a. Masa Prakemerdekaan – Masa Kemerdekaan
Dimulai pada zaman kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara menunjukan bahwa fungsi pemolisian sudah berdiri dengan adanya
“kin police” yang sering dirangkap oleh pengawal raja dan terkenal dalam sebutan pasukan bhayangkara yang dipimpin langsung oleh Gajah Mada.
Dilanjutkan pada masa penjajahan Belanda dimulai dari VOC 1602 hingga pemerintah Hindia Belanda 1800-1942. Peran kepolisian pada masa ini
mengikuti kebijakan pemerintah kolonial dengan indirect rule system, dimana sistem ini membedakan jabatan bagi bangsa Eropa dan pribumi, serta membagi
wewenang antara Hoofd van den Dienst der Algemene Politie yang berkantor di Departemen Dalam Negeri, recht politie pada Procureur Generaal pada
Hooggerechtshof Mahkamah Agung Hindia Belanda, dan Resident Assistant Resident yang memiliki wewenang operasional agar lebih mudah untuk meminta
bantuan KNIL untuk menumpas kerusuhan dan lain-lain di daerah.
3
Berlanjut pada periode Jepang 1942-1945, kedudukan kepolisian disesuaikan dengan kepentingan pendudukan militer dan membagi kepolisian
kedalam empat wilayah, yaitu : a
Jawa dan Madura, dengan pusat Jakarta dibawah Rikugun Angkatan Darat
3
Awaloedin Djamir,Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia, h.53
b Sumatera, dengan pusat Bukittinggi dibawah Rikugun
c Timur Besar Sulawesi, Maluku, Irian Barat dengan pusat Makasar
dibawah Kaigun Angkatan Laut d
Kalimantan dengan pusat Banjarmasin dibawah Kaigun Setelah runtuhnya kekuasaan jepang dan diikrarkannya proklamasi
kemerdekaan pada 17 Agutus 1945, Jepang mulai membubarkan organisasi PETA, Gyu-Yun dan Heiho. Sesuai dengan Konvensi Jenewa, secara spontan
kepolisian di daerah menyatakan dirinya menjadi Kepolisian RI. Dimulai dengan proklamasi yang dinyatakan oleh Inspektur Polisi Kelas I M. Jasin di
Surabaya 21 Agustus 1045, mengambil alih kantor polisi dari tangan Jepang oleh Inspektur Polisi kelas II R. Bambang Suprapto di Semarang 19 Agustus
1945 di Medan, Inspektur Polisi Ori Sastroatmojo 22 September 1945, Inspektur Polisi Kelas I Domopranoto di Surakarta, Rustam Effendi Akhir
Agustus 1945 di Medan. Demikian pula di Aceh, Tapanuli, Padang, Komisaris Polisi Sulaiman Effendi 26 Agustus 1945 menyatakan Kepolisian adalah
Kepolisian RI.
4
Sesaat setelah proklamasi, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945, sesuai dengan zaman Hindia Belanda
menempatkan organisasi kepolisian dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri. Organisasi kepolisian dibawah Departemen Dalam Negeri dalam
4
Awaloedin Djamir,Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia, h.54
kenyataannya tidak pernah terlaksana, pada tanggal 29 September 1945 berdasarkan Maklumat Pemerintah, Raden Said Soekanto diangkat menjadi
Kepala Kepolisian Pusat. Pada tanggal 1 Juli 1946, dengan penetapan Pemerintah No. 11SO dibentuk Jawatan Kepolisian Negara yang dipimpin oleh
Kepala Kepolisian Negara dan bertanggungjawab kepada Perdana Menteri.
5
Dengan adanya penetapan itu, secara resmi lahirlah Kepolisian Nasional Indonesia Indonesian National Police yang melaksanakan seluruh
tugas kepolisian dan mencakup seluruh wilayah RI. Sejak tanggal 1 Juli 1946, Polri yang mandiri telah mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam
mempertahankan kemerdekaan dan sekaligus melaksanakan tugas kepolisian.
b. Masa Berlaku UUD RIS - Berlakunya UUDS
Berakhirnya revolusi fisik dengan pengakuan kedaulatan sebagai hasil Konferensi Meja Bundar di Negeri Belanda 27 Desember 1949, dibentuklah
Republik Indonesia Serikat. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta kembali ke Jakarta dengan pengawalan ketat oleh Pasukan Pengawal Presiden
dan Wakil Presiden yang dipimpin oleh AIP Mangil. AIP Mangil juga dipercaya membawa bendera pusaka dari Yogyakarta ke Jakarta dengan anggot
16 orang anggota Polri.
6
5
Awaloedin Djamir,Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia, h.55
6
Awaloedin Djamir, h.56