10. Hal-hal yang dapat dilakukan agar warisan kuliner tersebut tidak punah
adalah .... a.
mengajarkan prosedur pembuatan dan pemasaran beragam makanan itu kepada generasi penerus
b. mengawetkan aneka makanan tersebut kemudian menyimpannya
c. menyepakati peraturan untuk menyajikan kuliner itu hanya pada orang asli
cirebon d.
menolak jenis makanan yang berasal dari daerah lain dan mewajibkan menghidangkan makanan asli Cirebon di segala kesempatan
e. disajikan sebagai makanan sehari-hari
B. Buatlah paragraf kesimpulan dari wacana yang telah Anda baca
Lampiran 2
Contoh Bahan Bacaan
Istana Kematian Gunung Kelir
Komplek Makam Ratu Mas Malang merupakan salah satu situs peninggalan dari Amangkurat I atau Amangkurat Agung yang berada di Desa
Pleret, Kec. Pleret, Kab. Bantul, DIY. Pleret adalah nama sebuah kecamatan di Kab. Bantul, DI Yogyakarta. Letaknya sekitar 7 km ke selatan Kotagede.
Ketenaran Pleret memang kalah dibandingkan kota pengerajin perak tersebut. Namun jangan salah, Pleret ternyata menyimpan kekayaan wisata sejarah yang
unik dan juga menarik. Kekayaan sejarah tersebut tak lepas dari peran Pleret sebagai Ibukota
Kesultanan Mataram Islam saat pemerintahan Amangkurat I. Amangkurat I adalah Raja Mataram Islam Putra dari Sultan Agung Hanyokrokusumo yang
memerintah pada tahun 1646-1677 dan berkraton di Pleret. Walau hanya berselang sekitar 300 tahun, peninggalan di Pleret tak lagi utuh. Namun itu yang
menarik. Sebab hampir semuanya tersembunyi di dalam tanah, menanti untuk ditemukan lagi.
Makam Ratu Mas Malang atau Makam Gunung Kelir dibangun pada tahun 1665 dan selesai pada tanggal 11 Juni 1668 dengan menggunakan bahan
bangunan berupa batu putih untuk dinding dan tembok keliling serta batu andesit untuk nisan. Komplek Makam Ratu Mas Malang terletak dipuncak sebuah bukit
yaitu Gunung kelir. Masyarakat sekitar masih mengkeramatkan makam tersebut, namun kondisi makam kini sudah rusak, yang terutama disebabkan oleh faktor
alam. Banyaknya akar-akar tanaman keras yang merusak tembok makam. Untuk menuju makam ini, kita akan mendapatkan sebuah tantangan.
Sebab untuk menuju makam tidak terdapat jalan yang beraspal. Kita akan berjalan melewati bebatuan dan tanah. Ketika melewati jalan ini kita akan terasa
mendakigunung, sebab jalan yang kita lewati ialah jalan yang menanjak. Jalur jalanya tidak begitu jelas, arah petunjuk jalanya tidak ada. Di sekelilingnya hanya
pohon-pohon yang berdiri tegap yang selalu setia mengisi bukit. Kondisi makamya sangat memprihatikan sebab tembok-tembok yang
mengelilingi makam sudah miring. Lumut-lumut sudah banyak yang tumbuh
seakan menjadi penghuni tembok-tembok ini. Selain dihuni oleh lumut-lumut di tembok pagar makam ini juga terdapat banyak ukiran-ukiran wayang. Kondisi
ukiran-ukiran wayang ini sangat memprihatinkan ketika dilihat oleh kedua mata kita gambarnya tidak begitu jelas disebabkan sudah tertutupi oleh lumut-lumut
yang menghuni tembok ini. Makam ini memang tidak diperhatikan oleh pemerintah salah satu sebab makam ini sangat tidak terawat.
Sumber:httpinfojogja.com, edisi 13 Januari 2014