16 dkk. 2014 tentang pembuatan film plastik biodegradabel dari pati jagung dengan
penambahan kitosan dan pemplastis gliserol, bioplastik dengan penambahan kitosan menghasilkan kekuatan tarik yang semakin besar dan persentase swelling yang
semakin kecil [36]. Semakin besar konsentrasi kitosan maka akan semakin banyak ikatan
hidrogen yang terdapat di dalam film plastik sehingga ikatan kimia dari plastik akan semakin kuat dan sulit untuk diputus, karena memerlukan energi yang besar untuk
memutuskan ikatan tersebut. Hal itu disebabkan oleh partikel bioplastik banyak mengalami perubahan fisika. Sehingga plastik semakin homogen dan strukturnya
rapat, dengan karakteristik tersebut membuat kekuatan tarik semakin besar. Sifat ketahanan film plastik terhadap air ditentukan dengan uji swelling, yaitu persentase
penggembungan film oleh adanya air. Kitosan memiliki sifat hidrofobik dan tak larut dalam air. Sehingga semakin besar konsentrasi kitosan maka swellingnya semakin
kecil [36]. Pada penelitian Darni, et al 2010, variasi perbandingan massa antara pati dan kitosan adalah 6:4, 7:3, 8:2, 9:1, 10:0. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, kondisi optimum terjadi pada saat perbandingan massa pati-kitosan 6:4 [7].
2.5 PLASTICIZER
Plasticizer merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam suatu bahan pembentuk film untuk meningkatkan fleksibilitasnya, karena dapat menurunkan gaya
intermolekuler sepanjang rantai polimernya, sehingga film akan lentur ketika dibengkokkan [37]. Menurut Damat 2008, karakteristik fisik edible film
dipengaruhi oleh jenis bahan serta jenis dan konsentrasi plasticizer. Plasticizer dari golongan polihidrik alkohol atau poliol di antaranya adalah gliserol dan sorbitol.
Bioplastik berbahan dasar pati memiliki kekuatan mekanik yang rendah sehingga diperlukan zat tambahan untuk memperbaiki hal tersebut [38]. Plasticizer sering
digunakan untuk memperbaiki sifat elastisitas dan mengurangi sifat barrier film dari pati [39]. Prinsip proses plastisasi adalah dispersi molekul pemlastis ke dalam
polimer. Jika pemlastis mempunyai gaya interaksi dengan polimer, proses dispersi akan berlangsung dalam skala molekul dan terbentuk larutan polimer-pemlastis. Sifat
fisik dan mekanis polimer-pemlastis ini merupakan fungsi distribusi dari sifat
Universitas Sumatera Utara
17 komposisi pemlastis. Oleh karena itu, ramalan karakteristik polimer yang
terplastisasi dapat dilakukan dengan variasi komposisi pemlastis [40]. McHugh dan Krochta 1994, menyatakan bahwa poliol seperti sorbitol dan gliserol adalah
plasticizer yang cukup baik untuk mengurangi ikatan hidrogen internal sehingga
akan meningkatkan jarak intermolekul [28]. Menurut Pamilia Coniwanti 2014, pada penelitiannya tentang pembuatan
film plastik biodegradabel dari pati jagung dengan penambahan kitosan dan pemplastis gliserol, diperoleh bahwa semakin banyak gliserol yang ditambahkan ke
dalam film plastik biodegradabel maka film plastik yang dihasilkan akan semakin elastis [36]. Tapi persentase elongasi berbanding terbalik dengan kekuatan tarik.
Secara umum, dengan penambahan gliserol sebagai plasticizer molekul-molekul di dalam larutan tersebut terletak di antara rantai ikatan biopolimer dan dapat
berinteraksi dengan membentuk ikatan hidrogen dalam rantai ikatan antara polimer sehingga menyebabkan interaksi antar molekul biopolimer menjadi semakin
berkurang. Hal ini menyebabkan berkurangnya kekuatan tarik film dengan adanya penambahan plasticizer.
Pada penelitian Romadloniyah 2012, variasi sorbitol yang digunakan sebagai plasticizer adalah 1,5 ml, 2 ml, 2,5 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tensile strength terbesar dimiliki oleh plastik biodegradable dengan penambahan 1,5
ml sorbitol yaitu 126,87 MPa dan elongation terbesar dimiliki oleh plastik biodegradable
dengan penambahan 2,5 ml sorbitol yaitu 78,33 [41].
2.6 SORBITOL