Aktifitas Industri Kebijakan Pengaturan Lokasi Industri

commit to user 23

BAB 2 KONSEP-KONSEP PERUBAHAN PENGGUNAAN

LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

2.4 Tinjauan Umum Industri

Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, danatau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Djoko santoso, 2003:11 membagi industri menjadi empat, yaitu: 1. Industri Rumah Tangga Seperti industri batik tulis, kerajinan tenun, kerajinan logam, kerajinan anyaman, kerajinan ukir-ukiran, dan kerajinan tanah liat. 2. Industri Ringan Seperti industri jenang dodol, industri batik cap, dan industri sepatu. 3. Industri sedang Seperti industri pakaian jadi dan industri percetakan. 4. Industri Besar Seperti industri dasar mesin, besi baja, pemintalan, dan kimia dasar Dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 16PermenM2006, yang dimaksud dengan “zona industri” adalah “bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupatenkota yang bersangkutan”.

2.4.1 Aktifitas Industri

Aktifitas industri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang berkaitan satu sama lain sebagai suatu sistem produksi. Sistem produksi adalah gabungan dari beberapa unitelemen yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan Djojodipuro, 1990:7. commit to user 24 Input : · Bahan baku · Tenaga kerja · Modal Proses produksi Output produk Pasar Secara garis besar sistem produksi industri terbagi menjadi tiga bagian yaitu input, proses produksi dan output industri. Input sistem produksi terdiri dari bahan baku, tenaga kerja dan dana. Sedangkan proses produksi meliputi fasilitas, mesin dan peralatan, serta lingkungan kerja dan output sistem yang berupa produk yang dihasilkan Djojodipuro, 1990:7-8. Dalam faktor yang termasuk input, proses dan output, masih terdapat faktor lain yaitu berupa permintaan pasar, manajemen perusahaan, lingkungan eksternal yang meliputi pemerintah, teknologi, perekonomian dan kondisi sosial politik DavidRussel, 1994:11. Selain itu, Smith 1981:84 menambahkan bahwa masih terdapat faktor transportasi dan pasar dalam proses produksi industri. Transportasi Sumber : Smith, 1981:24 Gambar 2.1 Sistem Proses Produksi

2.4.2 Kebijakan Pengaturan Lokasi Industri

Penanganan masalah pendirian di suatu daerah melibatkan berbagai instansi dalam proses perizinannya. Secara umum penanganan dilakukan oleh dua instansi yang berbeda untuk jenis yang berbeda pula, yakni BKPMBKPMD Badan Koordinasi Penanaman ModalDaerah serta Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Dalam hal pengaturan lokasi industri, proses terjadi pada tingkatan Daerah Tingkat II. Instansi Pusat dan Dati I, tidak memiliki kebijaksanaan pengalokasian khusus karena hanya mengeluarkan Persetujuan Prinsip Usaha dan Izin Usaha Tetap IUT. Mengenai persetujuan lokasi industri, instansi ini berpedoman pada rekomendasi yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional BPN yang mengacu commit to user 25 pada Rencana Tata Ruang yang telah ada. Adapun jenis dan proses pengaturan lokasi dapat dilihat dari gambar berikut. Sumber : Keppres No.41 tahun 1996 Gambar 2.2 Bagan Proses Pengaturan Lokasi Industri Bagan tersebut menunjukkan bahwa lokasi industri sangat bergantung dari kualitas rencana tata ruang yang ada, dan pemerataan pertumbuhan industri akan sulit terjadi. Bila perencana dan pemda salah menetapkan rencana pengalokasian kegiatan industri, maka dampak apapun akan terjadi. Padahal posisi pemerintah pusat dalam mempengaruhi lokasi kegiatan ekonomi sangat penting.

2.4.3 Teori Lokasi