Kedudukan Brigade Mobil Dalam Lingkup Kepolisian Negara Republik

GN jika tidak segera ditangani secara cepat dan profesional. 2 Dimana bentuk dari ancaman gangguan dan gangguan nyata berdasarkan Protap Kapolri Nomor : Protap01X2010 tanggal 8 Oktober 2010 tentang Penanggulangan Anarki adalah sebagai berikut : 1. Ancaman Gangguan AG Bentuk-bentuk perbuatan yang merupakan AG dapat dikatakan belum menjadi anarki, antara lain : a Membawa senjata api, tajam; b Membawa bahan berbahaya padat, cair dan gas; c Membawa senjatabahan berbahaya lainnya ketapel, kejut; dan d Melakukan tindakan provokatif menghasut 2. Gangguan Nyata GN Bentuk-bentuk perbuatan yang merupakan GN anarki, antara lain: a Perkelahian massal; b Pembakaran; c Perusakan; d Pengancaman; e Penganiayaan; f Pemerkosaan; 2 Ambang Gangguan AG merupakan kondisi gangguan kamtibmas yang jika dibiarkan tidak ada tindakan kepolisian dapat meningkat menjadi gangguan nyata, Gangguan Nyata GN merupakan gangguan keamanan berupa kejahatan atau pelanggaran yang terjadi dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa jiwa raga ataupun harta benda. g Penghilangan nyawa orang; h Penyanderaan; i Penculikan; j Pengeroyokan; k Sabotase; l Penjarahan; m Perampasan; n Pencurian; dan o Melawanmenghina petugas dengan menggunakan atau tanpa menggunakan alat danatau senjata. Pengamanan yang dilakukan oleh Satuan II Mako Brimob pada dasarnya pun tidak serta merta diberikan langsung oleh Kapolri, namun memiliki tingkatan sendiri dimana perintah pertama saat itu diberikan kepada satuan Kepolisian tingkat daerah atau disingkat POLDA dalam hal ini dibebankan kepada Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya atau disingkat Polda Metro Jaya. 3 Atas perintah tersebut Kapolda mengintruksikan langsung kepada satuan Pengendalian Masyarakat yang disingkat menjadi Dalmas dan satuan Brimob daerah Polda Metro Jaya, setelah melakukan berbagai pertimbangan dan dirasa kekuatan personel Dalmas dan satuan Brimob daerah dinilai 3 Wawancara Pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 kurang mampu apabila harus mengamankan massa pengunjuk rasa yang diprediksikan berjumlah banyak oleh karena itu satuan II Mako Brimob pun ikut diterjunkan untuk mengamankan demonstrasi ini. 4 Atas dasar Nota Dinas Kepala Bagian Operasional Korps Brimob Polri Nomor : BIND-177XII2014Bag Ops tanggal 9 Desember 2014 perihal permintaan personel BKO Polda Metro Jaya, Kepala Satuan II Mako Brimob menunjuk pasukannya yang dirasa cukup siap dalam melakukan pengamanan ini dan berdasar kepada Surat Perintah Kasat II Pelopor : Sprin475XI2014 diputuskan Detasemen C Satuan II Pelopor Mako Brimob Polri secara sah menangani pengamanan demonstrasi kenaikan harga BBM pada tanggal 10 dan 11 Desember 2014. Dalam pelaksanaan pengamanan demontrasi yang dilakukan oleh seluruh anggota kepolisian termasuk Satuan II Pelopor Mako Brimob harus berpegang teguh pada asas dan prinsip yang tertuang pada pasal 2 PERKAP NO. 3 TAHUN 2009 tentang Sistem Operasional Negara Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu : 5 4 Wawancara Pribadi dengan Antonius Dwi Haryanto, Perwira Seksi Administrasi Detasemen C Resimen II Pelopor Salah satu personel dalam pengamanan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2014 5 Pasal 2 Peraturan kapolri No. 3 tahun 2009 Tentang Sistem Operasional Negara Kepolisian Negara Republik Indonesia 1. legalitas, yaitu setiap kebijakan dan tindakan kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan 2. kewajiban, yaitu petunjuk kepada kewajiban umum Kepolisian untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan menempatkan kepentingan umum sebagai dasar bertindak; 3. preventif, yaitu tolak ukur keberhasilan Kepolisian tidak hanya didasarkan pada intensitas tindakan penegakan hukum dan jumlah perkara pidana yang diselesaikan; 4. partisipasi, yaitu keikutsertaan masyarakat dalam tugas-tugas Kepolisian berkaitan dengan tangkal, cegah, penegakan hukum terbatas sesuai dengan undang-undang; 5. subsidiaritas, yaitu memberi peluang kepada Polri untuk mengambil prakarsa dan tindakan pertama pelayanan masyarakat pada saat penanggung jawab teknisnya belum ada; 6. mengutamakan pencegahan, yaitu suatu sikap dan pandangan yang dilandasi pemikiran bahwa pencegahan lebih baik daripada pemberantasanpenindakan; 7. proaktif, yaitu pelaksanaan tugas operasional Polri tidak menunggu sasaran yang akan dihadapi, akan tetapi secara aktif berusaha untuk menemukan permasalahan yang akan dijadikan sasaran tugas; 6 6 Pasal 2 Peraturan kapolri No. 3 tahun 2009 Tentang Sistem Operasional Negara Kepolisian Negara Republik Indonesia