Bentuk Pelayanan Dalam Pengamanan Demonstrasi Kenaikan Harga

1. legalitas, yaitu setiap kebijakan dan tindakan kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan 2. kewajiban, yaitu petunjuk kepada kewajiban umum Kepolisian untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan menempatkan kepentingan umum sebagai dasar bertindak; 3. preventif, yaitu tolak ukur keberhasilan Kepolisian tidak hanya didasarkan pada intensitas tindakan penegakan hukum dan jumlah perkara pidana yang diselesaikan; 4. partisipasi, yaitu keikutsertaan masyarakat dalam tugas-tugas Kepolisian berkaitan dengan tangkal, cegah, penegakan hukum terbatas sesuai dengan undang-undang; 5. subsidiaritas, yaitu memberi peluang kepada Polri untuk mengambil prakarsa dan tindakan pertama pelayanan masyarakat pada saat penanggung jawab teknisnya belum ada; 6. mengutamakan pencegahan, yaitu suatu sikap dan pandangan yang dilandasi pemikiran bahwa pencegahan lebih baik daripada pemberantasanpenindakan; 7. proaktif, yaitu pelaksanaan tugas operasional Polri tidak menunggu sasaran yang akan dihadapi, akan tetapi secara aktif berusaha untuk menemukan permasalahan yang akan dijadikan sasaran tugas; 6 6 Pasal 2 Peraturan kapolri No. 3 tahun 2009 Tentang Sistem Operasional Negara Kepolisian Negara Republik Indonesia 8. kenyal, yaitu pelaksanaan tugas di lapangan harus luwes, mampu mengidentifikasi dan mengadaptasi setiap gejala dan masalah yang berkembang dalam masyarakat; 9. menjunjung tinggi hak asasi manusia dan tidak diskriminatif, yaitu setiap anggota Polri wajib menghormati dan menjunjung tinnggi hak asasi manusia dan perlakuan yang sama pada setiap orang yang dilayani; 10. kerahasiaan, yaitu segala sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah pimpinan harus dirahasiakan; 11. integratif, yaitu melibatkan beberapa fungsi Kepolisian dan unsur-unsur diluar Polri yang dilandasi sikap saling memahami peran masing-masing; 12. proporsional, yaitusegala upaya dan tindakan yang diambil harus seimbang dengan tugas, sasaran dan target operasi; 13. efektif dan efisien, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan keseimbangan yang wajar antara hasil yang akan dicapai dengan upaya sarana dan anggaran yang digunakan; 14. transaparansi, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan secara jelas dan terbuka; dan 15. akuntabilitas, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan harus dipertanggungjawabkan. 7 7 Pasal 2 Peraturan kapolri No. 3 tahun 2009 Tentang Sistem Operasional Negara Kepolisian Negara Republik Indonesia Dapat dilihat dari banyaknya asas dan prinsip dari sistem operasional kepolisian Negara Republik Indonesia, menunjukan bahwa keseriusan Kepolisian dalam menjalankan tugas yang diberikan kepadanya agar dapat mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia seperti yang tertera didalam UU Kepolisian. Sebelum melaksanakan kegiatan Penanggulangan Huru Hara yang kemudian disingkat menjadi PHH, Kepala Detasemen PHH memberikan Acara Pimpinan pasukan kepada seluruh anggota satuan PHH yang terlibat dengan menyampaikan tentang : 8 1 Gambaran massa yang akan dihadapi oleh satuan PHH antara lain mengenai jumlah, karakteristik, tuntutan dan alat yang dibawa serta kemungkinan yang akan terjadi selama huru-hara; 2 Gambaran situasi objek tempat terjadinya huru-hara; 3 Rencana urutan langkah dan tindakan yang akan dilakukan oleh Satuan PHH; dan 4 Larangan dan kewajiban oleh satuan PHH, antara lain : a Larangan 8 Pasal 15 PERKAP No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-Hara 1 Bersikap arogan dan terpancing oleh perilaku massa 2 Melakukan tindakan kekerasan yang tidak sesuai prosedur 3 Membawa peralatan diluar peralatan PHH 4 Keluar dari ikatan satuan atau formasi 5 Mengucapkan kata-kata kotor, memaki-maki, dan melakukan gerakan – gerakan tubuh yang bersifat pelecehan seksual atau perbuatan asusila, dan atau memancing emosi massa 6 Melakukan perbuatan lainnya yang melanggar peraturan perundanng-undangan 7 Melakukan tindakan tanpa perintah Kepala Detasemen atau Komandan Kompi PHH a Kewajiban 9 1 Menghormati HAM dari setiap orang yang melakukan huru- hara 2 Melayani dan mengamankan pengunjuk rasa sesuai ketentuan 3 Setiap pergerakan pasukan PHH selalu dalam ikatan satuan dan membentuk formasi sesuai ketentuan 4 Melindung jiwa dan harta benda 5 Tetap menjaga dan mempertahankan situasi sampai huru-hara selesai 9 Pasal 16 PERKAP No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-Hara 6 Bergerak dan bertindak berdasarkan perintah 7 Patuh dan taat kepada perintah Kepala Detasemen PHH secara berjenjang sesuai lingkup tanggung jawab masing-masing Setelah diberikan acara pimpinan untuk mengetahui situasi dan kondisi pendemo nantinya, hal selanjutnya yang perlu diperhatikan oleh anggota satuan II Mako Brimob adalah Susunan kekuatan anggota Sat II Mako Brimob Penanggulangan Huru Hara PHH dalam melaksanakan pengamanan demonstrasi kenaikan harga BBM adalah sebagai berikut : Detasemen C menurunkan sejumlah 200 personel anggota untuk pengamanan yang terdiri dari: 10 Kelompok komando detasemen berjumlah 11 orang meliputi : 11 a Kepala detasemen : 1 orang b Caraka : 1 orang c Komlek : 1 orang d Pengemudi : 1 orang e Provos : 6 orang f Baminlog : 1 orang Satu kompi PHH terdiri dari 3 kompi PHH meliputi : 10 Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas Detasemen C Satuan II Pelopor pada kegiatan pengamanan unjuk rasa penolakan kenaikan BBM dan Kenaikan Upah Buruh di Polda Metro Jaya Tanggal 26 November 2014 11 Wawancara Pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 a Tiga Kelompok Komando Kompi 1 kompi = 10 orang berjumlah 30 orang, meliputi : 1 Komandan Kompi : 3 orang 2 Caraka : 3 orang 3 Komlek : 3 orang 4 Pengemudi : 3 orang 5 Juru kamera : 4 orang 6 Pelindung juru kamera : 4 orang 7 Provos : 7 orang 8 Baminlog : 3 orang b Tiga kompi PHH pendesak 1 kompi = 24 orang berjumlah 72 orang, meliputi : 12 a. Satu kompi tameng sekat berjumlah 24 orang b. Satu kompi tongkat sodok berjumlah 24 orang c. Satu kompi tameng pelindung berjumlah 24 orang c Tiga peleton tindak 1 peleton = 24 orang berjumlah 72 orang, meliputi : a. Komandan peleton : 3 orang b. Pelempar atau Penembak gas air mata : 15 orang c. Unit penangkap : 18 orang 12 Wawancara Pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 d. Pemadam api : 10 orang e. Pipper ball : 10 orang f. Kesehatan lapangan : 16 orang d Unsur bantuan berjumlah 72 orang, meliputi : 13 a. 3 unit kendaraan pengurai massa : 12 orang b. 3 unit kawat penghalang massa : 30 orang c. 3 unit kendaraan penarik kawat penghalang massa : 3 orang d. 1 unit kendaraan penyelamat : 2 orang e. 1 unit kendaraan tahanan : 2 orang f. 1 unit kendaraan ambulance : 2 orang g. 3 unit kendaraan penerangan Public address : 6 orang h. 10 unit kendaraan bus AC ukuran sedang : 10 orang i. 5 unit kendaraan truk box sedang : 5 orang Kemudian susunan perlengkapan satuan PHH yang disiapkan oleh satuan II Pelopor Mako Brimob adalah sebagai berikut : 14 13 Wawancara Pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 14 Pasal 1 PERKAP No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-Hara a. Alat Penyemprot Massa flex adalah teknologi impulse pendorong dimana air ditembakkan dari tabung teknologi impulse dengan kecepatan tinggi, yang menghasilkan hentakan atau semprotan yang pendek dan mempunyai daya kejut kuat b. Gas Air Mata adalah suatu zat kimia berupa gas yang menimbulkan efek sesaat yang dapat mengganggu penglihatan, pernapasan dan iritasi kulit namun tidak berbahaya bagi kesehatan c. Tameng sekat adalah alat pelindung yang mempunyai tinggi 160 cm lebar 80 cm, berwarna hitam dan berfungsi melindungi pasukan PHH dari tindakan massa yang melawan hukum d. Tongkat Lecut Hitam adalah tongkat rotan berwarna hitam dengan garis tengah 2 cm dengan panjang 90 cm yang dilengkapi dengan tali pengaman pada bagian belakang tongkat, aman digunakan untuk melecutmemukul bagian tubuh dengan ayunan satu tangan kecepatan sedang e. Tongkat Panjang Hitam adalah tongkat rotan berwarna hitam dengan garis tengah 3 cm dan panjang 200 cm, aman digunakan untuk mendorong pelaku huru hara yang akan melawan petugas f. Kedok Gas Gas Masker adalah pelindung wajah dari efek gas air mata yang dilemparkan ke massa yang berunjuk rasa 15 15 Pasal 1 PERKAP No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-Hara g. Pelontar Granat Granat Launcher adalah Alat pelontar yang digunakan untuk menembakkan granat gas air mata h. Kendaraan Taktis disingkat Rantis Brimob adalah jenis kendaraan yang dirancang dan disiapkan untuk mampu mengatasi tantangan tugas tertentu, antara lain : kondisi medan yang berat, serangan senjata api dari bahan peledak, amukan massa perusuh, penyelenggaraan sistem komunikasi operasi di lapangan dan tugas- tugas lain yang akan sulit dipenuhi oleh jenis kendaraan biasa i. Kendaraan Taktis Pengurai Massa Armoured Water Cannon disingkat AWC adalah kendaraan yang berguna menyemprotkan air yang bertujuan membubarkan massa j. Kendaraan Taktis Penyelamat Armoured Personnel Carrier disingkat Rantis APC adalah pengangkut personel dalam rangka penyelamatan k. Kawat Penghalang Massa Security Barrier adalah gulungan kawat berduri yang disusun secara spiral yang berfungsi sebagai penghalang antara massa dengan petugas dan obyek vital l. Tabung Pemadam Api adalah alat yang dilengkapi dengan selang penyemprot dan digunakan untuk memadamkan api 16 16 Pasal 1 PERKAP No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-Hara Untuk Perlengkapan Perorangan dan Satuan : a. Seragam b. Alat Pelindung Badan c. Tameng Hitam dan Tameng Sekat d. Tongkat Lecut dan dorong e. Helm f. Borgol g. Masker h. P3K i. Hand Gas tersembunyi Untuk Perlengkapan Komandan Regu atau disingkat Dan Ru selain perlengkapan perorangan yang disebutkan diatas ditambah dengan radio Handy Talkie HT, dan untuk Perlengkapan Komandan Peleton Dan Ton dan Komandan Kompi Dan Ki selain perlengkapan perorngan dan HT ditambah dengan Mega Phone. 17 Untuk perlengkapan kesatuan : a Perlengkapan Regu 1 PMK 17 Wawancara Pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 2 Borgol Plastik b Perlengkpaan Peleton dan Kompi 1 Granat Gas Air Mata 2 Super 7 3 Laras Licin 4 Paperball 5 Ipek c Perlengkpaan pendukung : 1 Kendaraan Angkut Pasukan 2 Kendaraan Angkut Tahanan 3 Kendaraan Komando 4 Kendaraan Penyelamat Massa 5 Kendaraan Pengurai Massa 6 Kendaraan Kawat Penghalang Massa 7 Helikopter 8 Kendaraan Materiil 9 Ambulance 18 18 Poin 3 Pasal 1 PERKAP No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-Hara Kemudian masuk kedalam teknis pelaksanaan pengamanan demonstrasi kenaikan harga BBM, ada 3 tahapan dalam pelaksanaan demonstrasi kenaikan harga BBM, antara lain : 19 a. Persiapan 1 Setelah menerima perintah Kapolda, segera menyiapkan perintah tugas; 2 Menyiapkan kekuatan PHH yang memadai untuk dihadapkan dengan jumlah dan karakteristik massa; 3 Melakukan pengecekan personel, perlengkapan atau peralatan PHH, konsumsi, dan kesehatan; 4 Menentukan rute PHH menuju objek dan rute penyelamatan escape bagi pejabat VVIP atau VIP dan pejabat penting lainnya; 5 Menentukan pos komando lapangan atau Pos Aju yang dekat dan terlindung dengan objek unjuk rasa; dan 6 Menyiapkan sistem komunikasi ke seluruh unit satuan Polri yang dilibatkan 19 Bagian Kedua Pasal 14 PERKAP No 8 Tahun 2010 tentang Tata cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penganggulangan Huru-Hara b. Pelaksanaan 20 Pelaksanaan dalam penindakan PHH berdasar kepada pasal 18 Peraturan Kapolri PERKAP Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru Hara, yaitu : 1 Cara bertindak PHH pada tahap pelaksanaan sebagai berikut : a Lintas ganti satuan PHH dengan satuan Dalmas b Menyampaikan himbauan Kepolisian c Melakukan tindakan tegas 2 Setiap Detasemen atau Kompi PHH, wajib memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a Setiap anggota harus tetap dalam formasi Detasemen atau Kompi PHH b Setiap anggota tidak diperkenankan bergerak keluar dari formasi c Setiap anggota tidak boleh melakukan tindakan sendiri-sendiri tanpa perintah d Setiap anggota tidak boleh melakukan tindakan kekerasan terhadap massa, pelaku tindak pidana maupun provokator yang ditangkap e Setiap anggota wajib memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada massa dan warga masyarakat 20 Bagian Ketiga Pasal 18 PERKAP No 8 Tahun 2010 tentang Tata cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penganggulangan Huru-Hara f Setiap anggota tidak boleh membawa peralatan lain seperti senjata api dan senjata tajam, kecuali alat-alat yang telah ditentukan g Peleton penindak dan peleton atau kompi bantuan bergerak atas perintah komandan kompi atau kepala detasemen PHH h Tidak dibenarkan melempar gas air mata dan penyemprotan air tanpa perintah dari komandan kompi atau kepala detasemen PHH i Setelah massa dapat dibubarkan, pasukan segera konsolidasi, komandan kompi atau kepala detasemen pasukan melapor kepada pimpinan lapangan kepala satuan kewilayahan untuk menunggu perintah. c. Pengakhiran 21 Cara bertindak PHH pada tahapan pengakhiran adalah sebagai berikut: 1 Kepala detasemen PHH wajib melaporkan perkembangan bahwa situasi dan kondisi terakhir telah kondusif kepada Kapolda, baik secara langsung maupun menggunakan alat komunikasi 2 Menyerahterimakan tanggung jawab pemeliharaan situasi kamtibmas kepada Kepala Kesatuan Kewilayahan 3 Menarik pasukan dari tempat kejadian ke tempat yang ditentukan 4 Melakukan konsolidasi pasukan ditempat yang ditentukan 21 Pasal 23 PERKAP No 8 Tahun 2010 tentang Tata cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penganggulangan Huru-Hara 5 Kepala detasemen PHH wajib membuat laporan setelah seluruh kekuatan dan kemampuan yang digunakan Sebagai bentuk informasi, eskalasi situasi dalam pengendalian massa terbagi menjadi 3 situasi : 22 a. Situasi damai hijau, dalam situasi ini pengendalian masih berada pada satuan dalmas awal b. Situasi Tidak Tertib kuning, apabila ada peningkatan dari situasi damai menjadi situasi tidak tertib maka pengendalian berada pada satuan dalmas lanjut dalam hal ini berada pada satuan Brimob Polda Satbrimobda c. Situasi melanggar hukum atau anarkis merah, apabila ada peningkatan dari situasi tidak tertib menjadi situasi melanggar hukum atau anarkis maka pengendalian berada pada satuan PHH yang anggotanya dari Satuan Brimob Mako. B. Mekanisme Pengamanan Demonstrasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Oleh Anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor Pada pelaksanaan pengamanan yang dilakukan oleh anggota Detasemen C Satuan II Pelopor Mako Brimob di wilayah hukum Polda Metro Jaya dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Desember 2014 dan Kamis, 11 Desember 2014. 22 Bagian Kedua Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 PERKAP No 8 Tahun 2010 tentang Tata cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penganggulangan Huru-Hara Personel sudah siap dan melaksanakan apel pengecekan di lapangan Mako Detasemen C dimulai pada pukul 04.30 wib. 23 Didalam pelaksanaan apel ini, personel dibagi menjadi 2 Subden PHH dimana pembagian ini menyangkut tempat pelaksanaan tugas pengamanan demonstrasi yang masih dalam wilayah hukum Polda Metro Jaya. Subden 1 PHH ditugaskan untuk melakukan pengamanan demonstrasi di Gedung DPRMPR RI dan personel tiba ditempat pada pukul 06.15 wib. Subden 2 PHH ditugaskan untuk melakukan pengamanan demonstrasi di Kementerian BUMN RI dan personel tiba ditempat pada pukul 06.30 wib. Sekitar 250 Buruh datang dan mulai melakukan unjuk rasa dengan menyampaikan orasi didepan Gedung DPRMPR RI, dan sekitar 300 Buruh yang bernama GEBER pun melakukan unjuk rasa dan menyampaikan orasi didepan Kementerian BUMN RI. Pengamanan yang dilakukan berupa Kawat Penghalang Massa Security Barrier dan masih dipegang kendali oleh satuan dalmas awal dan masih dalam situasi damai hijau. Setelah melakukan orasi, pemimpin unjuk rasa meminta untuk dipertemukan dengan salah satu anggota DPR pada saat itu namun permintaan ketua pengunjuk rasa tersebut tidak dapat dikabulkan sehingga massa mulai memberikan respon negatif dan mulai melakukan tindakan ambang gangguan 23 Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas Detasemen C Satuan II Pelopor pada kegiatan pengamanan unjuk rasa penolakan kenaikan BBM dan Kenaikan Upah Buruh di Polda Metro Jaya Tanggal 26 November 2014 seperti aksi dorong, caci maki, melempar benda padat kearah petugas begitu pula yang dilakukan oleh pengunjuk rasa di kementerian BUMN RI. Atas tindakan yang dilakukan oleh pengunjuk rasa tersebut, atas perintah atasan melakukan lintas ganti dari dalmas awal ke dalmas lanjut yaitu Satuan Brimob Polda Metro Jaya dengan menggunakan tameng sekat dan kawat penghalang massa tetap ada untuk membatasi antara pengunjuk rasa dan anggota brimob. Pada saat satuan dalmas lanjut ini sudah berada didepan pengunjuk rasa, personel satuan II Pelopor Mako Brimob mulai disiapkan dengan berbagai perlengkapan mengantisipasi tindakan pengunjuk rasa yang semakin negatif. Tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh satbrimobda sesuai perintah atasan berdasar pada PROTAP1X2010 yaitu : 24 a. Melakukan pemantauan dan himbauan kepada pelaku agar menaati hukum yang berlaku dan menjaga tata tertib b. Menyampaikan kepada pelaku bahwa perbuatannya dapat membahayakan ketentraman dan keselamatan umum, serta jangan menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah c. Melakukan himbauan agar pengunjuk rasa tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum d. Mencatat identitas pelaku beserta peralatan yang dibawanya setelah respon yang diberikan oleh anggota Satuan Brimob Polda Metro Jaya, pengunjuk rasa masih tetap melakukan tindakan yang mengarah ke anarkis dan 24 Poin 14 PROTAP1X2010 tentang Penanggulangan Anarki sudah masuk dalam situasi melanggar hukum, pada saat itu pula dilakukan lintas ganti dari Satuan Brimob Polda Metro Jaya oleh Detasemen C Satuan II Pelopor Mako Brimob dengan berbagai perlangkapan yang telah dipakai. Tindakan yang dilakukan oleh anggota Satuan II Pelopor Mako Brimob yang sudah dalam situasi melanggar hukum atau anarkis merah adalah : 25 a. Tetap melakukan himbauan kepada pengunjuk rasa agar bersikap tertib dan tidak melanggar hukum b. Persiapan peralatan peringatan berupa gas air mata dan water cannon agar pengunjuk rasa dapat bersikap tertib c. Tetap dalam barisan pertahanan Namun belum sampai pada pemberian peringatan seperti gas air mata, pengunjuk rasa mulai berangsur tertib dan keadaan sudah dapat dikatakan kondusif seperti yang terjadi pula pada penanganan di Kementerian BUMN RI. Dapat dikatakan penanganan yang dilakukan oleh anggota Satuan II Pelopor Mako Brimob telah memenuhi tugasnya dengan baik. Setelah pengunjuk rasa mulai meninggalkan tempat, kelompok Detasemen mulai melakukan apel pengecekan sebelum kembali ke Kesatuan Satuan II Pelopor Mako Brimob. Pada hari Kamis, 11 Desember 2014 pelaksanaan pengamanan kembali dilakukan oleh anggota Detasemen C Satuan II Pelopor. Anggota kembali dibagi menjadi 2 Subden PHH, dimana Subden I PHH 25 Wawancara Pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 bertugas di sekitar Kantor PJR Induk Bitung Korlantas Polri dan Subdden II PHH bertugas di Kantor Bupati Tangerang. 26 Tindakan anarkis dari pengunjuk rasa mulai terjadi pada saat perwakilan pengunjuk rasa bertemu dengan Kepala Tenaga Kerja untuk menyampaikan maksud dan tujuan penyelenggaraan unjuk rasa tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh pengunjuk rasa saat itu terjadi sampai aksi pendorongan hingga merusak pagar kantor Bupati. Tindakan yang diberikan oleh anggota Detasemen C Satuan II Pelopor dalam menanganin aksi anarkis pengunjuk rasa adalah : a. Memberikan himbauan kepada pengunjuk rasa agar bersikap tertib dan tidak melawan hukum b. Anggota tetap berada dalam satu barisan pertahanan dan tidak dibenarkan keluar barisan dengan alasan apapun c. Anggota Satuan II Pelopor yang telah memakai tameng sekat melakukan pendorongan kepada pengunjuk rasa agar menjauh dari pagar dan kembali tertib d. Persiapan peralatan peringatan berupa gas air mata dan water cannon agar pengunjuk rasa dapat bersikap tertib 26 Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas Detasemen C Satuan II Pelopor pada kegiatan pengamanan unjuk rasa penolakan kenaikan BBM dan Kenaikan Upah Buruh di Polda Metro Jaya Tanggal 26 November 2014 Setelah tindakan pendorongan yang dilakukan anggota Detasemen C Satuan II Pelopor Mako Brimob, pengunjuk rasa mulai mengendurkan kekuatan dan menjauhi pagar kantor Bupati kemudian kembali bersikap tertib dan kondisi kembali kondusif. Hal yang sama dilakukan oleh kelompok Satuan II Pelopor Mako Brimob sebelum kembali ke Kesatuan Satuan II Pelopor melakukan apel pengecekan dan Kepala Detasemen Menyerahterimakan tanggung jawab pemeliharaan situasi kamtibmas kepada Kepala Kesatuan Kewilayahan. 27 C. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamanan Demonstrasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak BBM Tahun 2014 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, demonstrasi bisa mengandung dua makna. Pertama, demonstrasi adalah pernyataan protes yang dikemukakan secara massal; unjuk rasa: mereka berbondong-bondong mengadakan –menentang percobaan nuklir. Kedua, demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan tata cara melakukan atau mengerjakan sesuatu: -pencak silat perlu diadakan guna memperoleh bibit-bibit pesilat yang baik. Dalam Kamus Ilmiah Populer, demonstrasi adalah unjuk rasa; tindakan bersama untuk menyatakan protes; pertunjukan mengenai cara-cara penggunaan suatu alat; pamer kekuataan yang mencolok. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyatakan 27 Wawancara Pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 Pendapat Di Muka Umum, Pasal 1 ayat 3 dijelaskan unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Aksi demonstrasi dalam kasus kenaikan harga bahan bakar minyak yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat bukan berarti tidak memiliki alasan atau tanpa sebab, melainkan memiliki alasan yang tentunya cukup jelas menurut kalangan tersebut yaitu menyampaikan aspirasinya bahwa mereka tidak setuju dengan keputusan pemerintah dalam menaikan harga bahan bakar minyak yang tentunya akan mengguncang stabilitas ekonomi untuk kalangan menengah kebawah. Keberadaan Polri dalam penanganan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tentunya memiliki berbagai faktor, diantaranya : 1. Faktor Eksternal 28 Perubahan situasi politik nasional khususnya dalam reformasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat mengeluarkan pendapat dan ekspresi dengan sebebas – bebasnya yang akhinya cenderung diluar batas – batas kewajaran, hal ini di sebabkan karena perubahan yang ekstrim dari situasi politik di era sebelumya yang penuh kekangan ke era politik yang bebas. 28 Hasil analisis penulis yang berdasar kepada wawancara pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 Akibat dari perubahan situasi politik yang sangat mempengaruhi kehidupan ekonomi nasional sehingga menimbulkan krisis ekonomi dan menjadikan rakyat sebagai korban. Dalam situasi ekonomi yang terdesak dan situasi kebebasan politik, rakyat cenderung memilih jalan pintas yang sering kali menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya sekalipun dengan cara memanfaatkan kerusuhan massa dan penjarahan. perubahan – perubahan yang terjadi begitu cepat menimbulkan kekacauan, ketidak tertiban, dan ketidak teraturan didalam masyarakat serta tidak berfungsinya hukum dan aparat penegak hukumnya secara maksimal, yang akhirnya menyebabkan masyarakat cenderung bertindak seenaknya misalnya denngan melakukan kerusuhan massa dan penjarahan. 2. Faktor Internal 29 Kesigapan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melayani masyarakat sebagai salah satu bentuk perwujudan dari salah satu fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia dilihat dari bentuk pendidikan yang diajarkan kepada mereka saat masa pembentukan karakter dimana pada awal perekrutan para anggota Kepolisian usia mereka masih tergolong muda dan masih memiliki tingkat emosional yang relatif tinggi. Terlebih lagi bentuk pendidikan yang diberikan kepada Anggota Brimob yang tergolong keras dan dituntut untuk menguasai berbagai bidang salah satunya 29 Hasil analisis penulis yang berdasar kepada wawancara pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 dalam hal menembak lawan dalam keadaan diam maupun didalam kendaraan bergerak sampai pada keahlian penjinakan bom. Hal ini dilakukan karena tugas yang diemban tergolong cukup berat apabila disetarakan dengan fungsi satuan polisi Dalmas. Atas berbagai faktor inilah yang membuat Kapolri menurunkan Surat Perintah SPRIN yang ditujukan kepada Mako Brimob Resimen II Pelopor untuk membantu mengamankan proses berlangsungnya demonstrasi kenaikan harga bahan bakar ini karena pengamanan yang dilakukan oleh satuan Dalmas Polri dirasa kurang cukup untuk mengendalikan emosional masyarakat saat berlangsungnya demonstrasi. Dan pengamanan yang dilakukan oleh anggota Mako Bimob Satuan II Pelopor dinyatakan mampu dalam mengendalikan emosional masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bentuk pelayanan yang dilakukan oleh anggota Mako Brimob Polri Resimen II Pelopor dalam penanganan kasus demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak memiliki 3 tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran. Dalam tahap persiapan, personel menyiapkan perintah tugas setelah menerima perintah dari Kapolda, dilanjutkan dengan menyiapkan kekuatan PHH, pengecekan perlengkapan, perlengkapan dan peralatan PHH, konsumsi serta kesehatan. Apabila dirasa peralatan dan perlengkapan sudah lengkap langkah selanjutnya menentukan rute untuk mengevakuasi para pejabat VVIP dan VIP, menentukan pos komando dan menyiapkan alat komunikasi untuk kordinator agar pengamanan dapat berlajalan dengan baik. Kemudian pada tahap pelaksanaan, anggota Mako Brimob Resimen II Pelopor mulai melaksanaan pengamanan setelah melakukan lintas ganti dengan satuan brimob Polda Metro Jaya, kemudian saat pengamanan berlangsung anggota Mako Brimob harus dalam formasi pengamanan dan tidak boleh keluar dari formasi tanpa perintah. Dan dalam tahap pengakhiran, Kepala detasemen PHH wajib melaporkan perkembangan bahwa situasi dan kondisi terakhir telah kondusif kepada Kapolda, baik secara langsung maupun menggunakan alat komunikasi, Menyerahterimakan tanggung jawab pemeliharaan situasi kamtibmas kepada Kepala Kesatuan Kewilayahan, Menarik pasukan dari tempat kejadian ke tempat yang ditentukan. 2. Mekanisme dalam penanganan demonstrasi, dimulai pada persiapan apel penunjukan personel yang akan ditugaskan untuk melakukan pengamanan sampai pada persiapan di tempat dilakukannya demonstrasi, kemudian tindakan yang dilakukan dalam menghadapi demonstran yang mulai melakukan tindakan yang berstatus Ancaman Gangguan sampai dengan berstatus anarkis sampai pada tahap akhir dimana kondisi sudah kondusif dan penyerahan tanggung jawab pemeliharaan situasi kamtibmas kembali kepada satuan kewilayahan. Semua dilakukan dilakukan secara terstruktur rapi dan teratur. Memang pada saat demonstrasi berlangsung ada sebagian kondisi yang tidak sesuai dengan harapan, seperti tindakan pengunjuk rasa yang memancing amarah satuan pengaman yang tidak lain adalah anggota Brimob Resimen II pelopor, namun disikapi agak sedikit menyimpang dari Protap yang berlaku. Contohnya yaitu pada saat demonstran melakukan pendorongan kepada petugas, petugas pun melakukan pendorongan balik. Namun sikap ini masih dapat dimaklumi karena tidak menyimpang kearah criminal dan bertujuan untuk menjaga keamanan saat demonstrasi berlangsung. 3. Faktor yang mempengaruhi pengamanan demonstrasi harga bahan bakar minyak yang dilakukan oleh anggota Satuan II Pelopor Mako Brimob terbagi menjadi 2 faktor yaitu Faktor Internal, dimana sikap mental berupa ketidaksiapan dan pengendalian diri atau emosi yang berlebihan dari masyarakat dalam menerima perubahan situasi menyebabkan masyarakat cenderung menimbulkan aksi anarkis. Faktor Eksternal, yaitu Kesigapan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melayani masyarakat sebagai salah satu bentuk perwujudan dari salah satu fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia terlebih lagi bentuk pendidikan yang diberikan kepada Anggota Brimob yang tergolong keras dan dituntut untuk menguasai berbagai bidang salah satunya dalam hal menembak lawan dalam keadaan diam maupun didalam kendaraan bergerak sampai pada keahlian penjinakan bom. Hal ini dilakukan karena tugas yang diemban tergolong cukup berat apabila disetarakan dengan fungsi satuan polisi Dalmas.

B. Saran

1. Perlunya ditingkatkan kesadaran untuk dapat saling menghargai antar sesama manusia tidak terkecuali antara pengunjuk rasa dan anggota Satuan II Pelopor Mako Brimob. Dimana pengunjuk rasa memang memiliki tujuan dalam melakukan unjuk rasa yaitu agar aspirasinya didengar dan ditanggapi oleh yang bersangkutan, namun perlu diketahui pula keberadaan Anggota Brimob pun juga diturunkan atas perintah yaitu untuk memberikan perlindungan dan bukan target dari pengunjuk rasa. Kesadaran untuk saling menghormati perlu dilakukan karena bagaimanapun juga anggota Brimob hanya melaksanakan perintah dan terlepas dari tugasnya kembali lagi anggota Brimob merupakan masyarakat biasa juga. 2. Ketajaman informasi yang diberikan oleh intelijen yang disiapkan oleh Kepolisian dapat bekerjasama dengan baik dengan anggota intelijen dari Satuan Brimob karena memiliki tugas yang sama yaitu mengamankan. Koordinasi yang baik antara intelijen Kepolisian dan Satuan Mako Brimob dapat meningkatkan kesiapan baik dari personel maupun peralatan guna mengantisipasi perkembangan situasi. DAFTAR PUSTAKA Buku : Badudu, J.S ,Sutan Mohammad Zain.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.2001 Brata, Atep Adya. Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK. Bandung: Armico. 1999 Casson, Herbert N. Petunjuk Praktis Dalam Berusaha. Surabaya: Usaha Nasional. 1981 Djamir, Awaloedin, Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian. 2011 Ibrahim,Johnny.Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif cet.IV.Malang: Bayumedia Publishing.2008 Jones,Sidney, dkk.Mereformasi Brigade Mobile Polri: Evaluasi Pelatihan Hak Asasi Manusia dan Analisis Permasalahan Utama Reformasi Brimob. Jakarta: Kemitraan Partnership. 2004 Kadarmanta,A.Membangun Kultur Kepolisian.Jakarta: PT. Enam Empat Offset.2007 Kottler,Philip.Marketing Management : Analisis Planning, Implementation and Control, Eight Edition, New Jersey.Prentice Hall.1994 Kurniawan,Agung.Transformasi Pelayanan Publik.Yogyakarta: Pembaruan.2005 Lukman, Sampara .Manajemen Kualitas Pelayanan.Jakarta: STIA LAN Press.2000