Pembahasan Hasil Belajar METODOLOGI PENELITIAN
model pembelajaran cooperative learning teknik STAD, dan kelas VIII-II berjumlah 34 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran cooperative
learning teknik jigsaw. Adapun posisi peneliti adalah sebagai motivator dan fasilitator bagi seluruh kelompok pada kelas eksperimen STAD dan jigsaw.
Jika terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok tidak dapat memecahkan solusi
dari permasalahan secara bersama, peran guru disini harus memberikan arahan yang lebih baik lagi kepada kelompok yang belum mengerti agar memahami
tentang kegiatan belajar yang diberikan. Peran guru dalam kegiatan belajar bukan sebagai pemberi materi total dari awal sampai akhir seperti yang
dilakukan oleh sebagian guru dalam menerangkan ke siswa, tetapi sebagai motivator dan fasilitator bagi seluruh kelompok
Prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai guru dalam pengajaran model cooperative learning teknik STAD diantaranya diawali
dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4 -5 siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, kemudian Guru menyampaikan materi dasar
mengenai konsep pencernaan pada manusia kepada seluruh siswa dalam kelompok, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta
kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok untuk menjawab lembar kerja siswa dan siswa saling mengajarkan kepada teman sekelompoknya,
mempersilahkan setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja siswa LKS, dan pada tahap akhir Guru memberikan tes secara individu kepada
siswa, selama tes individu berlangsung siswa diperkenankan untuk tidak bekerjasama dalam kelompok.
Sedangkan prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai guru dalam pengajaran model cooperative learning teknik jigsaw adalah
diawali dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4 -5 siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen yang dijadikan sebagai tim asal, kemudian
membentuk tim ahli dengan membagikan materi yang berbeda-beda kepada tim asal, menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang materi yang sama dalam
kelompoknya masing-masing kepada tim ahli agar saling membantu
memahami materi yang diberikan bersama-sama. Setelah diskusi masing- masing kelompok tim ahli selesai, meminta masing-masing siswa untuk
kembali ke tim asalnya untuk saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi
yang ditugaskan guru, kemudian guru memberikan tes individu berupa kuis kepada siswa, yang hasilnya digunakan untuk menentukan skor peningkatan
individu. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerjasama dengan yang lain.
Sama halnya dengan teknik jigsaw pada teknik STAD pun guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok yang
berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, keaktifan maupun tanggung jawab dalam melakukan tugas dan menghargai pendapat orang lain.
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen STAD, aktivitas siswa mengerjakan LKS secara kelompok didapatkan nilai rata-rata 67,85.
69
Pada tahap ini termasuk kategori cukup karena siswa belum terbiasa belajar
kelompok yang dilakukan dengan menggunakan teknik STAD. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 71,42.
Pada tahap ini termasuk kategori baik karena siswa sudah mulai bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa
belajar kelompok menggunakan teknik STAD. Pada pertemuan ketiga didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 80,71.
70
Pada tahap ini termasuk kategori sangat baik karena siswa sudah bekerjasama dengan
sangat baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa belajar kelompok menggunakan teknik STAD. Hal ini sesuai dengan data
hasil observasi pada kelas eksperimen STAD tersebut pada aspek kerja sama pada indikator bekerja sama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 92,8.
71
Berarti siswa sangat baik dalam bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan LKS dalam kelompok. Sesuai
69
Lampiran 20, h. 163
70
Ibid, h. 163
71
Lampiran 21, h. 164
dengan dengan hasil penelitian Marjoko yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning teknik STAD dapat meningkatkan kerja
sama dalam kelompok.
72
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heri Midiastutik yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative
learning teknik STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
73
Sedangkan menurut Scott Armstrong dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik STAD selain dapat meningkatkan kerja
sama juga dapat mencapai tujuan pembelajaran yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
74
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen jigsaw, aktivitas siswa mengerjakan LKS secara kelompok didapatkan nilai rata-rata 75.
75
Pada tahap ini termasuk kategori baik karena setiap siswa sudah mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap materi yang telah dibagikan kepada guru sebelum siswa tersebut kembali ke tim asalnya. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai
rata-rata mengerjakan LKS sebesar 86,4. Pada tahap ini termasuk kategori baik karena siswa sudah mulai terbiasa belajar kelompok menggunakan
teknik jigsaw. Pada pertemuan ketiga didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 95,7.
76
Pada tahap ini termasuk kategori sangat baik karena siswa sudah sangat baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai
terbiasa belajar kelompok menggunakan teknik jigsaw. Hal ini sesuai dengan data hasil observasi pada kelas eksperimen tersebut pada aspek tanggung
jawab pada indikator bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 95 dan bertanggung jawab terhadap
pembagian tugas yang diberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 85.
77
Berarti siswa sangat baik dalam hal bertanggung jawab terhadap tugas yang
72
Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning teknik Student Team Achievement Division STAD di SMP Negeri 3 Cilacap, Widyatama Vol. 5, No. 1, Maret 2008, hal. 63
73
Heri Midiastutik , Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pokok bahasan persamaan eksponen dan logaritma melalui metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Vidya, volume 14 nomor 1,
Januari 2006, hal. 36
74
Scott Armstrong, student teams achievement divisions STAD in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude, Journal of Social Studies Research: Student Teams Achievement Division,
http:findarticles.comparticlesmi_qa3823is_199804ai_n8783828print ,
2008, h. 1
75
Lampiran 20, h. 163
76
Ibid , h. 163
77
Lampiran 21, h. 165
diberikan dan bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan. Sesuai dengan dengan hasil penelitian Saila Mahdina Basya yang menyatakan
bahwa pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dan memberikan dampak positif bagi hasil belajar
siswa.
78
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suprapto Mukti Nugroho yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning
teknik jigsaw ini cukup efektif untuk membantu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar
siswa.
79
Sirih dan Muhammad Ali dalam penelitiannya juga memberikan kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
dengan menggunakan tongkat estafet dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa bekerja kelompok dalam berbagi pengetahuan pada
kelompok ahli dan kelompok asal serta dapat mengefektifkan penggunaan waktu dan pola pergerakan siswa serta alur informasi baik dalam kelompok
asal maupun kelompok ahli.
80
Berdasarkan hasil belajar biologi menyatakan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas STAD. Pada
kelas jigsaw nilai rata-rata sebesar 72,94.
81
Pada kelas STAD nilai rata-ratanya sebesar 67.
82
Berdasarkan perolehan kategori N-gain pada kelas STAD yang merupakan kategori rendah 0, kategori sedang 33 dan tinggi 2 tabel 4.3.
Sedangkan perolehan N-gain pada kelompok jigsaw merupakan kategori rendah 0, kategori sedang 28 dan tinggi 6 tabel 4.6. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kelas jigsaw siswa cenderung mendapat nilai yang lebih tinggi dari pada kelas STAD.
Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis menunjukkan “t” test
didapatkan t
hitung
= 2,08 dengan dk derajat kebebasan sebesar 67 35 + 34 –
78
Saila Mahdina Basya , Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional studi kasus di Ponpes Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan,
Jakarta: skripsi UIN, 2007.
79
Suprapto Mukti. Nugroho, Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, hal. 49
80
H.M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendari, Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No. 1,
Pebruari 2007, hal. 20
81
Lampiran 22,h. 180
82
Lampiran 22, h. 172
2 tidak ada pada tabel sehingga menggunakan dk yang mendekati yaitu 70 maka diperoleh t
tabel
pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00. Jika dibandingkan t
hitung
dengan t
tabel
maka t
hitung
t
tabel .
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil
belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik jigsaw. Hal ini senada dengan hasil penelitian Efi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsinya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui pendekatan
cooperative learning teknik jigsaw dengan teknik STAD sebuah eksperimen di MTS Al-Marwah Teluk Naga Tangerang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan
teknik STAD, dengan nilai rata-rata N-gain kelas VIII-E yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw yaitu 3,14 dan nilai
rata-rata mean gain kelas VIII-C yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD yaitu 2,68 maka dapat dikatakan bahwa
hasil belajar kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD.
83