Teori Alfred Weber Teori Lokasi Pasar Losch

commit to user 25 pada Rencana Tata Ruang yang telah ada. Adapun jenis dan proses pengaturan lokasi dapat dilihat dari gambar berikut. Sumber : Keppres No.41 tahun 1996 Gambar 2.2 Bagan Proses Pengaturan Lokasi Industri Bagan tersebut menunjukkan bahwa lokasi industri sangat bergantung dari kualitas rencana tata ruang yang ada, dan pemerataan pertumbuhan industri akan sulit terjadi. Bila perencana dan pemda salah menetapkan rencana pengalokasian kegiatan industri, maka dampak apapun akan terjadi. Padahal posisi pemerintah pusat dalam mempengaruhi lokasi kegiatan ekonomi sangat penting.

2.4.3 Teori Lokasi

2.4.3.1 Teori Alfred Weber

Pemilihan lokasi industri menurut Weber didasarkan pada prinsip meminimalisasi biaya. Weber mengatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung Izin UUG oleh sekwilda dati II a.n. Bupati Walikota · Izin Usaha Tetap · Izin tenaga kerja asing Perusahaan di dalam kawasan industri Perusahaan di luar kawasan kawasan berikat Mengajukan usulan usaha dan fasilitas yang diinginkan Mengajukan usulan lokasi usaha Permohonan HGB Investor Kanwil perindustrian Izin lokasi oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kodya sesuai RTR Izin lokasi oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kodya sesuai RTR commit to user 26 pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber, ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan transportasi dan bahan baku, Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau Locational Triangle untuk memperoleh lokasi optimum Tarigan, 2005:140.

2.4.3.2 Teori Lokasi Pasar Losch

Teori ini didasarkan pada permintaan demand. Dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimum dari suatu pabrik atau industri adalah apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas sehingga dapat dihasilkan pendapatan yang besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai dari pusat industri, volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri, semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi akibat dari naiknya biaya transportasi. Berdasarkan teori ini setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki pendirian pabrik-pabrik secara merata dan saling bersambung sehingga berbentuk heksagonal karena hal ini akan menyebabkan harga semakin turunmurah. Terhadap pandangan Losch ini, perlu dicatat bahwa saat ini banyak pemerintah yang melarang industri berada di dalam kota. Dengan demikian lokasi produksiindustri harus bergeser ke pinggir kota atau bahkan ke luar kota dengan membuka kantor pemasaran di dalam kota. Artinya dalam industri tersebut walaupun proses produksi berada di luar kota tetap merupakan bagian dari kegiatan kota dalam arti kata memanfaatkan range atau wilayah dari kota tersebut Tarigan, 2005:145. Tabel 2.1 Kriteria Lokasi Industri Lokasi Standar Teknis Komplek Industri Estet Industri Lahan Peruntukan Industri Kawasan Berikat Bonded Zone Pemukiman Industri kecil Sentra Industri Kecil Sarana Usaha Industri Kecil Jarak terhadap pusat kota Di luar kota Maksimum 15 km Daerah pinggiran kota Daerah pinggiran kota dengan aksesibilitas tinggi ke pelabuhan airport Tak tertentu Tak tertentu Di dalam estet industri Jarak terhadap permukiman Terpisah dari permukiman Minimal 2 km Minimal 3 km Terpisah dari permukiman Relatif berbaur dengan permukiman Relatif berbaur dengan permukiman Di dalam estet industri Jaringan jalan Di sekitar jalan regional Di sekitar jalan regional Di sekitar jalan regional Di sekitar jalan regional Di sekitar jalan lokal Di sekitar jalan lokal Di dalam estet industri Fasilitas dan prasarana Minimal tersedia sumber air Dalam radius pelayanan listrik, air bersih, telekomunikasi, sistem transportasi dan perbankkan Dalam radius pelayanan listrik, air bersih, dan telekomunikasi Dalam radius pelayanan listrik, air bersih, telekomunikasi, sistem transportasi terutama pelabuhan airport dan kargo terminal Minimal terlayani listrik dan sumber air Minimal tersedia sumber air Di dalam estet industri Kualitas air sungai Terlayani sungai golongan C, D, E Terlayani sungai golongan C, D, E Terlayani sungai golongan C, D, E Terlayani sungai golongan C, D, E Terlayani sungai golongan C, D, E Terlayani sungai golongan C, D, E Di dalam estet industri Peruntukan lahan Budidaya pertanian Budidaya pertanian Budidaya pertanian Budidaya pertanian Dapat berbaur antara lain dengan permukiman dan pertanian Dapat berbaur antara lain dengan perdagangan, pertanian dan permukiman Di dalam estet industri Keterangan : Sungai Golongan A : air yang digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu Sungai Golongan A : air baku yang baik untuk air minum dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, selain keperluan A Sungai Golongan A : air baku yang baik untuk air minum dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, selain keperluan A dan B Sungai Golongan A : air yang baik untuk pertanian, usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air, lintasan air dan keperluan lain, selain keperluan A, B, C Sungai Golongan A : air yang tidak sesuai untuk keperluan dalam golongan A, B, C dan D Sumber : Kriteria Lokasi Industri dan Standar Teknis Industri, Departemen Perindustrian 1988 dalam RTRK Palur 1991-2001 commit to user 28

2.5 Tinjauan Terhadap Lahan