banyaknya program-program kegiatan yang tidak dapat direalisasikan pada tahun berjalan.
6.3.1.2 Aktor Perencanaan dan Pembangunan Kota
Ada tiga aktor penting yang menentukan sebuah kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah. Ketiga aktor tersebut adalah pemerintah, pelaku usaha, dan
masyarakat. Antara ketiga kekuatan ini terjadi saling tarik menarik kepentingan. Dalam kenyataannnya Pemerintah Kota Medan belum dapat memainkan peran
sebagai fasilitator yang baik antara pelaku usaha dan masyarakat sehingga sering mengabaikan kepentingan masyarakat. Berdasarkan hasil kajian pengaruh koefisien
maupun kondisi empiris yang ada pengaruh kekuatan pasar lebih mendominasi terhadap pembangunan ekonomi wilayah. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan
ketidaksiapan kepemimpinan pada setiap stakeholder, sistem perpolitikan yang kurang mendukung, serta ketersediaan capacity building penyelenggara Pemerintah
Kota Medan baik dalam penyediaan dokumen-dokumen perencanaan pembangunan kota yang lebih berkualitas sebagai konsekuensi kurangnya ketersediaan SDM yang
berkualitas, pengelolaan keuangan dan barang daerah yang baik, serta kurangnya kebijakan-kebijakan publik yang bisa mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor
riil yang lebih baik dan berkeadilan.
6.3.1.3 Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Sistem Perpajakan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah diatur secara tegas bahwa sektor-sektor ekonomi strategis sepenuhnya menjadi kewenangan
pemerintah pusat, antara lain yang terkait dengan pengelolaan pelabuhan laut dan udara, telekomunikasi, listrik, gas, dan BUMN lainnya serta pengelolaan kawasan
industri dan daerah hanya diberi kewenangan untuk mengatur tata ruangnya sesuai arahan tata ruang nasional. Kondisi ini tidak sepenuhnya menguntungkan daerah
karena manajemen pengelolaan sepenuhnya diwarnai oleh intervensi pusat dan perusahaan-perusahaan multinasional yang berusaha di kawasan-kawasan aglomerasi
tersebut. Daerah tidak memiliki peran yang cukup berarti terhadap keberadaan perusahaan BUMN dan perusahaan multinasional. Kondisi inilah yang dialami oleh
Pemerintah Kota Medan terhadap keberadaaan kawasan aglomerasi yang ada di Kota Medan antara lain PT Kawasan Industri Medan, PT Kawasan Industri Lamhotma, PT
Pelabuhan Laut Internasional Belawan, PT Samudera Perikanan Gabion, dan beberapa BUMN lainnya.
Dikaitkan dengan sistem perpajakan yang ada sesuai dengan UU No 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No 18 tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah juga kurang menguntungkan posisi daerah. Jenis-jenis pajak yang terdiri dari PBB, BPHTB, PPh pereseorangan, PPh
badan hukum, PPn PPh atas barang dan jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, menjadi penerimaan pemerintah pusat. Sedangkan Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kenderaaan bermotot dan
Universitas Sumatera Utara
Kenderaan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan merupakan
kewenangan pemerintah propinsi, meskipun sebagian persentasenya ada yang dikembalikan kepada pemerintah kota sesuai dengan formulasi yang sudah
ditetapkan. Namun jenis-jenis pajak yang hasilkan oleh sektor-sektor ekonomi strategis seperti PPn, PPh perseorangan dan badan hukum, pajak ekspor dan impor
dari pelabuhan darat, udara dan laut, listrik, gas dan telekomunikasi sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Demikian juga dengan pajak-pajak yang
berasal dari perusahaan yang berada pada kawasan aglomerasi KIM, Lamhotma, Pelabuhan Internasional Belawan, dan Pelabuhan Samudera Perikanan Gabion
semuanya menjadi penerimaan pemerintah. Kondisi ini juga menjadi konstrain bagi Pemerintah Kota Medan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan pembangunan
kota yang demikian kompleks dan multidimensional sebagai konsekuensi terbatasnya sumber-sumber fiskal daerah. Berbeda halnya dengan pengalaman negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Negara-negara Asia Timur lainnya termasuk Malaysia teori kutub pertumbuhan growth pole theory dan pengembangan kawasan
aglomerasi sengaja di sitimulus untuk mempercepat kemajuan pengembangan wilayah dan perbaikan pendapatan masyarakat karena semua sumber-sumber
penerimaan dari sektor ekonomi strategis itu kembali kepada daerah penghasil. Hal ini terkait dengan sistem konstitusi mereka yang sangat mendorong dan memberikan
Universitas Sumatera Utara
kewenangan penuh kepada negara-negara bagian untuk mengembangkan potensi masing-masing wilayah, pemerintah pusat hanya menerima sebagian kecil.
Gambar 6.14. Faktor-Faktor
yang berpengaruh
dalam penyusunan
dokumen perencanaan dan pembangunan kota
6.3.2 Terdapat Empat Variabel yang Berpengaruh Besar dan Signifikan
terhadap Pendapatan Masyarakat di Kota Medan
Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti ditemukan terdapat 4 empat variabel yang berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Medan
yaitu: 1 Lokasi Tempat Tinggal, 2 Aksesibilitas Lembaga Keuangan, 3 Demografi, dan 4 Kesempatan Kerja.
Keempat faktor tersebut dapat dikatakan sebagai inti core peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Medan. Apabila Pemerintah Kota Medan mempunyai
usaha yang sungguh-sungguh dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya maka disamping diperlukan upaya perbaikan kualitas perencanaan dan pembangunan
wilayah Kota Medan direkomendasikan untuk memprioritaskan penekanan kepada keempat kebijakan ini menjadi arah kebijakan pembangunan Kota Medan ke depan.
Perencanaan dan Pembangunan Wilayah
Pendapatan
1. Batas Kewenangan yang dimiliki Pemerintah Kota Medan
2. Aktor Perencanaan dan Pembangunan Kota
3. Pelaksanaan Otonomi dan Sistem Perpajakan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.15. Empat Faktor Berperan dalam Peningkatan Pendapatan
Berdasarkan telaah model, penelitian ini juga memunculkan beberapa temuan spesifik yang bermakna untuk diuraikan lebih lanjut.
1. Aksesibilitas Lembaga Keuangan. Aksesibilitas lembaga keuangan bank dan non bank sangat berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Medan. Aktivitas perekonomian masyarakat sangat tergantung terhadap lembaga keuangan terutama yang
memerlukan permodalan dalam rangka meningkatkan volume perdagangan dan aktivitas bisnis lainnya. Banyak pilihan masyarakat untuk mendapatkan
permodalan baik lembaga bank maupun non bank. Setiap lembaga keuangan ini memberikan begitu banyak variasi produk yang ditawarkan sesuai dengan tingkat
suku bunga yang kompetitif. Masyarakat tinggal memilih sesuai dengan kemampuan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga
Universitas Sumatera Utara
keuangan. Keberhasilan masyarakat dalam mengakses lembaga keuangan dapat dilihat dari tingginya realisasi penyaluran kredit di lembaga keuangan di Kota
Medan. 2. Kesempatan Kerja
Tersedianya kesempatan kerja yang luas memberikan kemudahan bagi tenaga kerja untuk mendapatkan pekerjaan selain keahlian dan tingkat pendidikan yang
dimiliki. Namun, tidak seimbangnya antara kesempatan kerja dengan angkatan kerja atau antara permintaan tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja
menyebabkan pengangguran. Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Tingginya tingkat
pengangguran akan mengurangi pendapatan masyarakat sehingga dengan adanya pengangguran, tingkat kemakmuran masyarakat akan berkurang. Pengangguran
akan menimbulkan masalah ekonomi dan sosial bagi individu yang mengalaminya. Pengangguran juga akan berdampak negatif terhadap keadaan
ekonomi, politik, dan sosial bagi wilayah yang mempunyai tingkat pengangguran yang tinggi.
3. Demografis Meningkatnya daya saing, status sosial, dan derajat kualitas kesehatan masyarakat
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Medan. Meningkatnya demografis di Kota Medan disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain perubahan pola berpikir masyarakat dan perubahan pada aspek sosial
Universitas Sumatera Utara
ekonomi. Selain itu usaha pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan akan semakin
mendorong perbaikan tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Demikian juga pembentukan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM akan
meningkatkan daya saing masyarakat yang pada gilirannya berpengaruh terhadap perbaikan pendapatan masyarakat di Kota Medan.
4. Lokasi Tempat Tinggal. Lokasi tempat tinggal ini berpengaruh terhadap pendapatan sesuai dengan letak
geografis wilayah tempat tinggal masyarakat di Kota Medan. Berdasarkan penelitian, lokasi tempat tinggal dibagi atas dua yaitu: pusat perdagangan urban
dan di luar pusat perdagangan sub urban. Masyarakat yang bertempat tinggal pada kawasan pusat perdagangan cenderung memiliki tingkat pendapatan yang
lebih baik. Sesuai dengan karakteristik wilayah pada pusat perdagangan tingkat aksesibilitas yang lebih tinggi, tersedianya fasilitas umum yang lebih lengkap
fasilitas hiburan, restoran dan perhotelan dan tingginya nilai tanah. Masyarakat yang memiliki tingkat sosial dan pendapatan yang lebih tinggi ternyata lebih
mampu eksis pada pusat perdagangan. Sementara masyarakat yang bertempat tinggal di luar pusat perdagangan pada umumnya adalah masyarakat yang kurang
mampu. Bagi masyarakat yang tidak mampu tinggal pada kawasan pusat perdagangan secara alamiah tergeser ke daerah diluar pusat perdagangan dengan
fasilitas yang minim. Untuk menyikapi permasalahan tersebut Pemerintah Kota
Universitas Sumatera Utara
Medan perlu mengadakan bank tanah land banking yang dapat digunakan untuk penyediaan perumahan dan pemukiman bagi masyarakat yang kurang mampu,
membangun pasar-pasar tradisional, membangun pusat UKMK, membangun Medan Convention Center dan membangun aset-aset publik lainnya yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
6.3.3 Aglomerasi Berpengaruh Negatif terhadap Pendapatan