Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
1. UUD 1945 tidak membatasi secara tajam, bahwa setiap kekuasaan itu harus
dilakukan oleh satu organbadan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan; 2.
UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas tiga bagian saja dan juga tidak membatasi pembagian kekuasaan dilakukan oleh tiga orangbadan saja;
3. UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh MPR,
Pasal 1 ayat 2, kepada lembaga negara lainnya
6
Oleh karena itu penerapan kekuasaan negara di Indonesia tidak sepenuhnya mengikuti ajaran Montesquieu, tetapi lebih dikembangkan lagi dari segi pengertian
dan pembagiannya. Dapat dikatakan pula teori Montesquieu ini merupakan asal muasal penerapan kekuasaan negara di Indonesia.
Dalam perjalanannya, sistem ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar sejak adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan oleh
MPR pada tahun 1999 hingga 2002. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratis dengan Check and
Balances yang setara dan seimbang diantara cabang – cabang kekuasaan,
mewujudkan supremasi hukum dan keadilan, serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.
7
6
Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Ngara,Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006, Cet. Ke I, h. 106-107
7
Mahkamah Konstitusi, Cetak Biru: Membangun Mahkamah Konstitusi sebagai Institusi Peradilan Konstitusi yang Modern dan Terpercaya,Jakarta: Mahkamah Konstitusi, 2004, h.3
Berkaitan dengan kelembagaan negara, perubahan pertama UUD 1945 memuat pengendalian kekuasaan presiden, tugas serta wewenang DPR dan Presiden dalam hal
pembentukan undang-undang. Perubahan kedua, UUD 1945 menata ulang keanggotaan, fungsi, hak, maupun cara pengisiannya. Perubahan ketiga, membahas
ulang kedudukan dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berkaitan dengan tata cara pemilihan dan pemilihan secara langsung, pembentukan lembaga negara baru
meliputi Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Daerah, dan Komisi Yudisial serta Pengaturan tambahan BPK. Perubahan keempat UUD 1945, meliputi
keanggotaan MPR, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua dan kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap serta kewenangan
presiden.
8
Secara lengkap hasil perubahan kelembagaan negara diperlihatkan dalam bagan berikut :
Struktur Kelembagaan Negara Sebelum Amandemen UUD 1945 MPR
UUD 1945
8
Tutik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, h. 123-124
DPR Kekuasaan
Legislatif BPK
Kekuasaan Eksaminatif
Inspektif Presiden
Wapres Kekuasaan
Pem. Neg Kekuasaan
Eksekutif DPA
Kekuasaan Konsultatif
MA Kekuasaan
Kehakiman Kekuasaan
Yudikatif
Strukur Kelembagaan Negara Setelah Perubahan UUD 1945
9
UUD 1945
Berdasarkan bagan diatas, terlihat bahwa UUD 1945 setelah dilakukan amandemen menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga negara. Berikut hasil
pemahaman penulis mengenai 4 bentuk kekuasaan tersebut : 1.
Kekuasaan Eksaminatif Merupakan kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan atas
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Pengertian ini didasari pada pasal 23E, 23F dan 23G UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang
mengatur tentang hal ini. Pada pasal 23E UUD NRI 1945 menyatakan bahwa : Ayat 1 : “Untuk memeriksa pengelolaan tanggung jawab tentang kekuasaan
negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Peraturannya ditetapka oleh undang-undang.
”
9
Titik Triwulan Tutik, h.125
BPK Kekuasaan
Eksaminatif MPR
DPD DPR Kekuasaan
Legislatif Presiden
Wapres Kekuasaan Pem.
Neg Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan Yudikatif
MK MA KY
Ayat 2 : “Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai
kewwenangannya. ”
Ayat 3 : “Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan danatau badan sesuai dengan undang-undang
.” 2.
Kekuasaan Legislatif Merupakan kekuasaan yang memiliki fungsi untuk membuat atau
menciptakan produk undang-undang. Oleh karena itu terciptalah lembaga negara yang masuk kedalam kategori legislatif ini, antara lain Majelis Permusyawaratan
Rakyat MPR, Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan Dewan Perwakilan Daerah DPD. Diatur didalam pasal 2, pasal 3, pasal 19, pasal 20, pasal 22C, dan 22D UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3.
Kekuasaan Eksekutif
10
Merupakan lembaga negara yang berfungsi sebagai pelaksana undang- undang. Dimana lembaga negara yang menjadi kedalam kategori ekskutif ini adalah
Presiden, Wakil Presiden serta jajaran cabinet dalam pemerintahan. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4 UUD 1945 ;
Ayat 1 : “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang dasar.
” Ayat 2 : “Dalam melaksanakan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu
orang Wakil Presiden .”
10
Titik Triwulan Tutik, h.126
4. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan ini memiliki peran untuk mengawal serta memantau jalannya perundang-undangan atau penegakkan hukum di Indonesia. Diatur didalam BAB IX
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana lembaga yang masuk dalam kategori yudikatif adalah Mahkamah Agung MA, Mahkamah Konstitusi MK dan
Komisi Yudisial KY. Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah kepolisian nasional yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan tugas tugas lainnya, Polri harus berhubungan baik dengan pihak-pihak luar, baik di
tingkat nasional maupun daerah. Hubungan kerja Polri dalam ruang lingkup administrasi negara termasuk DPR dan BPK dalam sistem peradilan pidana
Kejaksaan dan peradilan dan pertahanan TNI memerlukan keserasian. Disamping itu hubungan dengan partai politik dan organisasi kemasyarakatan lainnya juga perlu
diperhatikan tak terkecuali dengan media massa.
11
Polri merupakan institusi yang tergabung kedalam kekuasaan eksekutif dimana dalam hal tugas pokok yang dijalankannya dijelaskan secara rinci oleh UUD
NRI 1945 dan UU dibawahnya. UUD yang mengatur tentang Polri ini pada pasal 30 ayat 4 UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi, “Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
11
Awaloedin Djamin, Sistem Administrasi Kepolisian: Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2011, cet. Ke I, h. 50
bertugas mempertahankan, melindungi mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
” Jika diperhatikan pada tugasnya dalam hal menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat serta melayani dan mengayomi masyarakat, tentunya Polri langsung bersentuhan dengan masyarakat. Disnilah peran Polri terlihat dari beberapa kasus
demonstrasi yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang memiliki kepentingan lain, sejauh mana sikap Polri dalam hal ini.