Sejarah Keanggotaan Kepolisian Negara Republik Indonesia

kenyataannya tidak pernah terlaksana, pada tanggal 29 September 1945 berdasarkan Maklumat Pemerintah, Raden Said Soekanto diangkat menjadi Kepala Kepolisian Pusat. Pada tanggal 1 Juli 1946, dengan penetapan Pemerintah No. 11SO dibentuk Jawatan Kepolisian Negara yang dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara dan bertanggungjawab kepada Perdana Menteri. 5 Dengan adanya penetapan itu, secara resmi lahirlah Kepolisian Nasional Indonesia Indonesian National Police yang melaksanakan seluruh tugas kepolisian dan mencakup seluruh wilayah RI. Sejak tanggal 1 Juli 1946, Polri yang mandiri telah mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam mempertahankan kemerdekaan dan sekaligus melaksanakan tugas kepolisian.

b. Masa Berlaku UUD RIS - Berlakunya UUDS

Berakhirnya revolusi fisik dengan pengakuan kedaulatan sebagai hasil Konferensi Meja Bundar di Negeri Belanda 27 Desember 1949, dibentuklah Republik Indonesia Serikat. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta kembali ke Jakarta dengan pengawalan ketat oleh Pasukan Pengawal Presiden dan Wakil Presiden yang dipimpin oleh AIP Mangil. AIP Mangil juga dipercaya membawa bendera pusaka dari Yogyakarta ke Jakarta dengan anggot 16 orang anggota Polri. 6 5 Awaloedin Djamir,Sistem Administrasi Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia, h.55 6 Awaloedin Djamir, h.56 RS Soekanto menjabat sebagai Kepala Kepolisian RIS selama 7 bulan, pada 17 Agustus 1950 Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, tetapi tidak dengan konstitusi UUD 1945 tetapi UUD Sementara 1950. Sistem pemerintahan berubah dari sistem presidensil menjadi sistem demokrasi parlementer. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta adalah Kepala dan Wakil Kepala Negara, sedangkan Kepala pemerintahan Negara berada pada Perdana Menteri. Dalam masa 7 bulan RIS, RS Soekanto yang menjabat sebagai Kepala Polisi RIS menyatukan anggota-anggota polisi yang sebelumnya bermusuhan dan satu persatu kepolisian negara bagfian bergabung dengan Kepolisian Negara RI. 7 Pada Periode Demokrasi Parlementer, Kepolisian Negara kembali menunjukan kemandiriannya, RS Soekanto yang masih nenjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara kembali membawah pada perdana menteri dan bertanggungjawab atas kepolisian di seluruh tanah air dengan organisasi yang utuh dari pusat sampai daerah. Kepala Kepolisian Negara RS Soekanto mengkonsolidasi Kepolisian Negara dan membangunnya secara sistematis menjadi kepolisian yang modern dan profesional. Hal ini terlihat pada tindakannya mengirim ratusan perwira muda keluar negeri untuk belajar. Polri pada masa ini mandiri, baik di bidang operasional dan pembinaan, sebab tanpa kemandirian tersebut tidak mungkin 7 Awaloedin Djamir, h.57 Kepala Kepolisian RS Soekanto berhasil dalam melaksanakan tugas serta fungsi-fungsi represif dan preventif Direct and Indirect Prevention. 8 Kasus-kasus kriminalitas yang telah ditangani oleh kepolisian adalah kasus spionase Juengsanger dan Schmidt, terorisme seperti peristiwa cikini, usaha pembunuhan presiden Soekarno, dan lain-lain. Kasus-kasus ini berhasil ditangani sendiri oleh kepolisian tanpa campur tangan instansi lain. Berdasarkan Keputusan Perdana Menteri tanggal 5 Oktober 1954, Kepala Kepolisian Negara ditunjuk sebagai Kepala Central National Bureau, mewakili Pemerintah RI dalam International Criminal Police Comission Interpol. Kedudukan Polri yang mulanya setara dengan pegawai negeri sipil, diubah dengan peraturan dengan Gaji Polisi PG-Pol. Dalam perioden Demokrasi Terpimpin tahun 1959 Polri diterapkan sebagai bagian dari Angkatan bersenjata Republik Indonesia ABRI dalam TAP MPRS, tahun 1960 dan UU No. 13, tahun 1961 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, kedudukan kepegawaian anggota Polri disamakan dengan angkatan perang. 9

c. Masa Berlakunya Demokrasi Terpimpin

Berdasarkan SK Presiden No.1MPRRI1959 sebutan Kepala Kepolisian Negara berubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin Departemen Kepolisian. Kemudian tanggal 17 Desember 1959, RS Soekanto 8 Awaloedin Djamir, h.58 9 Awaloedin Djamir, h.59 diganti oleh Kombes Pol. I. Soekarno Djojonegoro setelah menjabat selama 14 tahun sejak 29 September 1945. Pada tahun 1961, UU Kepolisian No. 131961 memperkokoh Departemen Kepolisian yang dipimpin MenteriKepala Kepolisian Negara RI yang tentunya bertanggungjawab langsung pada presiden. Dengan UU No. 131961 ini pula dinyatakan Polri adalah bagian dari ABRI. Gagasan menjadikan Polri bagian dari ABRI pernah disampaikan dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya. 10 Kedudukan Polri telah menjadi pembahasan sejak tahun 1953, Menteri Kehakiman Mr. Djodi Gondokusumo mengusulkan agar Polri dimasukkan kedalam Departemen Kehakiman. Usul tersebut secara sah ditolak oleh pemerintah dan juga berdasarkan reaksi dari Persatuan Pegawai Polisi RI P3RI. Setelah itu Presiden membentuk sebuah Panitia Negara dengan SK No. 75 tahun 1954 yang diketuai Mr. Wongsonegoro dan sebagai anggota ahli adalah Prof. Mr. Djoko Soetono. Panitia ini meneliti bagaimana sebaiknya kedudukan kepolisian. Setelah bekerja keras yang cukup lama pada akhirnya memutuskan agar kepolisian memiliki Kementerian sendiri yang bertanggungjawab langsung kepada Perdana Menteri Sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Atas keputusan tersebut kemudian diberlakukan UU No. 13 Tahun 1961 tentang Pokok Kepolisian Negara yang telah disetujui DPR-GR, Undang-undang Pokok 10 Awaloedin Djamir, h.60 Kepolisian diundangkan oleh Pejabat Presiden yang saat itu dijabat oleh Menteri Pertama Ir. H. Juanda. Kedudukan Polri sebagai bagian dari ABRI tidak mengintegrasikan diri ke dalam ABRI dan tetap dipimpin oleh MenteriKAS Polri, kemudian MenteriPanglima Angkatan Kepolisian. dengan kata lain, Polri tetap berada dibawah Presiden, karena Presiden adalah Panglima tertinggi ABRI juga.

d. Periode Orde Baru dan Masa Reformasi

Pada 5 Oktober 1969, sebutan Pangad, Pangal dan Pangaudiganti menjadi KASAD, KASAL dan KASAU dan untuk pertama kalinya anggota AL dan AU memakai tanda TNI dikerah kemeja mereka, sedangkan Polri memakai tanda Pol. Dapat disimpulkan sejak awal dalam pelaksanaan integrasi ABRI diakui perbedaan antara Angkatan Perang dan Polri. Kemudian ditengah berbagai tuntutan masyarakat untuk direformasi, terdapat pula yang menghendaki dipisahkannya Polri dan ABRI dengan alasan : 11 1. Polri adalah institusi publik yang berwatak sipil dan dituntut untuk menjalankan perannya itu 2. Polri adalah aparat penegak hukum, pengayom, pelindung,m dan pelayan masyarakat karena Polri tanpa masyarakat bukan apa-apa 11 Awaloedin Djamir, h. 61 3. Polisi melihat masyarakat tidak sebagai satuan absolut, tetapiu sebagai individu. Pandangan seperti ini menghasilkan institusi diskresi, yaitu melihat karakteristik individual dari obyek yang dihadapi 4. Kultur Polisi berbeda dari kultur militer 5. Polisi adalah kesatuan berseragam, tetapi berjiwa sipil civilian in uniform. Seorang polisi pertama-tama adalah anggota masyarakat biasa, baru ditempat kedua ia adalah seorang polisi. Polisi dituntut mengembangkan kepekaan sipil dan kepekaan keadilan. 6. Polisi memperlakukan manusia masyarakat bukan sebagai musuh. Upacara pemisahan Polri dan ABRI dilakukan pada tanggal 1 April 1999 di lapangan upacara Mabes ABRI, Cilangkap Jakarta Timur. Upacara tersebut ditandai dengan penyerahan Panji Tribrata Polri dari kepala staff umum ABRI Letjen TNI Sugiono kepada Sekjen Dephankam Letjen TNI Fachrul Razi kemudian diberikan kepada kapolri Jenderal Pol Purn Roesmanhadi. Maka sejak tanggal 1 April, Polri ditempatkan dibawah Dephankam. Setahun kemudian, keluarlah TAP MPR No. VI2000, kemandirian Polri berada dibawah Presiden langsung dan segera melakukan reformasi birokrasi menuju Polisi yang mandiri, bermanfaat dan profesional. 12

B. Visi, Misi, Tugas, Wewenang dan Struktur Kepolisian Negara Republik

Indonesia 12 Wartakota.tribunnews.com , yang diunduh pada tanggal 22 Februari 2016 pukul 17.04 WIB 1. Visi Misi Kepolisian Negara Republik Indonesia 13 a. Visi Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif. b. Misi 1 Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatanoperasi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan; 2 Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif; 3 Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang; 4 Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri; 5 Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum; 6 Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan; 13 https:www.polri.go.idtentang-visimisi.php , diunduh pada tanggal 24 April 2016 pukul 23.20 WIB 7 Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri; 8 Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga internasional maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan jejaring kerja partnership buildingnetworking. 2. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia a. Tugas Pokok Adapun tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut UU Kepolisian adalah : 14 1 Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat 2 Menegakkan hukum 3 Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat b. Wewenang Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : 15 1 Menerima laporan danatau pengaduan 14 BAB III UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia berisikan tentang tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kemudian pada pasal 13 UU Kepolisian menjelaskan tentang tugas pokok Kepolisian negara Republik Indonesia. 15 Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2 Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum 3 Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat 4 Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan aau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa 5 Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian 6 Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan 3. Struktur Kepolisian Negara Republik Indonesia 16 Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Mabes Polri; sedang organisasi Polri tingkat kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Polda di tingkat provinsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort Polres di tingkat kabupatenkota, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor Polsek di wilayah kecamatan. Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Kapolri. Kapolri berpangkat Jenderal Polisi. Untuk lebih detailnya berikut bagan organisasi Polri. 16 https:www.polri.go.idtentang-struktur.php , diunduh pada tanggal 24 April 2016 Pukul 23.56 WIB