaan kontrasepsi suntik dengan efek samping amenorhoe. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Lesmana bahwa ada hubungan
yang bermakna penggunaan alat kontrasepsi KB suntik dengan gangguan siklus haid di wilayah kerja Puskesmas Rantau Tijang Kecamatan Pugung Kabupaten
Tanggamus Tahun 2012.
45
Berdasarkan teori pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid amenorhoe. Gangguan haid ini biasanya bersifat
sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan dan pada pemakaian kontrasepsi suntik setelah satu tahun biasanya sering tidak mengalami haid atau amenorhoe.
15
Gangguan menstruasi berupa amenorea disebabkan karena progesteron dalam komponen DMPA menekan LH sehingga endometrium menjadi lebih dangkal dan
atropis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Amenorea berkepanjangan pada pemberian progesteron tidak diketahui membahayakan, dan banyak wanita dapat
Universitas Sumatera Utara
menerima dengan baik. Pada beberapa wanita perubahan menstruasi merupakan alasan utama untuk menghentikan penggunaan DMPA.
44
Pada akseptor KB suntik DMPA dengan gangguan menstruasi berupa amenorea disebabkan oleh progesteron dalam komponen DMPA menekan
Luteinizing Hormone LH. Meningkatnya DMPA dalam darah akan menghambat LH , perkembangan folikel dan ovulasi selama beberapa bulan. Selain itu, DMPA
juga mempengaruhi penurunan Gonadotropin Releasing Hormone GnRH dari hipotalamus yang menyebabkan pelepasan Follicle Stimulating Hormone FSH dan
Luteinizing Hormone LH dari hipofisis anterior berkurang. Penurunan FSH akan menghambat perkembangan folikel sehingga tidak terjadinya ovulasi atau
pembuahan.
10
Pada pemakaian DMPA menyebabkan endometrium menjadi lebih dangkal dan atropis dengan kelenjar- kelenjar yang tidak aktif sehingga membuat
endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.
11
5.2.4. Hubungan Jenis Kontrasepsi Terhadap Kejadian Spotting