varians yang homogen, sebaliknya jika Fhitung F
tabel
maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Tampak bahwa hasil
perhitungan tersebut nilai Fhitung F
tabel
sehingga dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif
teknik STAD dengan teknik Jigsaw . Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui
bahwa kedua kelompok eksperimen berdistribusi normal dan homogen, maka dari itu pen
gujian hipotesis menggunakan “t” test . “t” test yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa yang
diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik Jigsaw pada konsep sistem pencernaan pada manusia. “t” test dilakukan dengan
membandingkan N-gain pada masing-masing kelompok eksperimen. Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4. 11 Hasil pengujian Hipotesis Nilai N-
gain dengan “t test” Kelompok Eksperimen STAD dan Jigsaw
Kelompok Eksperimen
Jumlah dk
_ x
N-gain t
hitung
t
tabel
Keputusan
STAD 35
67 0,49
2,08 2,00
Ha diterima
Jigsaw 34
0,56
Dari hasil perhitungan, diperoleh t
hitung
sebesar 2,08
66
, dengan dk derajat kebebasan sebesar 67 35 + 34
– 2 tidak ada pada tabel sehingga menggunakan dk yang mendekati yaitu 70 maka diperoleh t
tabel
pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00.
67
Karena didapat perhitungan N-gain kelompok eksperimen STAD dan jigsaw t
hitung
t
tabel
2,08 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa
yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik jigsaw .
D. Pembahasan Hasil Belajar
Berdasarkan pengujian hipotesis sebelumnya, dinyatakan bahwa terdapat rata-rata hasil belajar biologi yang signifikan antara siswa yang menggunakan
teknik STAD dengan yang menggunakan teknik jigsaw. Perbedaan rata-rata hasil belajar biologi antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan model cooperative learning teknik jigsaw lebih baik dari pembelajaran dengan model cooperative learning teknik STAD. Karena
berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelompok eksperimen jigsaw sebesar 72,94 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata biologi kelompok
eksperimen STAD sebesar 67. dengan menggunakan “t” test nilai N-gain kedua kelompok tersebut diperoleh juga t
hitung
t
tabel
, yaitu 2,08 2,00, hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar biologi siswa pada kelas
eksperimen jigsaw yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen STAD.
Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa antara yang diajarkan melalui teknik jigsaw dengan
teknik STAD. Hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui teknik jigsaw lebih baik dibandingkan teknik STAD. Hal ini dimungkinkan karena
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih banyak menekankan kepada
66
lampiran 28 , h. 195
67
ibid, h. 195
tanggung jawab pribadi sebagai kelompok ahli yang harus menguasai dan mengajarkan serta memberikan pemahaman materi yang telah ia pelajari
kepada teman kelompoknya yang lain. Sehingga setiap siswa pada teknik ini mempunyai tanggung jawab agar setiap kelompoknya dapat memahami materi
secara keseluruhan, sedangkan pada kelompok STAD tanggung jawab yang diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara bersama-
sama. Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kegiatan belajar
mengajar selama pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik STAD dan jigsaw. Guru bidang studi biologi dan teman
sebaya yang berperan sebagai observerpengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan mengacu pada lembar observasi yang
telah dibuat sesuai dengan skenario yang telah dibuat sesuai dengan skenario pembelajaran pada teknik STAD dan jigsaw. Hasil observasi dapat dilihat
pada lampiran.
68
Dalam kedua pembelajaran tersebut, siswa yang biasanya belajar secara individu, tanpa kompetisi dan penghargaan dicoba dikondisikan dengan
adanya kompetisi dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi keberhasilan belajar mereka, serta suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan
bervariasi. Kedua pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang baik, karena siswa tidak cepat merasa bosan dalam
belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri tiap siswa karena siswa dilatih untuk aktif berpendapat, menghargai perbedaan pendapat dan
termotivasi untuk meningkatkan prestasinya karena adanya persaingan dan penghargaan yang diberikan.
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran model cooperative learning teknik STAD dan jigsaw di SMP Attaqwa 06
Bekasi. Penelitian ini dilakukan selama tiga kali pertemuan pada konsep sistem pencernaan pada manusia yang dilaksanakan pada dua kelas
eksperimen, yaitu kelas VIII-I berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan
68
Lampiran 21, h. 164