14 variasi komposisi yaitu penambahan 0,4 kalsium karbonat dan 40 sorbitol
sebesar 19,81. Ketahanan sobek merupakan gaya tarik maksimum yang dapat dicapai
sampai film tetap bertahan sebelum film kemudian putus atau sobek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan sobek pada film bioplastik dari berbagai variasi
komposisi kalsium karbonat dan sorbitol berkisar antara 2,50-26,32 MPa.
2.3 BIJI ALPUKAT
Alpukat Persea americana Mill. merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia, karena sifat tanaman ini mudah tumbuh di daerah tropis dan subtropis
[8]. Total produksi pisang di Indonesia pada tahun 2009 berkisar antara 257,642 ton [29]. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik BPS, produksi buah alpukat di
Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Umumnya jika mengkonsumsi buah alpukat, bagian bijinya dianggap tidak bermanfaat sehingga dibuang sebagai
limbah [8]. Biji alpukat tergolong besar, terdiri dari dua keping cotyledon, dan dilapisi
oleh kulit biji yang tipis melekat. Biji tersusun oleh jaringan parenchyma yang mengandung sel-sel minyak dan butir tepung sebagai bahan cadangan makanan. Biji
alpukat merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan bagi tumbuhan selain buah, batang, dan akar [30].
Tabel 2.2 Kandungan kimia biji alpukat Persea americana Mill. dalam 100 gram bahan [9]
Parameter Massa gram
Air 72,63
Abu 0,86
Lemak 1,08
Karbohidrat 24,22
Protein Serat Kasar
1,21 2,21
Universitas Sumatera Utara
15 Plastik biodegradable yang berbasis pati memerlukan bahan dasar yang
mengandung banyak pati [31]. Biji alpukat memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan sebagai bahan dasar plastik biodegradable. Hal ini dikarenakan biji alpukat
Persea americana Mill. memiliki kandungan pati yang cukup tinggi, sekitar 29,6
[9].
2.4 KITOSAN
Kitosan merupakan polimer kationik yang bersifat nontoksik, dapat mengalami biodegradasi dan biokompatibel. Kitosan juga memiliki kegunaan yang
sangat luas dalam kehidupan sehari-hari misalnya sebagai adsorben limbah logam berat dan zat warna, pengawet, antijamur, kosmetik, farmasi, flokulan, antikanker,
dan antibakteri. Kitosan dapat aktif dan berinteraksi dengan sel, enzim atau matrik polimer yang bermuatan negatif [32]. Sumber kitosan sangat melimpah di alam
terutama dari hewan golongan crustaceans seperti udang dan kepiting. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat melimpah akan sumber-sumber kitosan seperti
udang dan limbah cangkang udang yang dihasilkan dalam jumlah sangat banyak kurang termanfaatkan dengan baik. Kitosan diperoleh melalui beberapa tahapan
proses yaitu deproteinasi, demineralisasi, depigmentasi dari cangkang udang sehingga diperoleh kitin. Kitin kemudian dideasetilasi melalui proses hidrolisis basa
menggunakan basa kuat dan pekat sehingga diperoleh kitosan. Performance sifat- sifat kitosan sangat dipengaruhi oleh 2 parameter penting, salah satunya adalah
derajat deasetilasi DD. Besarnya derajat deasetilasi DD ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi basa, temperatur, waktu dan pengulangan proses selama
pembentukan kitosan [33]. Kadar kitin dalam berat udang berkisar antara 60-70 dan bila diproses
menjadi kitosan menghasilkan yield 15-20. Kitosan memiliki sifat biodegradabel, terbarukan dan tidak beracun [34]. Pemilihan kitosan sebagai salah satu alternatif
untuk merekayasa plastik yang ramah lingkungan dikarenakan kitosan memiliki sifat biodegradasi yang baik. Elastisitas kitosan yang sangat kecil dapat ditingkatkan
dengan kopolimerisasi dengan monomer sintesis [35]. Menurut Pamilia Coniwanti,
Universitas Sumatera Utara
16 dkk. 2014 tentang pembuatan film plastik biodegradabel dari pati jagung dengan
penambahan kitosan dan pemplastis gliserol, bioplastik dengan penambahan kitosan menghasilkan kekuatan tarik yang semakin besar dan persentase swelling yang
semakin kecil [36]. Semakin besar konsentrasi kitosan maka akan semakin banyak ikatan
hidrogen yang terdapat di dalam film plastik sehingga ikatan kimia dari plastik akan semakin kuat dan sulit untuk diputus, karena memerlukan energi yang besar untuk
memutuskan ikatan tersebut. Hal itu disebabkan oleh partikel bioplastik banyak mengalami perubahan fisika. Sehingga plastik semakin homogen dan strukturnya
rapat, dengan karakteristik tersebut membuat kekuatan tarik semakin besar. Sifat ketahanan film plastik terhadap air ditentukan dengan uji swelling, yaitu persentase
penggembungan film oleh adanya air. Kitosan memiliki sifat hidrofobik dan tak larut dalam air. Sehingga semakin besar konsentrasi kitosan maka swellingnya semakin
kecil [36]. Pada penelitian Darni, et al 2010, variasi perbandingan massa antara pati dan kitosan adalah 6:4, 7:3, 8:2, 9:1, 10:0. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, kondisi optimum terjadi pada saat perbandingan massa pati-kitosan 6:4 [7].
2.5 PLASTICIZER