e Pengembangan daya saing UKMK dan peningkatan penanaman modal daerah f Peningkatan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
g Membangun kota jasa, perdagangan dan industri serta pemantapan iklim ketenagakerjaan
h Pengembangan kebudayaan dan pariwisata i Penciptaan birokrasi yang kreatif, inovatif, responsif, dan profesional
j Peningkatan kerjasama regional dan lintas batas Indikator perencanaan dan pembangunan wilayah diukur dengan skala likert.
2. Variabel Aglomerasi; konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan
perkotaan menyebabkan terkonsentrasinya aktivitas perekonomian pada bagian wilayah perkotaan yang potensial yang diukur dengan sebaran usaha menurut
lapangan pekerjaan.
3. Variabel Aksesibilitas Lembaga Keuangan;
kemudahan seseorang mengakses lembaga keuangan baik bank maupun non bank untuk mendapatkan pinjaman modal
. 4 Variabel Demografis; adalah
perubahan Struktur Dan Proses Kependudukan
.
5 Variabel Kesempatan Kerja; kendala dalam mendapatkan peluang pekerjaan. 6 Variabel Tabungan; adalah peluang untuk menyisihkan sebagian dari
pendapatan yang dapat ditabung di lembaga keuangan dalam bentuk rupiah. 7 Variabel Pendidikan; kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja.
Universitas Sumatera Utara
8 Variabel Lokasi Tempat Tinggal; lokasi tempat tinggal rumah tangga yang
diukur dengan dummy variabel 0; di luar Pusat Perdagangan,1; Pusat Perdagangan.
9. Variabel Pendapatan; penghasilan total yang diterima oleh masyarakat dalam
satu bulan dalam satuan rupiah per bulan. 4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan dipermudah Riduwan, 2008. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner
adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons responden sesuai dengan permintaan pengguna.
Menurut Arikunto 2002 penyusunan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Mengadakan identifikasi variabel-variabel
yang ada di rumusan judul penelitian atau yang tertera dalam masalah penelitian; 2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel; 3. Mencari
indikator setiap sub atau bagian variabel; 4. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator; 5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butiran-butiran instrumen; 6.
Melengkapi instrumen pedoman atau instruksi dan kata pengantar. Keseluruhan rincian variabel menjadi subvariabel kemudian diteruskan menjadi indikator dan
deskriptor ini dikenal dengan kisi-kisi penyusunan instrumen.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu wilayah kecamatan yang berada pada urban dan suburban. Wilayah kecamatan suburban terdiri dari Medan Belawan,
Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Deli, Medan Tembung, Medan Denai, Medan Amplas, Medan Johor, Medan Tuntungan, Medan Sunggal, dan Medan
Selayang. Sedangkan Wilayah kecamatan urban terdiri dari: Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Helvetia, Medan
Petisah, Medan Barat Medan Timur dan Medan Perjuangan. 4.5.2 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini berlangsung selama 5 bulan, terhitung sejak bulan Maret 2009 sampai bulan Juli 2009.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Studi Literatur, dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder.
Memanfaatkan data sekunder yang berupa publikasi dalam bentuk jurnal, hasil- hasil penelitian yang berasal dari berbagai sumber dan instansi pemerintah, antara
lain BPS, BAPPEDA, dan sebagainya. Selanjutnya untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan kebijakan perencanaan dan pembangunan wilayah yang telah
Universitas Sumatera Utara
dilakukan Pemerintah Kota Medan dilakukan kajian dokumentasi terhadap dokumen induk perencanaan pembangunan yang terdiri dari:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD; b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD;
c. Rencana Kerja Perangkat Daerah RKPD; d. Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah Renstra-SKPD;
e. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Renja SKPD; f. Rencana Umum Tata Ruang Kota RUTRK Kota Medan 2005, Master Plan
Kota Medan 2016, Vision Plan 2036; Kajian dokumen juga dilakukan terhadap produk Undang-undang yang
menjadi dasar penetapan kebijakan perencanaan yang telah dilakukan yaitu: a. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
b. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
c. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
d. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; e. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah; f. Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri:
g. Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Daerah;
Universitas Sumatera Utara
h. Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. 2. Wawancara, dengan menggunakan kuesioner kepada responden.
Data dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner.
3. Facus Group Discusion FGD, penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif dengan instrumen wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah
Focus Group Discussion-FGD dengan topik perencanaan pembangunan dengan pemangku kepentingan pembangunan Kota Medan
4.7 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan
instrumen kuesioner terhadap kepala keluarga. Menurut Notoatmodjo 2005 wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,
di mana peneliti mendapatkan keterangan atau pendapat secara lisan dari responden melalui sebuah pertemuan. Nasution 2003 menyatakan Wawancara
berstruktur semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dengan cermat, biasanya secara tertulis. Pewawancara menggunakan daftar pertanyaan itu
sewaktu melakukan interviu. 2. Data sekunder
Universitas Sumatera Utara
Data sekunder data yang diperoleh dari berbagai jurnal, hasil-hasil penelitian serta hasil publikasi lembaga pemerintah
4.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Data
4.8.1 Uji Validitas
Uji validitas dimaksud untuk menilai apakah alat ukur tersebut diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item dalam penelitian. Teknik yang
digunakan untuk mengukur validitas butir item adalah teknik Kolerasi Product Moment
dari Karl Pearson validitas isicontent validity. Angka kolerasi bagian total yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritis nilai r product moment.
Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikan 1. Penentuan valid tidaknya pernyataan atau item ditentukan melalui besarnya koefisien korelasi. Jika r hitung
positif dan r hitung r tabel, maka skor butir pertanyaan valid. Sebaliknya jika r hitung negatif atau r hitung r tabel, maka butir pertanyaan dinyatakan tidak valid.
4.8.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tinkat konsistensi suatu alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan metode Alpha dari Cronbach. Instrumen dinyatakan reliabel jika hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha lebih besar atau sama dengan alpha
standar 0,5 atau α ≥ 0,5 pengukuran dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12.0.
Universitas Sumatera Utara
4.9 Teknik Pengukuran Data
Pengukuran adalah penggunaan angka-angka pada ciri-ciri sosial danatau psikologis nominal dari individu danatau kelompok menurut aturan tertentu, dan
menghubungkan angka-angka dengan ciri-ciri tersebut secara simbolik Soehartono, 2004.
Menurut Riduwan 2008 skala Pengukuran adalah skala yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan
dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran ada empat, yaitu: Skala Nominal, Skala Ordinal, Skala Ratio.
Skala Nominal adalah skala yang dipergunakan bilamana variabel peubah yang
diukur semata-mata untuk mengklasifikasikan beberapa objek pada variabel tersebut, misalnya: pedagang, petani, pegawai swasta, pegawai negeri dan wirausaha hanyalah
bersifat kode atau lambang yang dipergunakan untuk mempermudah proses pengklasifikasian.
Skala Ordinal adalah skala yang memungkinkan segala sesuatu disusun menurut
peringkatnya, misalnya: 1 sangat tidak ramah, 2 tidak ramah, 3 biasa, 4 ramah, 5 sangat ramah.
Skala Interval adalah jika suatu skala memiliki segala sifat dari skala ordinal dan
jika jarak antara dua angka skor pada skala tersebut mempunyai unsur jarak. Pada skala interval titik nol dan unit pengukurannya dapat dipilih secara sembarang.
Universitas Sumatera Utara
Skala Ratio adalah jika suatu skala memiliki semua ciri suatu skala interval dan
disamping itu memiliki titik nol sejati.
Teknik Pengukuran Data
Variabel Defenisi
Operasional Indikator
Skala Pengukuran
Keterangan Perenca-
naan dan pembangu-
nan wilayah Suatu sistem
rencana kebijakan
Pemerintah Daerah dalam
membangun ekonomi
wilayah melalui
kebijakan kebijakan
pembangunan a Rencana
Tata Guna Lahan
b Percepatan pembangunan
wilayah lingkar luar
dan penanggulangan
kemiskinan c Pembangunan
dan pengembangan
prasarana dan
sarana Kota d Peningkatan
derajat pendidikan dan
kesehatan masyarakat
e Pengembangan daya
saing UKMK
dan peningkatan
penanaman modal daerah
f Peningkatan ketertiban
umum dan
ketentraman masyarakat
g Membangun kota jasa,
Skala Ordinal
1. Sangat
tidak baik 2. Tidak baik
3. Biasa 4. Baik
5. Sangat baik Untuk
jawaban, selanjutnya
disesuaikan dengan
pertanyaan
Variabel Defenisi
Operasional Indikator
Skala Pengukuran
Keterangan perdagangan
dan
Universitas Sumatera Utara
h industri serta
pemantapan iklim
ketenagakerjaan
i Pengembangan kebudayaan dan
pariwisata j Penciptaan
birokrasi yang kreatif, inovatif,
responsif, dan profesional
k Peningkatan kerjasama
regional lintas batas
Aglomerasi Konsentrasi
spasial dari aktivitas
ekonomi di kawasan
perkotaan menyebabkan
terkonsentrasi nya aktivitas
perekonomia- n pada bagian
wilayah perkotaan
yang potensial.yan
g diukur dengan
sebaran usaha menurut
lapangan pekerjaan.
Sebaran usaha dan perusahaan
yang berlokasi pada wilayah
kecamatan menurut lapangan
pekerjaan. Skala
Ordinal 1. Sangat
tidak mencukupi
2. Tidak mencukupi
3. Kurang mencukupi
4. Mencukupi 5. sangat
mencukupi Untuk
jawaban, selanjutnya
disesuaikan dengan
pertanyaan
Aksesibili- tas
Lembaga Keuangan
Kemudahan seseorang
mengakses lembaga
keuangan Kemudahan
untuk mendapatkan
pinjaman modal dari lembaga
Skala Ordinal
1. Sangat tidak
setuju 2. Tidak
setuju
Universitas Sumatera Utara
Variabel Defenisi
Operasional Indikator
Skala Pengukuran
Keterangan
baik bank maupun non
bank untuk mendapatkan
pinjaman modal
keuangan 3. Biasa
4. Setuju 5. Sangat
Setuju
Demografis Perubahan struktur dan
proses kependudu-
kan - Perubahan
status sosial - Perpindahan
penduduk migrasi
- Tingkat kesehatan
- Persaingan hidup
Skala Ordinal
1. Sangat tidak
setuju 2. Tidak
setuju 3. Biasa
4. Setuju 5. Sangat
Setuju Untuk
jawaban, selanjutnya
disesuaikan dengan
pertanyaan
Kesempatan Kerja
Kendala dalam
mendapatkan peluang
pekerjaan - Kemudahan
mendapatkan pekerjaan
- Kesempatan kerja dalam
mengurangi tingkat
pengangguran. Skala
Ordinal 1. Sangat
tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Biasa 4. Setuju
5. Sangat Setuju
Tabungan Peluang
untuk menyisihkan
sebagian pendapatan
untuk - Peluang
masyarakat untuk
menyimpan uangdi lembaga
keuangan. Skala
Ordinal 1. Sangat
tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Biasa
Universitas Sumatera Utara
ditabung dalam bentuk
rupiah 4. Setuju
5. Sangat Setuju
Variabel Defenisi
Operasional Indikator
Skala Pengukuran
Keterangan Pendidikan
Kemampuan dan keahlian
yang dimiliki seseorang
yang
dapat dipergunakan
dalam dunia kerja
- Penguasaan iptek sesuai
kualifikasi keahlian yang
dibutuhkan dunia kerja
Skala Ordinal
1. Sangat tidak
setuju 2. Tidak
setuju 3. Biasa
4. Setuju 5. Sangat
Setuju
Lokasi tempat
tinggal Lokasi tempat
tinggal rumah tangga
yang diukur dengan
dummy variabel
Di luar Pusat Perdagangan,
Pusat Perdagangan
Skala Nominal
1. Diluar Pusat
perdagangan 2. Pusat
perdagangan Pendapatan
Pendapatan total
yang diterima oleh
masyarakat dalam
satu bulan dalam
satuan rupiah perbulan
Jumlah pendapatan
yang dihitung
dengan satuan mata
uang rupiah
Skala Interval
1. Rp 400.000 –
Rp 8.320.000
2. Rp 8.320.001 -
Rp 16.240.000
3. Rp 16.240.001
- Rp 24.160.000
4. Rp 24.160.001
- Rp 32.080.000
5. Rp32.080.0
01
Universitas Sumatera Utara
4.10 Teknik Analisis Data
Untuk membuktikan hipotesis 1 dilakukan dengan “path analysis”, dan hipotesis 2 diuji dengan analisis regresi linear berganda. Secara rinci alur hubungan
antara variabel dapat dilihat pada gambar struktur persamaan sebagai berikut;
Gambar 4.1 Persamaan Struktur Path Analisis pengaruh Perencanaan dan Pembangunan
Wilayah terhadap Pendapatan.
AGLOMERASI
AKSESIBILITAS LEMBAGA KEUANGAN
DEMOGRAFIS
KESEMPATAN KERJA
TABUNGAN
PENDIDIKAN PERENCANAAN DAN
PEMBANAN WILAYAH PENDAPATAN
LOKASI TEMPAT TINGGAL
e1
e2
e3
e4
e5
e6
e7
1
1
1
1
1
1 1
1 1
e8
Universitas Sumatera Utara
X
1
Y
1
Z
1
Berdasarkan persamaan struktur path analysis, dapat dibuktikan hipotesis sebagai berikut :
1. Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif terhadap pendapatan dengan model estensi sebagai berikut :
Z
1
=
0 + 1.
X
1
+ e Keterangan :
Z
1
= Pendapatan = Intercept
1
= Koefisien X
1
= Perencanaan dan pembangunan wilayah e
= error of term 2. Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif terhadap
pendapatan melalui aglomerasi dengan formula hitungan : = P Y
1.
X
1
P Z
1.
Y
1
3. Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif terhadap pendapatan melalui aksesibilitas lembaga keuangan dengan formula hitungan :
= P Y
2.
X
1
P Z
1.
Y
2
4. Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif terhadap pendapatan melalui demografis dengan formula hitungan :
= P Y
3.
X
1
P Z
1.
Y
3
X
1
Y
3
Z
1
X
1
Y
2
Z
1
Universitas Sumatera Utara
5. Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif terhadap pendapatan melalui kesempatan kerja dengan formula hitungan:
= P Y
4.
X
1
P Z
1.
Y
4
6. Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif terhadap pendapatan melalui tabungan dengan formula hitungan :
= P Y
5.
X
1
P Z
1.
Y
5
7. Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif terhadap pendapatan melalui pendidikan dengan formula hitungan :
= P Y
6.
X
1
P Z
1.
Y
6
8. Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif terhadap pendapatan melalui lokasi tempat tinggal dengan formula hitungan :
= P Y
7.
X
1
P Z
1.
Y
7
10. Aglomerasi, aksesibilitas lembaga keuangan, demografis, kesempatan kerja, tabungan, pendidikan, dan lokasi tempat tinggal berpengaruh secara positif
terhadap pendapatan, dengan model estensi sebagai berikut : Z
1
=
1
+
2.
Y
1
+
2.
Y
2
+
3.
Y
3
+
4.
Y
4
+
5.
Y
5
+
6.
Y
6
+
7.
Y
7
+e Keterangan :
Z
1
= Pendapatan
1
= Intercept
2-7
= Koefisien Regresi Y
1
= Aglomerasi X
1
Y
4
Z
1
X
1
Y
5
Z
1
X
1
Y
6
Z
1
X
1
Y
7
Y
1
Universitas Sumatera Utara
Y
2
= Aksesibilitas Lembaga Keuangan Y
3
= Demografis Y
4
= Kesempatan Kerja Y
5
= Tabungan Y
6
= Pendidikan Y
7
= Lokasi tempat tinggal e
= error of term Analisis Jalur digunakan untuk menelaah hubungan antara model kausal yang
telah dirumuskan peneliti atas dasar pertimbangan teoritis dan pengetahuan tertentu. Hubungan kausal selain didasarkan pada data, juga didasarkan pada pengetahuan,
perumusan hipotesis dan analisis logis, sehingga dapat dikatakan analisis jalur dapat digunakan untuk menguji seperangkat hipotesis kausal serta untuk menafsirkan
hubungan tersebut. Kriteria Bank Dunia digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan
penduduk Kota Medan. Ketimpangan distribusi pendapatan diukur dengan menghitung pangsa kontribusi pendapatan yang diterima oleh penduduk, dengan
mengelompokkan penduduk dalam tiga lapis strata pendapatan, yaitu 40 penduduk berpendapatan rendah, 40 penduduk berpendapatan menengah, dan 20
penduduk berpendapatan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1. Peta Kecamatan Kota Medan Sumber : Master Plan Kota Medan 2016
BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan berdasarkan astronomi terletak antara antara: 2°.27-2°.47 Lintang Utara dan 98°.35-98°.44 Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Ha
atau sama dengan 265, 10 Km² atau 3,6 dari total luas wilayah Propinsi Sumatera Utara.
Medan Tembung
Medan Denai Medan Helvetia
Medan Barat Medan Petisah
Medan Perjuangan Medan Timur
Medan Marelan Medan Labuhan
Medan Deli
Medan Kota Medan Sunggal
Medan Selayang Medan Johor
Medan Polonia Medan Baru
Medan Amplas Medan Maimun
Medan Area
Medan Tuntungan Medan Belawan
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, selain memiliki kekuatan pembangunan dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Kota Medan juga memiliki keterbatasan ruang sebagai
bagian daya dukung lingkungan. Bentuk geografis kota tersebut mempengaruhi strategi dalam peletakan dan penyebaran sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan
dan bangunan pemerintah. Bentuk memanjang dan ramping tersebut menyebabkan kebutuhan penyebaran lebih besar karena adanya rentang jarak dan aksesbilitas
pelayanan pusat-pusat pemukiman. Di samping itu secara administrasi Kota Medan berbatasan dengan:
a Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Timur dan Selatan b Selat Malaka di sebelah Utara
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun Polonia pada tahun 2007 berkisar antara 23,2
C – 24,2 C dan suhu maksimum
berkisar antara 31,6 C -33,6
C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 31,6
C – 35,8 dan suhu maksimum berkisar antara 29,1
C-32.9 C.
Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 79-93,5. Kota Medan memiliki ketinggian 2,5m-50m diatas permukaan laut dengan kemiringan tanah 0 -
4 dan sebahagian wilayah Kota Medan berada 2,5 - 5,0 meter berada pada tanah yang pada awalnya berupa rawa yang ditumbuhi oleh pohon - pohon yang dapat
berkembang biak seperti pohon nipah.
Universitas Sumatera Utara
Kota Medan yang dipimpin oleh seorang Walikota pada saat ini terdiri dari 21 Kecamatan dengan 151 Kelurahan yang terbagi atas 1.893 lingkungan. Sedangkan
luas Kota Medan untuk tiap Kecamatan disajikan dalam Tabel.1 berikut :
Tabel 5.1 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan 2008 No
Kecamatan Luas km
Persentase
1 Medan Tuntungan
20.68 7,8
2 Medan Johor
14.58 5,5
3 Medan Amplas
11.19 4,22
4 Medan Denai
9.05 3,41
5 Medan Area
5.52 2.08
6 Medan Kota
5.84 2.20
7 Medan Maimun
2.98 1.12
8 Medan Polonia
9.01 3.40
9 Medan Baru
5.84 2.20
10 Medan Selayang 12.81
4.83 11 Medan Sunggal
15.44 5.82
12 Medan Helvetia 13.16
4.96 13 Medan Petisah
5.33 2.01
14 Medan Barat 6.82
2.57 15 Medan Timur
7.76 2.93
16 Medan Perjuangan 4.09
1.54 17 Medan Tembung
7.99 3.01
18 Medan Deli 20.84
7.86 19 Medam Labuhan
23.82 8.99
20 Medan Marelan 26.25
9.990 21 Medan Belawan
26.25 9,99
Total 265.10
100.00
Sumber : Bappeda Kota Medan 2009
Berdasarkan data Medan dalam Angka, jumlah penduduk Kota Medan cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan perkembangan penduduk
yang cenderung meningkat disebabkan baik oleh perkembangan penduduk secara alami perkembangan penduduk yang disebabkan oleh tingkat kelahiran yang lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi daripada tingkat kematian maupun perkembangan penduduk karena adanya penglaju commuter dari wilayah sekitar Kota Medan, yaitu Medan, Binjai, Deli
Serdang MEBIDANG yang terjadi pada siang hari, yang diperkirakan mencapai ± 500.000 orang. Penelitian menyebutkan bahwa penyebab utama fenomena penglaju
di Kota Medan didorong adanya pandangan bahwa 1 bekerja di kota lebih bergengsi, 2 lebih mudah mencari pekerjaan di kota, 3 tidak ada lagi yang dapat
dikerjakan diolah di daerah asalnya, dan 4 upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap
kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan.
Sebagai salah satu faktor penting dalam pembangunan maka komposisi penduduk Kota Medan berpengaruh terhadap formulasi kebijakan pembangunan kota,
baik menjadi subjek maupun objek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada
kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masing-masing kelompok usia penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan
sosial ekonomi lainnya. Hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Umur Tahun 2008
Laki-laki Perempuan
Jumlah Golongan
Umur Jiwa
Persen Jiwa
Persen Jiwa
Persen [1]
[2] [3]
[4] [5]
[6] [7]
0 – 4 84.810
8,16 91.367
8,60 176.177
8,38 5 – 9
92.185 8,87
95.124 8,95
187.309 8,91
10 –14 93.039
8,95 100.949
9,50 193.988
9,23 15 –19
111.233 10,70
101.109 9,52
212.342 10,10
20 – 24 117.217
11,27 122.707
11,55 239.924
11,41 25 – 29
100.014 9,62
104.256 9,81
204.270 9,72
30 – 34 84.210
8,10 71.636
6,74 155.846
7,41 35 – 39
74.973 7,21
87.525 8,24
162.498 7,73
40 – 44 76.490
7,36 77.476
7,29 153.966
7,32 45 – 49
57.116 5,49
51.494 4,85
108.610 5,17
50 – 54 47.039
4,52 52.619
4,95 99.658
4,74 55 – 59
35.710 3,43
38.265 3,60
73.975 3,52
60 – 64 26.999
2,60 23.025
2,17 50.024
2,38 65 +
38.672 3,72
44.846 4,22
83.518 3,97
Jumlah 1.039.707 100,00 1.062.398 100,00
2.102.105 100,00
Sumber : LKPJ Tahun 2008
Pada tabel 5.2, proporsi anak-anak berusia dibawah lima tahun balita dalam kelompok penduduk Kota Medan sekitar 8.3 persen dari jumlah penduduk. Besarnya
proporsi dan jumlah penduduk anak-anak balita ini berimplikasi pada kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan usia balita, prasarana dan sarana
pendidikan anak usia dini baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada kelompok usia anak-anak dan remaja, kebijakan dan program pembangunan kota yang ditempuh
selama ini diarahkan pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Upaya ini
Universitas Sumatera Utara
terus dilakukan untuk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja guna
mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang semakin berkualitas.
Pertumbuhan penduduk yang cepat dengan luas lahan yang terbatas menyebabkan kepadatan penduduk di Wilayah Kota Medan meningkat. Hal ini dapat
dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.3 Laju Pertambahan dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2005 -2008
Tahun Indikator
2005 2006
2007 2008
[1] [2]
[3] [4]
[5] Jumlah Penduduk jiwa
2.036.18 5
2.067.288 2.083.156 2.102.105 Laju Pertumbuhan Penduduk
1,50 1,53
0,77 0,91
Luas Wilayah KM2 265,10
265,10 265,10
265,10 Kepadatan Penduduk per-
km2 7.681
7.798 7.858
7.929
Sumber : LKPJ Tahun 2008
Berdasarkan tabel 5.3, diperoleh informasi bahwa ada peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.036.185 jiwa pada tahun 2005 menjadi 2.067.288 jiwa
pada tahun 2006. Selanjutnya 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 dan terus bertambah menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008. Laju pertumbuhan berkisar 1.5 persen pada
tahun 2005 dan tahun 2006, 0,77 pada tahun 2007 dan 0,91 pada tahun 2008. Walaupun meningkat namun tidak terlalu mencolok, bahkan laju pertumbuhan
penduduk cenderung menunjukkan trend penurunan sejak tahun 2008. Diketahui, faktor alami yang mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah
Universitas Sumatera Utara
tingkat kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Oleh karenanya, upaya-upaya pengendalian kelahiran melalui program Keluarga Berencana KB terus pertahankan
untuk menekan angka kelahiran. Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka terjadi peningkatan kepadatan
penduduk dari 7149 jiwaKm
2
pada tahun 1996 menjadi 7858 jiwaKm
2
pada tahun 2007. Tingkat kepadatan penduduk tersebut relatif tinggi, hal tersebut menjadi
perhatian dimana luas lahan yang tersedia relatif terbatas. Keadaan ini bisa menimbulkan ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan
yang ada. Di samping itu, adanya fenomena penglaju di Kota Medan, menyebabkan
jumlah penduduk pada siang hari lebih banyak yaitu sekitar 2,5 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk pada malam hari diperkirakan sebesar 2,1 juta jiwa.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa penyebab utama fenomena penglaju di Kota Medan karena adanya pandangan bahwa 1 bekerja di kota lebih bergengsi, 2 lebih
mudah mencari pekerjaan di kota, 3 tidak ada lagi yang dapat dikerjakan diolah di daerah asalnya, dan 4 upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya dorongan
untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan.
5.1.1 Peranan Kota Medan
Kebijakan pengembangan Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional PKN, yang memiliki fungsi utama sebagai;
Universitas Sumatera Utara
1. Pusat yang mendorong kawasan sekitarnya untuk mengembangkan sektor
unggulan industri, perkebunan, pertanian tanaman pangan, pariwisata dan perikanan
2. Pintu gerbang nasional dan internasional 3. Simpul transportasi nasional melalui Pelabuhan Belawan dan Bandara Polonia
4. Simpul distribusi dan kolektor untuk barang dan jasa 5. Pusat jasa Pemerintahan
Kota Medan dalam arahan struktur ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi termasuk dalam hirarkii pusat pelayanan primer, yaitu pusat yang melayani
wilayah Propinsi Sumatera Utara, wilayah Sumatera Utara bagian utara dan wilayah nasionalinternasional yang lebih luas.
Pengembangan Kota Medan dan sekitarnya sebagai pusat pelayanan primer ‘A’ diarahkan sebagai pusat aktivitas sekunder dan tersier bagi Propinsi Sumatera
Utara dengan fungsi utama: a. Pusat Pemerintahan Propinsi
b. Pusat Perdagangan dan Jasa Regional c. Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata
d. Pusat Pranspportasi Darat, Laut dan Udara Regional e. Pendidikan Tinggi
f. Industri
Universitas Sumatera Utara
Sebagai tujuan pembangunan kota, kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat mencakup aspek sosial ekonomi. Secara umum dapat dikatakan bahwa
perubahan-perubahan secara sosial ekonomi dalam masyarakat merupakan indikator penting dalam pembangunan.
Sebagai pendekatan, tolok ukur kinerja dalam pembangunan sering menggunakan indikator-indikator ekonomi maupun sosial. Indikator kinerja
pembangunan kota secara makro berguna untuk melakukan penilaian situasi, memfasilitasi perumusan berbagai alternatif strategi, mengidentifikasi permasalahan
strategis dan operasional yang ada. Hal ini diharapkan mampu memberikan umpan balik bagi formulasi kebijakan, program, serta kegiatan-kegiatan operasional dalam
pembangunan kota pada masa yang akan datang. Penyajian capaian kinerja melalui indikator makro pembangunan kota juga
didasarkan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang secara eksplisit mewajibkan pengelolaan keuangan daerah mengacu kepada keberhasilan
dan prestasi kerja. Berdasarkan hal tersebut, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, tidak hanya menjelaskan input yang digunakan, juga menguraikan output, outcome,
benefit dan impact yang dihasilkan, sebagai tolok ukur kinerja dalam pembangunan
kota. Secara konsepsi pembangunan dapat diartikan sebagai pergerakan ke atas dari
seluruh sistem sosial. Di samping itu, pertumbuhan ekonomi yang didasari dengan perubahan nilai-nilai dan kelembagaan, menunjukkan penting adanya dimensi
Universitas Sumatera Utara
kualitatif di samping pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi memang menjadikan indikator Produk Domestik Regional
Bruto PDRB sebagai salah satu sasaran, namun memusatkan pada kualitas dari pembangunan ekonomi itu sendiri harus lebih diutamakan. Pembangunan ekonomi
diwujudkan dalam upaya meminimalkan atau mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan, sehingga strategi pembangunan berorientasi kepada aspek
menumbuhkan kesempatan kerja, mewujudkan pemerataan, pengentasan kemiskinan dan mengatur pemenuhan kebutuhan pokok.
Berdasarkan alasan–alasan tersebut di atas, maka indikator kinerja pembangunan kota ini, diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro
berbagai hasil, manfaat dan dampak pembangunan kota yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan berserta seluruh stakeholder yang terlibat, baik unsur
masyarakat, swasta, pers, kaum profesional dan berbagai komponen pembangunan
kota lainnya selama tahun 2007.
5.1.2 Ketenagakerjaan
a. Komposisi Ketenagakerjaan
Dalam membahas aspek ketenagakerjaan, pada umumnya yang paling sering dilihat adalah angka pengangguran. Salah satu persoalan pokok pembangunan kota
yang dihadapi selama periode 2006-2008 adalah relatif masih tingginya tingkat
pengangguran terbuka. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Indikator Ketenagakerjaan di Kota Medan Tahun 2006-2008
-9+ ,
1 2
= =
=5 =.
- 22 5?
2?5 ?0 ? 5
1?? 22 1 2
255 25 55 .1
5 01 ? .11
- ?. .
0 0.2 ?15 ?0
55 0. 5 00
021 4
8 15 ?1?
5 11 2? .?
: 1 5
0 ?5 10 .?
Sumber: LPPD Kota Medan 2008
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa yang termasuk angkatan kerja selama periode 2006-2008 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Hal ini terlihat dari
jumlah angkatan kerja di Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 889.352 orang, namun pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi 853.562 orang. Hal ini mengindikasikan
bahwa pada tahun 2007 telah terjadi peningkatan kesadaran bagi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga hal ini
berdampak pada menurunnya angkatan kerja pada tahun 2007, dan disisi yang lain semakin bertambahnya jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi 602.648
orang. Selanjutnya pada tahun 2008 terjadi peningkatan kembali jumlah angkatan kerja di Kota Medan menjadi 959.309 orang dan sebaliknya terjadi penurunan jumlah
penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi 573.562 orang untuk tahun yang sama.
Seiring dengan perkembangan jumlah angkatan kerja yang ada, maka jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja di Kota Medan juga mengalami perkembangan
yang fluktuatif, dimana pada tahun 2006 sebesar 540.142 orang. Pada tahun 2007
Universitas Sumatera Utara
terjadi penambahan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi 602.648 orang, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi 573.562
orang. Hal ini dikarenakan mereka yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi semakin bertambah. Di samping itu, adanya kemungkinan mereka yang tadinya
bekerja tetapi tidak bekerja lagi dan sekarang berubah menjadi ibu rumah tangga.
b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK
Kondisi di atas juga menunjukkan terjadi perubahan tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK di Kota Medan, dimana pada tahun 2006 sebesar 62,21
menjadi 58,62 pada tahun 2007. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kembali menjadi 62,58, terlihat pada gambar berikut ini :
Gambar 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Kota Medan Tahun 2006 – 2007 Sumber: LPPD Kota Medan 2008
Universitas Sumatera Utara
c. Penduduk Bekerja
Sementara itu, berdasarkan komposisi jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing sektor ekonomi, diketahui bahwa sektor perdagangan merupakan sub
sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja hingga mencapai 34. Kemudian sektor jasa-jasa sekitar 19, sektor industri pengolahan sekitar 14, serta sektor
transportasi dan komunikasi sekitar 12. Sedangkan komposisi orang yang bekerja
menurut sektor tidak terlalu berbeda antara tahun 2006 – 2008, kecuali pada sektor jasa-jasa serta sektor transportasi dan komunikasi. Untuk sektor jasa-jasa mengalami
peningkatan persentase penyerapan tenaga kerja dari 12,19 pada tahun 2006 menjadi 19,62 pada tahun 2008. Hal ini wajar karena sector jasa-jasa sangat mudah
menampung tenaga kerja seperti pada kegiatan ekonomi informal. Sedangkan sektor transportasi dan komunikasi mengalami penurunan daya serap tenaga kerja dari 17
pada tahun 2006 menjadi 12,01 pada tahun 2008. Hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.5 Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor-Sektor Ekonomi Tahun 2006-2008
TAHUN Kegiatan Utama
2006 2007
[1] [2]
[3]
1. Pertanian 5,04
4,56 2. Pertambangan Penggalian
0,39 0,08
3. Industri Pengolahan 15,05
13,43 4. Listrik, Gas Air Bersih
0,71 0,41
5. Konstruksi 8,45
6,95 6. Perdagangan, Hotel Restoran
35,74 33,71
7. Transportasi Telekomunikasi 17,59
11,29
Universitas Sumatera Utara
8. Keuangan Jasa Perusahaan 4,84
5,02 9. Jasa – jasa
12,19 24,54
JUMLAH 100,00
100,00
Sumber: LPPD Kota Medan 2008
d. Penduduk Yang Mencari Pekerjaan Pengangguran Terbuka
Sulitnya menekan pengangguran disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja lebih besar dari kesempatan kerja, sehingga mengakibatkan relatif masih tingginya
angka pengangguran terbuka di kota Medan. Pengangguran terbuka adalah banyaknya orang yang mencari pekerjaan
dalam time reference baik yang sudah pernah bekerja maupun belum pernah kerja sama sekali. Perkembangan tingkat pengangguran dapat digambarkan dengan
menggunakan Tingkat Pengangguran Terbuka TPTopen unemployment rate yaitu perbandingan banyaknya orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan
terhadap total angkatan kerja, seperti gambar berikut :
Gambar 5.3. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Medan 2006-2008 Sumber : LPPD Kota Medan 2008
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.3, diketahui bahwa sepanjang tahun 2006-2007 tingkat pengangguran terbuka secara persentase di Kota Medan mengalami sedikit penurunan
yaitu dari 15,01 persen pada tahun 2006, menjadi 14,49 persen pada tahun 2007. Dan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 13,08 persen. Masih banyaknya
pengangguran terbuka menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang lamban. Untuk mendorong lapangan kerja baru didukung penanaman modal oleh para
investor. Kenyataan bahwa investasi yang ada belum bisa menampung seluruh angkatan kerja itu artinya harus dicari kembali jalan keluar yang tepat untuk
menangani masalah ini.
5.1.3 Indikator Makro Pembangunan Kota
Salah satu indikator yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB. PDRB Kota Medan merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir
yang dihasilkan nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya atau disebut biaya antara oleh unit-unit produksi yang berada di wilayah Kota
Medan, dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam sembilan lapangan
usaha, yaitu : 1. Pertanian, yang terdiri dari tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perikanan; 2. Pertambangan dan penggalian;
3. Industri pengolahan;
Universitas Sumatera Utara
4. Listrik, gas dan air bersih; 5. Konstruksi;
6. Perdagangan, hotel dan restoranrumah makan; 7. Transportasi dan komunikasi;
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan 9. Jasa kemasyarakatan termasuk jasa pelayanan pemerintah dan jasa perorangan.
Indikator kinerja makro yang digunakan dalam mengukur capaian pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kota selama tahun 2007
dikelompokkan menjadi 2 dua bidang yaitu : 1. Indikator kinerja makro untuk bidang ekonomi
2. Indikator kinerja makro untuk bidang kesejahteraan rakyat
5.1.3.1 Indikator Kinerja Makro Bidang Ekonomi
Ekonomi daerah senantiasa menggambarkan kemampuan konsumsi dan produksi dalam masyarakat. Kemampuan konsumsi dipengaruhi beberapa indikator
ekonomi secara makro seperti income per kapita, inflasi, dan lain – lain. Demikian juga kemampuan produksi akan ditunjukkan oleh PDRB, struktur ekonomi daerah,
investasi, ketenagakerjaan, dan lain-lain. Hal ini telah mendorong perlunya evaluasi kinerja pembangunan kota dilihat dari kondisi ekonomi makro daerah.
Disamping itu, pemanfaatan aspek ekonomi makro daerah sebagai bagian dari ukuran kinerja dalam pembangunan kota juga semakin penting sebab secara teknis
konsep ekonomi menyediakan berbagai alat ukur kuantitatif yang relevan, untuk
Universitas Sumatera Utara
mengevaluasi proses pembangunan secara ekonomi. Oleh karena itu, untuk melihat hasil, manfaat serta dampak pembangunan yang telah dilaksanakan, sekaligus untuk
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya, sangat lazim digunakan indikator makro perekonomian. Berdasarkan hal tersebut, beberapa variabel ekonomi makro
daerah yang dapat digunakan adalah : Produksi Domestik Regional Bruto PDRB, PDRB Per kapita, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan ekspor-impor. Hal ini dapat
dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.6 Indikator Kinerja Makro Bidang Ekonomi
Indikator Kinerja Makro Aspek
Nama Indikator Keterangan Indikator
[1] [2]
[3]
PDRB Kota Medan Jumlah seluruh nilai tambah bruto
yang ditimbulkandihasilkan oleh berbagai sektorlapangan usaha
yang melakukan usahanya di wilayah Medan.
Nilai Tambah Bruto NTB Nilai produksi atau nilai output dari
barang dan jasa yang dihasilkan dikurangi
biaya antara
yang digunakan dalam proses produksi.
Komponen NTB terdiri dari : faktor
pendapatan, penyusutan
modal tetap dan pajak tak langsung netto.
PDRB atas dasar harga berlaku
Jumlah seluruh nilai tambah bruto yang dihasilkannya pada setiap
tahun, yang penilaiannya dilakukan berdasarkan harga pada tahun
berjalan. Produk
Domestik Regional
Bruto PDRB
PDRB atas dasar harga konstan
Jumlah seluruh nilai tambah bruto yang dihasilkannya pada setiap
tahun dengan
penilaian berdasarkan suatu harga pada tahun
tertentu tahun dasar. Untuk saat ini digunakan tahun dasar 2000.
Universitas Sumatera Utara
Distribusi PDRB menurut sektorlapangan usaha
Perbandingan antara NTB suatu sektor terhadap total NTB, yang
juga dapat
menggambarkan struktur ekonomi atau peranan
suatu sektor
terhadap perekonomian wilayah.
Pertumbuhan Ekonomi Nilai
yang menunjukkan
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB Per kapita Nilai PDRB dibagi dengan jumlah
penduduk, yang menggambarkan nilai PDRB per jiwa
Inflasi Inflasi
Gambaran kecenderungan umum tentang
perkembangan harga
barang
Sumber ; LKPJ Tahun 2008
Sebagai ukuran makro ekonomi yang sangat luas dimanfaatkan dalam analisis ekonomi pembangunan, adanya evaluasi dengan menggunakan indikator ekonomi ini
sekaligus sangat membantu untuk mengamati apakah kebijakan-kebijakan pembangunan kota dalam bidang ekonomi yang selama ini diterapkan telah sesuai
atau belum, efektif atau tidak, ketika disepadankan dengan rencana-rencana ekonomi yang telah ditetapkan, sehingga menggambarkan kemajuan dan peningkatan
kemakmuran masyarakat sebagaimana diharapkan. Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku current price maupun
berdasarkan harga konstan constant price. PDRB Kota Medan yang dihitung menurut harga berlaku menunjukkan kontribusi dalam struktur perekonomian kota
berdasarkan harga yang berlaku dalam tahun bersangkutan, yang di dalamnya tercakup unsur inflasi secara makro. Oleh karena itu pertumbuhan PDRB atas harga
Universitas Sumatera Utara
berlaku belum secara nyata menggambarkan pertumbuhan ekonomi karena adanya unsur tingkat inflasi tersebut.
A. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Atas Harga Berlaku
Selama periode 2002-2008, perkembangan perekonomian Kota Medan ditandai oleh peningkatan PDRB atas harga berlaku dari 55,455.58
milyar rupiah pada tahun 2007 menjadi 65,221.77
milyar rupiah pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan sekitar 17,61 persen, seperti dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 5.7 PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002-2008 Milyar Rupiah
Lapangan Usaha 2002
2003 2004
2005 1
2 3
4 5
1. Pertanian 822.33
918.66 1,012.23
1,306.92 2. Pertambangan dan
Penggalian 1.18
1.83 2.20
2.60 3. Industri Pengolahan
3,618.10 4,444.98
5,602.44 7,094.92
4. listrik, Gas, dan Air Bersih
641.66 808.80
899.98 917.53
5. Bangunan 2,315.21
2,488.38 2,908.82
3,502.80 6. Perdagangan, Hotel
Restoran 7,384.47
8,021.24 8,945.38
11,271.82 7. Pengangkutan dan
Komunikasi 4,168.23
4,801.72 5,689.84
7,979.78 8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa perusahaan 3,509.65
4,099.68 4,654.51
6,063.88 9. Jasa-jasa
2,761.69 3,085.62
3,399.95 4,652.21
P D R B 25,222.51
28,670.90 33,115.35
42,792.45
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 5.7
Lapangan Usaha 2006
2007 2008
1 6
7 8
1. Pertanian 1,427.43
1,580.64 1,870.62
2. Pertambangan dan Penggalian
3.28 3.09
2.89 3. Industri Pengolahan
7,960.60 9,029.33
10,420.82 4. listrik, Gas, dan Air
Bersih 1,102.66
1,040.73 1,125.88
5. Bangunan 4,795.79
5,420.08 6,233.09
6. Perdagangan, Hotel Restoran
12,692.84 14,106.44
16,917.91 7. Pengangkutan dan
Komunikasi 9,164.62
10,548.09 12,456.64
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan
6,550.50 7,833.88
9,475.15 9. Jasa-jasa
5,152.23 5,893.30
6,718.76 P D R B
48,849.95 55,455.58
65,221.77
Catatan Angka Perbaikan
Angka Sementara Sumber: BPS Kota Meda 2008
Berdasarkan tabel 5.7 tersebut, diketahui bahwa kondisi perekonomian mengalami peningkatan pada berbagai sektorlapangan usaha. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Medan digerakkan oleh seluruh kelompok sektor yaitu primer, sekunder dan tersier secara simultan. Di samping itu,
diketahui juga bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi kenaikan PDRB yang relatif signifikan. Kondisi ini
menunjukkan bahwa berbagai barang industri yang dibutuhkan masyarakat mampu diproduksi oleh sektor industri Kota Medan, yang menggambarkan peningkatan
kemandirian, sehingga masyarakat Kota Medan relatif tidak tergantung pada hasil
Universitas Sumatera Utara
produksi kotadaerah lain. Peningkatan kontribusi sektor ekonomi ini juga merupakan indikasi bahwa industri pembuatan merupakan sub sektor yang secara signifikan
menyerap tenaga kerja di Kota Medan. Untuk sektor pertambangan dan penggalian terlihat memberikan kontribusi
yang relatif kecil berbading kontribusi sektor-sektor lainnya. Kondisi ini dianggap wajar karena sektor pertambangan dan penggalian relatif kurang sesuai untuk
dikembangkan dalam wilayah Kota Medan. Usaha-usaha eksplorasi juga tentunya kurang sesuai dilakukan mengingat wilayah Kota Medan yang begitu terbatas dan
hampir semua wilayahnya telah menjadi kawasan pemukiman penduduk, perkotaan, perkantoran dan sebagainya. Namun demikian, kontribusi sektor pertanian terlihat
masih meningkat walaupun secara fisik pembangunan kota terus berlangsung dan perekonomiannya semakin bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
B. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Untuk dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi secara riil digunakan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pada saat ini tahun dasar yang
digunakan untuk menentukan harga konstan adalah berdasarkan tahun dasar tertentu yaitu tahun 2000. Pertumbuhan ekonomi merupakan persentase kenaikan atau
penurunan PDRB harga konstan suatu tahun, dibandingkan dengan PDRB harga konstan tahun sebelumnya.
Sejalan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000, selama periode
2002-2008 juga
mengidentifikasikan adanya
peningkatan, yang
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan kondisi tetap tumbuhnya sektor produksi, sektor perdagangan dan jasa secara riil, dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.8 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2008 Milyar Rupiah
Lapangan Usaha 2002
2003 2004
2005 1
2 3
4 5
1. Pertanian 660.07
652.49 661.96
670.58 2. Pertambangan dan Penggalian
0.69 0.70
0.77 0.78
3. Industri pengolahan 3,398.73
3,537.45 3,725.21
3,842.15 4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih
357.79 388.20
404.19 413.36
5. Bangunan 2,114.04
2,233.58 2,522.96
2,712.63 6. Perdagangan, Hotel Restoran
5,669.85 5,870.68
6,202.57 6,850.44
7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,423.29
3,797.07 4,308.89
4,637.20 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 2,962.08
3,208.33 3,343.87
3,507.54 9. Jasa-jasa
2,232.87 2,329.27
2,452.72 2,637.75
P D R B Lanjutan Tabel 5.8
Lapangan Usaha 2006
2007 2008
1 6
7 8
1. Pertanian 673.09
707.71 733.27
2. Pertambangan dan Penggalian 0.73
0.66 0.57
3. Industri pengolahan 4,095.43
4,344.56 4,514.29
4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih 435.64
423.39 438.57
5. Bangunan 3,011.37
3,205.06 3,463.84
6. Perdagangan, Hotel Restoran 7,271.81
7,703.59 8,134.63
7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,255.76
5,813.39 6,287.38
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
3,685.67 4,158.05
4,553.21 9. Jasa-jasa
2,804.95 2,996.51
3,208.58 P D R B
Catatan Angka Perbaikan
Angka Sementara Sumber : BPS Kota Medan 2008
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2007 ke tahun 2008 sekitar 6,75 persen, atau 29,352.92 milyar rupiah pada tahun 2007 menjadi 31,334.34 milyar
rupiah pada tahun 2008. Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan 2000 tahun 2008 terjadi pada hampir semua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil. Pertumbuhan ekonomi selama periode 2000-2008
juga menunjukkan trend positif, dimana pertumbuhan tahun 2008 memang relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2007. Hal ini dimaklumi
dengan adanya fenomena kenaikan harga barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan
merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena jumlah penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah,
maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap waktu. Hal ini bisa diperoleh melalui peningkatan output agregat barang dan jasa atau sering disebut PDRB atas
dasar harga konstan setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB atas dasar harga konstan. Kondisi
dan pencapaian ini merupakan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk merumuskan langkah dan kebijakan pembangunan kota pada masa tahun – tahun
berikutnya, seperti gambar berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4 PDRB Kota Medan ADH Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2000-2008 Sumber : Medan Dalam Angka Tahun 2009
Gambar 5.4, memperlihatkan kondisi PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku dan konstan untuk tahun 2000-2008, kedua penghitungan ini memiliki hasil
yang sama menunjukkan pertumbuhan PDRB yang cenderung meningkat. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga
berlaku yang didapat dari pengurangan NPBOutput dengan biaya antara masing- masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan
volumekuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan harga dari masing- masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Penghitungan atas dasar harga konstan
pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
1 8
,9 5
6 .5
8 2
2 ,2
.7 8
2 5
,2 2
2 .5
1 2
8 ,6
7 .9
3 3
,1 1
5 .3
5 4
2 ,7
9 2
.4 5
4 8
,8 4
9 .9
5 5
5 ,4
5 5
.5 8
6 5
,2 2
1 .7
7
1 8
,9 5
6 .5
8 1
9 ,8
2 8
.0 8
2 ,8
1 9
.4 3
2 2
,0 1
7 .7
8 2
3 ,6
2 3
.1 4
2 5
,2 7
2 .4
2 2
7 ,2
3 4
.4 5
2 9
,3 5
2 .9
2 3
1 ,3
3 4
.3 4
M il
y a
r R
u p
ia h
T A H U N
PDRB ADH BERLAKU PDRB ADH KONSTAN 2000
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan perubahan volumekuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu.
C. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan PDRB Atas Lapangan Usaha
Perubahan struktur ekonomi atau transformasi struktural didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi
permintaan agregat produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan, guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti
pertumbuhan PDRB, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-
sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas yang
dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat
semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu
lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, terlihat pada tabel berikut :
Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2000-2008 menunjukkan, lapangan
Universitas Sumatera Utara
usaha utama seperti lapangan usaha perdaganganhotelrestoran, lapangan usaha transportasitelekomunikasi lapangan usaha industri pengolahan, serta lapangan usaha
keuangan dan jasa perusahaan yang dominan dalam perekonomian Kota Medan, dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.9 Struktur Ekonomi menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2000-2008
Lapangan Usaha
Sektor 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
2007 2008
[1] [2]
[3] [4]
[5] [6]
[7] [8]
[9] [10]
PRIMER 3.14
3.37 3.26
3.21 3.06
3.06 2.93 2.86
2.87
Pertanian 3.13
3.36 3.26
3.20 3.06
3.05 2.92 2.85
2.87 Penggalian
0.00 0.00
0.00 0.01
0.01 0.01
0.01 0.01 0.00
SEKUNDER 29.10 28.70 26.07 27.00 28.42 26.91 28.37 27.93 27.26 Industri
17.00 17.38 14.34 15.50 16.92 16.58 16.30 16.28 15.98 Listrik,Gas
dan Air 1.66
2.01 2.54
2.82 2.72
2.14 2.26 1.88
1.73 Bangunan
10.45 9.32 9.18
8.68 8.78
8.19 9.82 9.77
9.56
TERSIER 67.76 67.93 70.67 69.79 68.52 70.03 68.70 69.21 69.87
Perdagangan 28.24 29.19 29.28 27.98 27.01 26.34 25.98 25.44 25.94 Angkutan
Komunikasi 14.43 14.31 16.53 16.75 17.18 18.65 18.76 19.02 19.10
Keuangan 14.00 13.75 13.91 14.30 14.06 14.17 13.41 14.13 14.53
Jasa 11.09 10.68 10.95 10.76 10.27 10.87 10.55 10.63 10.30
Jumlah 100
100 100
100 100
100 100
100 100
Sumber : BPS Kota Medan 2008 Keterangan :
Angka Perbaikan Angka Sementara
Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB sebagaimana ditampilkan pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa sumbangan tertinggi diberikan sektor tersier yaitu
sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 25,94 persen, diikuti oleh sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 19,10 persen, sektor industri pengolahan
Universitas Sumatera Utara
sebesar 16,28 persen dan sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 14,53 persen. Sektor-sektor ekonomi yang dikelola sebahagian besar masyarakat miskin sektor
primer cenderung tidak memberikan nilai tambah value added yang memadai bagi pelaku usaha yang menggelutinya seperti di sektor pertanian, perikanan serta
kelautan. Hal ini sesuai dengan penjelasan pada Bab 1 sebelumnya dan seperti disajikan pada gambar berikut:
Gambar 5.5 Struktur PDRB Menurut Penggolongan Sektor Tahun 2000-2008
Sumber : BPS Kota Medan 2008
Berdasarkan gambar di atas sangat jelas bahwa sektor tersier memberikan kontribusi paling besar terhadap total PDRB. Sektor tersier memberikan peranan
penting hal ini dapat juga disimpulkan bahwa Kota Medan sebagai kota Metropolitan mayoritas jumlah penduduknya sudah bekerja di sektor tersier. Sedangkan sektor
primer yaitu pertanian dan penggalian memiliki pertumbuhan yang negatif. Sektor primer di geser oleh sektor tersier hal ini dikarenakan sumber daya manusia Kota
Medan yang semakin meningkat dan lahan pertanian yang semakin terbatas.
Tahun
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan yang tidak selalu positif terjadi pada sektor sekunder yaitu industri pengolahan, listrik, gas, dan air, selama periode 2000-2008 mengalami penurunan
yaitu dari 27,93 persen pada tahun 2007 menjadi 27,26 pada tahun 2008.
D. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,75 persen sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun 2007 yakni 7,78. Lapangan usaha yang
menunjukkan pertumbuhan tertinggi untuk tahun 2008 adalah sektor primer yaitu pada sektor keuangan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 13.49 persen. Kemajuan
teknologi telekomunikasi telah mengubah kebiasaan berkomunikasi masyarakat Kota Medan dengan menggunakan jasa telekomunikasi selular.
Tabel 5.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2001-2008 Lapangan Usaha
2001 2002
2003 2004
2005 1
2 3
4 5
6
1. Pertanian 4,60
6,18 1,15
1,45 1,30
2. Penggalian 8,83
9,60 1,38
9,31 0,88
3. Industri 4,96
0,50 4,08
5,31 3,14
4. Listrik,Gas dan Air 7,69
5,74 8,50
4,12 2,27
5. Bangunan 2,61
4,05 5,65
12,96 7,52
6. Perdagangan 1,89
3,93 3,54
5,65 10,45
7. Angkutan da Komunikasi
10,33 13,44
10,92 13,48
7,62 8. Bank dan Lembaga
Keuangan 6,45
4,83 8,31
4,22 4,89
9. Jasa-jasa 2,54
3,61 4,32
5,30 7,54
PDRB 4,60
5,00 5,76
7,29 6,98
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 5.10
Lapangan Usaha 2006
2007 2008
Rata- rata
1 7
8 9
10
1. Pertanian 0.37
5.14 3.61
2.69 2. Penggalian
5.89 10.30
13.49 0.04
3. Industri 6.59
6.08 3.91
4.32 4. Listrik,Gas dan Air
5.39 2.81
3.58 4.31
5. Bangunan 11.01
6.43 8.07
7.29 6. Perdagangan
6.15 5.94
5.60 5.39
7. Angkutan da Komunikasi
13.34 10.61
8.15 10.99
8. Bank dan Lembaga Keuangan
5.08 12.82
9.50 7.01
9. Jasa-jasa 6.34
6.83 7.08
5.44
PDRB 7.76
7.78 6.75
6.49
Sumber : BPS Kota Medan 2008
Sektor yang mengalami laju pertumbuhan terbesar kedua adalah sektor Bank dan Lembaga Keuangan sebesar 9,50 persen, seperti pada tabel 2.7. Sektor
ekonomi yang mengalami kenaikan adalah sektor pertanian naik 3,61 persen, sektor industri naik 3,91 persen, sektor listrik, gas, dan air
naik 3,58 persen, sektor bangunan naik 8,07 persen, sektor perdagangan naik 5,60 persen, sektor angkutan naik 8,15 persen, sektor
lembaga keuangan naik 9,50 persen, dan sektor jasa naik 7,08 persen, sedangkan sektor penggalian turun 13,49 persen. Laju pertumbuhan
ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil
.
Universitas Sumatera Utara
E. PDRB Per kapita
PDRB per kapita merupakan indikator ekonomi makro penting lainnya yang menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk Kota Medan, sebagai dampak
pembangunan. Walaupun PDRB per kapita tidak dapat dijadikan dasar untuk melihat sepenuhnya kesejahteraan suatu daerah, tapi minimal dapat dijadikan indikator yang
sangat sederhana untuk melihat apakah perubahan perekonomian dapat mengimbangi perubahan penduduk. Dapat dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.11 Perkembangan PDRB, Penduduk Pertengahan tahun dan PDRB Per Kapita tahun 2001 sd 2008.
Uraian 2001
2002 2003
2004 [1]
[2] [3]
[4] [5]
PDRB Per kapita ADH Berlaku Jutaan Rupiah
22.200,78 1.961,69 28.670,90 33.115,35 PDRB Per kapita ADH Konstan
2000 Jutaan Rupiah 1.941,00
12,86 1.983,66 2.010,68
Lanjutan tabel 5.11
Uraian 2005
2006 2007 2008
[1] [6]
[7] [8]
[9]
PDRB Per kapita ADH Berlaku Jutaan Rupiah
42.792,45 48,849.95 55,455.58 65,221.77 PDRB Per kapita ADH Konstan
2000 Jutaan Rupiah 2.046,86 2,067.29 2,083.16 2,102.11
Sumber : PDRB Kota Medan 2009
Pada tahun 2008 PDRB per kapita Atas Harga Berlaku sebesar Rp 65,221.77
juta sedangkan tahun 2007 PDRB per kapita Atas Harga Berlaku sebesar
Universitas Sumatera Utara
Rp 55,455.58 juta. Data ini memperlihatkan bahwa daya beli masyarakat Medan cukup tinggi sehingga cukup kondusif untuk melakukan investasi.
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga konstan lebih kecil dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Hal
itu menunjukkan bahwa proporsi pertambahan jumlah penduduk Kota Medan lebih tinggi dibandingkan proporsi pertambahan PDRB atas dasar harga konstan, dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.6 PDRB Per kapita Kota Medan ADH Berlaku Konstan 2000 Tahun 2006-2008 Sumber : PDRB Kota Medan 2009
PDRB per kapita Kota Medan atas dasar harga konstan tahun 2008 sebesar Rp 2.102,11 juta dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi Rp 2,083.16 juta per
kapitatahun. Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sejak dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami kenaikan dimana pada tahun
2006 PDRB per kapita sebesar 23,63 juta rupiah, dan pada tahun 2008 menjadi 31,03 juta rupiah. Sedang PDRB per kapita menurut harga konstan 2000 perkembangannya
sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 juga mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2006 sebesar 13,17 juta rupiah hingga mencapai 14,91 juta rupiah pada tahun
2008.
F. Inflasi
Perkembangan inflasi di Kota Medan selama periode tahun 2005-2008 sebagaimana tahun-tahun sebelumnya jangka juga dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, mekanisme pasar dan kebijakan Pemerintah Pusat. Selama periode tahun 2008 tingkat inflasi mencapai sebesar 10,63
persen, inflasi Kota Medan ini cenderung lebih tinggi dari inflasi selama tahun 2007 sebesar 6,42 persen. Sedangkan menurut komoditi, yang mempengaruhi inflasi tahun
2008 cenderung didominasi oleh bahan makanan dan pendidikan, rekreasi dan olahraga.
Upaya mencapai tingkat inflasi yang terkendali tidak terlepas dari upaya- upaya yang dilakukan Pemerintah Kota, dunia usaha dan masyarakat, untuk
menjamin keseimbangan sisi permintaan dan penawaran, sehingga permintaan total tidak jauh melebihi penawaran total. Kondisi perekonomian global yang tidak stabil
secara tidak langsung juga menekan perekonomian Kota Medan dengan ditandai adanya kenaikan angka inflasi dari tahun 2006 sampai tahun 2008.
Tingkat inflasi di Kota Medan selama periode 2006-2008 mengalami fluktuasi turun naik. Pada tahun 2006, tingkat inflasi di Kota Medan relatif cukup rendah
yaitu sebesar 5,97. Rendahnya inflasi ini dikarenakan selama tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa. Harga-harga barang dan jasa selama periode 2007-2008
mengalami tekanan yang lebih berat dibandingkan tahun 2006. Pada tahun 2007, inflasi Kota Medan sedikit mengalami peningkatan menjadi 6,42 dan meningkat
kembali pada tahun 2008 menjadi 10,63. Kecenderungan kenaikan inflasi selama tahun 2008 lebih disebabkan kebijakan pemerintah mengurangi subsidi BBM,
walaupun pada tahun yang sama pemerintah melakukan penyesuaian kembali sesuai dengan fluktuasi harga minyak dunia. Hal ini dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.12 Laju Inflasi Kota Medan Menurut Komoditi Tahun 2006-2008
Komoditi 2006
2007 2008
[1] [3]
[4] [5]
1. Bahan Makanan 4,58
11,32 12,57
2. Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau 5,09
4,04 4,05
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 10,50
3,67 3,27
4. Sandang 8,80
14,98 9,85
5. Kesehatan 8,22
0,04 0,04
6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 8,02
12,19 12,22
7. Transportasi dan Komunikasi 1,21
1,87 1,86
Umum 5,97
6,42 10,63
Sumber : LKPJ Kota Medan Tahun 2008
Untuk menjaga tingkat inflasi yang terkendali juga tidak terlepas dari upaya- upaya yang dilakukan Pemerintah Kota, dunia usaha dan masyarakat, untuk
menjamin keseimbangan sisi permintaan dan penawaran, sehingga permintaan total tidak jauh melebihi penawaran total.
Universitas Sumatera Utara
Secara koordinatif, Pemerintah Kota melalui BPS secara berkala bulanan membuat laporan perubahan indeks harga konsumen, berdasarkan pengamatan
terhadap harga-harga umum, sehingga jika terjadi gejolak harga dapat diantisipasi secara dini. Untuk itu juga, dilakukan koordinasi secara intensif dengan instansi
terkait sehingga program-program yang sifatnya antisipatif dapat dilakukan oleh masing-masing pihak.
Gambar 5.7 Laju Inflasi Kota Medan Tahun 2001-2007 Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Pergerakan inflasi dari tahun 2005-2008 Kota Medan diperlihatkan pada
gambar 5.7. Pergerakan angka inflasi tidak stabil setiap tahunnya, pada tahun 2005 inflasi 22,91 persen, tahun 2006 sebesar 5,97 persen angka yang cukup rendah.
Namun pada tahun 2007 tingkat inflasi sebesar 6,42 persen dan pada tahun 2008 yaitu sebesar 10,63 persen.
Universitas Sumatera Utara
G. Ekspor dan Impor
Nilai ekspor Kota Medan dicatat berdasarkan nilai free on board fob yaitu nilai barang ekspor hingga berada di atas kapal di pelabuhan, dan siap diekspor.
Berdasarkan data yang tercatat, nilai ekspor Kota Medan yang melalui Pelabuhan Laut Belawan dan Bandara Polonia selama empat tahun terakhir sejak 2005-2008
menunjukkan kondisi yang meningkat, dengan nilai ekspor 3,86 milyar USD dolar pada tahun 2005 kemudian meningkat menjadi 4,52 milyar USD pada tahun 2006
menjadi 5,50 milyar USD tahun 2007 dan pada tahun 2008 menjadi 7,43 milyar USD, atau tumbuh rata-rata pertahun sebesar 23.12 persen. Kinerja ekspor ini diharapkan
tidak hanya merupakan indikasi semakin bergairahnya perekonomian kota, tetapi juga akan dapat mendorong peningkatan produksi produk-produk lain yang berorientasi
ekspor, dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.13 Nilai Ekspor dan Impor Melalui Wilayah Kota Medan 2005-2008
PDRB 2005
2006 2007
2008 [1]
[2] [3]
[4] [5]
1. Ekspor Nilai fob, Miliyar USD 3,86
4,52 5,50
7,43 2. Impor Nilai cif, Miliyar USD
1,00 1,17
1,50 3,06
3. Surplus Perdagangan Miliyar USD 2,86
3,35 4,10
4,37
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Sesuai dengan kecenderungan ekonomi terbuka pada saat ini dan masa yang
akan datang, sekaligus mendapatkan keunggulan kompetitif, maka dapat dipastikan setiap daerah cenderung hanya akan menghasilkan produk-produk yang memiliki
keunggulan kompetitif baik dilihat dari sisi kualitas maupun harga. Oleh sebab itu, kebutuhan akan produk-produk yang tidak dihasilkan sendiri biasanya akan
Universitas Sumatera Utara
didatangkan dari luar atau impor. Nilai impor yang dicatat di Kota Medan didasarkan kepada nilai cost insurance freight cif merupakan nilai barang di atas kapal di
pelabuhan bongkar. Impor melalui Kota Medan selama tahun 2005-2008 juga cenderung meningkat dengan nilai impor 1,17 milyar USD pada tahun 2006,
kemudian meningkat menjadi 1,50 milyar USD pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 terjadi peningkatan impor yang signifikan sebesar 3,06 milyar USD atau rata-rata
tumbuh sekitar 50 persen. Selanjutnya dari selisih ekspor dan impor diperoleh surplus perdagangan pada tahun 2006 sebesar 3,35 milyar USD dan naik pada tahun 2007
menjadi 4,10 milyar USD, dan pada tahun 2008 sebesar 4,37 milyar USD. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 1 sebelumnya.
H. Investasi
Investasi mempunyai arti secara luas dalam kegiatan perekonomian, dan seringkali dikaitkan dengan kegiatan untuk menanamkan uangmodal dengan
mengharapan suatu keuntungan secara ekonomifinansial sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi di masa yang akan datang. Investasi
merupakan salah satu unsur penggerak pertumbuhan ekonomi, selain pertumbuhan dan perkembangan dari faktor – faktor produksi yang lain. Untuk itu investasi disini
yang dimaksud adalah dalam pengertian penambahan pembentukan barang modal tetap dan perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi.
Kota Medan mempunyai letak geografis dan potensi demografis yang cukup strategis dan didukung dengan kebijakan yang bersahabat dengan pasar, mendorong
Universitas Sumatera Utara
terbentuknya iklim dan lingkungan berinvestasi yang semakin kondusif. Beberapa hal yang cukup berpengaruh terhadap terhadap peningkatan investasi adalah kondisi
keamanan dan ketertiban umum yang kondusif. Secara umum investasi di Kota Medan mengalami peningkatan sejalan
dengan terus bergeraknya faktor-faktor produksi. Pada tahun 2006 investasi yang terjadi sebesar 8,18 triliun rupiah dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 9,09 triliun
rupiah dan pada tahun 2008 menjadi 9,28 triliun rupiah, seperti dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.14 Perkiraan Jumlah Investasi Di Kota Medan tahun 2005-2008 Miliar Rupiah
0 . 0 ?1
05 11 01 ?
5 . ?
?0 ??
5 0? 2
0 1 20 05
2. 1 . :
3 -
0.5 .10 11
?5. 00 ?.
? ? 02
5 00 51. 1
.5 ? 9
8 ??2 .?
25 2? 1 ?1
0 1 1
2. ?0 10 ?
1 ?? 5 1?
2 ,
050 0 01
11 55 1.1 ?
, .00 12
? 2 ?25 ?1
00 10 ,
201 5 2 11 05
2 1 2 2
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Ekonomi Kota Medan menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan. Berdasarkan indikator-indikator yang dapat diamati, produksi, distribusi dan
Universitas Sumatera Utara
konsumsi dalam kegiatan ekonomi cenderung menunjukkan perbaikan yang cukup berarti, bahkan semakin efisien.
Pembangunan ekonomi diperkirakan mampu meletakkan dasar-dasar yang kuat, bagi tumbuh dan berkembangnya ekonomi kota yang lebih maju dan progresif
pada masa yang akan datang. Secara umum perbandingan kinerja makro ekonomi Kota Medan antara tahun
2005-2008 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.15 Statistik Makro Ekonomi Kota Medan Tahun 2005-2008
-9+ -8
? 1
2 =
= =5
=. =?
8 - 9 8
. 1 .? .2 2. ?
?? .?? ?2 0. . 1
8 - 9 8
? 1 50 1 5. .?
5? 5 5 21
5 8 - 9
, 8
5 05 0 0
5 0? .
8 - 9 ,
8 .
5 1 .
. ?
A 0 2
1 10 1 12
0 1 A
? 1 0 .
05 1
+ 5 20
. ? ? ?
1 .5 2
+ 1
? 5 0
+ 20
5 5? .
. 51
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.2 Indikator Kinerja Makro Bidang Kesejahteraan Rakyat
Selanjutnya indikator kinerja makro untuk bidang kesejahteraan rakyat mencakup indikator kinerja pembangunan Kota Medan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat, yang ditinjau dari aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan.
Beberapa pengertian indikator kinerja makro bidang kesejahteraan rakyat
disajikan sebagai berikut : Tabel 5.16 Indikator Kinerja Bidang Makro Kesejahteraan Rakyat
Indikator Kinerja Makro Aspek
Nama Indikator Keterangan Indikator
[1] [2]
[3]
Kependudukan Pertumbuhan
Penduduk Menunjukkan
perubahan secara
persentase penduduk akhir tahun tertentu dibanding dengan tahun sebelumnya.
Perhitungan ini biasanya dilakukan dengan metode eksponensial
Angka Partisipasi
Kasar APK Menunjukkan
perbandingan antara
jumlah siswa pada level pendidikan tertentu dengan penduduk pada level
pendidikan tertentu dikalikan 100 . Misal : APK SD-MI adalah banyaknya
murid yang sekolah SD-MI dibagi jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun
dikalikan 100
Pendidikan
Angka Partisipasi
Murni APM Menunjukkan
perbandingan antara
jumlah siswa pada level pendidikan tertentu yang berusia pada level sekolah
tertentu dengan penduduk usia pada level pendidikan tertentu dikalikan 100 .
Misal : APM SD-MI adalah banyaknya murid yang sekolah SD-MI dengan usia
7-12 tahun dibagi jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun dikalikan 100
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Universitas Sumatera Utara
Proses pembangunan ekonomi daerah biasanya tidak hanya ditandai dengan terjadinya perubahan atau pergeseran pada stuktur permintaan dan penawaran barang
dan jasa yang di produksi, namun juga ditandai dengan terjadinya perubahan stuktur penduduk dan ketenagakerjaan. Perubahan ini adalah proses perubahan demografi.
Proses demografi ini terutama terjadi sebagai akibat dari perubahan pada struktur permintaan, stuktur produksi dan perbaikan fasilitas kesehatan, gizi serta pendidikan
yang timbul seiring pertumbuhan pendapatan per kapita. Pembangunan kota adalah pembangunan seluruh aspek penghidupan dan kehidupan masyarakat Kota Medan.
Oleh karena itu, kemajuan pembanguan kota selama tahun 2005-2008 juga harus meliputi kemajuan pembangunan kesejahteraan
sosial seperti; aspek kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan distribusi pendapatan, yang salah satu indikatornya ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan
Manusia IPM. A. Pendidikan
Pembangunan di bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Diakui bahwa pembangunan sumber daya manusia di suatu kota akan
menentukan karakter dari pembangunan ekonomi, dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal, mengekploitasi berbagai sumber
daya, serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan politik yang sangat penting bagi pembangunan sosial. Dengan demikian, peningkatan pendidikan
menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan kota.
Universitas Sumatera Utara
Melalui peningkatan pendapatan per kapita, kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan menjadi lebih tinggi, sehingga permintaan akan jenjang
pendidikan menjadi lebih banyak dan waktu untuk sekolah pun menjadi lebih lama. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut meliputi
kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan dan rehabilitasi prasarana – sarana pendidikan, penataran guru, pengadaan peralatan belajar serta penyempurnaan
kurikulum, yang dapat dilihat dalam belanja daerah untuk sektor pendidikan. Tingkat partisipasi pendidikan menunjukkan kesadaran masyarakat untuk memperoleh
pendidikan. Tingkat partisipasi ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti prasarana dan sarana serta fasilitas pendidikan, biaya pendidikan dan sebagainya. Hal
ini dapat dilihat baik dari Angka Partisipasi Kasar APK maupun Angka Partisipasi Murni APM selama periode 2005-2008.
Tabel 5.17 Angka Partisipasi Kasar Kota Medan Tahun 2005-2008
B4 . 2
? 2
2? 4 B4
1 . ?5
2 50 2 .
4-B 4 B4- 2 .
2 2 5.
2 ?
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Semakin tinggi angka APK, berarti semakin banyak penduduk usia sekolah SDMI, SMPMTs, SMASMKMA yang bersekolah, sehingga semakin baik. APK
untuk SDMI melewati 100 karena adanya penduduk dari KabupatenKota sekitar Kota Medan yang bersekolah di Medan, dan hal ini tercatat sebagai siswa sekolah di
Kota Medan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.18 Angka Partisipasi Murni Kota Medan Tahun 2005-2008
B4 50
. 1
?. 4 B4
12 . 15 25
10 2 11 ?5
4-B 4 B4- 1
0. 1 0? ?
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Berdasarkan data tabel di atas diketahui, Angka Partisipasi Kasar APK, maupun Angka Partisipasi Murni APM baik SD, SMPMTs, maupun
SMASMKMA Tahun 2005 - 2008 cenderung menunjukkan peningkatan. Untuk APK SDMI, pada tahun 2005 sebesar 104,28 , tahun 2006 telah mencapai
111,51 sedangkan pada tahun 2007 menunjukkan angka yang lebih tinggi yaitu 112,18 dan pada tahun 2008 menjadi 112,85 . Sedangkan APK SMPMTs
meningkat dari 94,53 pada tahun 2006 menjadi 98,36 pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 menjadi 98,49. Selanjutnya, APK SMASMKMA juga mengalami
peningkatan dari 81,09 tahun 2006 menjadi 89,34 tahun 2007 dan pada tahun 2008 menjadi 89,59.
Tabel 5.19 Angka Partisipasi Sekolah Kota Medan Tahun 2005-2008
TAHUN Kelompok Umur
2005 2006
2007 2008
[1] [2]
[3] [4]
[5] 7 – 12
99,06 99,15
99,31 99,50
13 – 15 95,04
92,19 94,04
96,00 16 – 18
78,11 72,17
79,21 81,00
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Universitas Sumatera Utara
Indikasi kemajuan penyelenggaraan pendidikan masyarakat Kota Medan selama periode 2005-2008 juga ditunjukan oleh Angka partisipasi sekolah APS
menurut usia sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah yang masih sekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia pada tahun 2008, anak usia 07-12 tahun yang
bersekolah mencapai hampir 100 99,50, dan sebanyak 96 anak usia 13-15 tahun masih bersekolah. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah, khususnya
pada usia 16-18 tahun lebih disebabkan alasan–alasan ekonomi. Upaya penting yang dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk menjadikan penduduk usia 7-18 tahun
untuk tetap bersekolah bagi yang putus sekolah dan mendorong anak usia sekolah untuk bersekolah adalah menempuh kebijakan pemberian beasiswa terarah , baik di
jenjang pendidikan SDMI sampai ke tingkat SMPMTs dan SMASMKMA. Melalui kebijakan ini diharapkan biaya pendidikan, khususnya bagi anak kurang
mampu dapat diatasi sehingga mereka tidak perlu lagi memikul biaya pendidikan untuk dapat bersekolah sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki. Di samping
itu, penyelenggaraan pendidikan di Kota Medan juga semakin baik, khususnya untuk tetap mendorong anak usia bersekolah, agar dapat
bersekolah. B. Kesehatan
Selain pendidikan, urusan kesehatan merupakan faktor penting bagi pembanguna kota, karena erat kaitannya dengan mutu sumber daya manusia daerah
sebagai salah satu modal pembangunan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik, yang pada giliran akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, selain urusan pendidikan, Pemerimtah Kota Medan
juga sangat berkepentingan atas peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum.
Derajat kesehatan masyarakat Kota Medan juga merupakan indikator penting yang mengindikasikan kemajuan pembangunan kota selama tahun 2005-20087. Hal
ini disebabkan, derajat kesehatan pada dasarnya dapat digunakan untuk mengukur
peningkatan kualitas SDM yang ada. Masyarakat dengan pendidikan yang memadai,
ditunjang dengan kesehatan yang baik, dapat menjadi asset pembagunan kota yang berkualitas. Salah satu indikator kesehatan penduduk adalah kelahiran total. Angka
ini menunjukkan banyaknya bayi lahir dalam keadaan hidup per 1000 penduduk. Tinggi rendahnya indikator ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain: kondisi
kesehatan, perumahan, pendidikan, penghasilan, agama, maupun sikap terhadap besarnya anggota keluarga. Besarnya angka kelahiran total pada tahun 2006 adalah
2,16 per mil dan menurun pada tahun 2007 menjadi 2,13 per mil dan pada tahun 2008 menjadi 2,11 per mil.
Indikator lain yang digunakan adalah angka kesakitan morbidity rate. Berdasarkan perhitungan selama tahun 2006-2008, angka kesaktian umum pada
masyarakat Kota Medan relatif tidak mengalami perubahan berarti dari 20,43 persen pada tahun 2006 menjadi 20,13 persen pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2008
sebesar 20,15 persen. Angka ini menunjukkan bahwa banyaknya penduduk Kota
Universitas Sumatera Utara
Medan yang mengalami keluhan kesehatan ringan dengan tanda-tanda fisik dapat dideteksi, seperti demam, batuk, pilek, dan lain-lain dalam sebulan yang menggangu
aktivitas sehari-hari, dibandingkan jumlah penduduk secara keseluruhan cenderung atau relatif kecil, sehingga mengindikasikan kondisi kesehatan masyarakat yang
semakin baik. Derajat kesehatan masyarakat yang relatif semakin membaik, juga tidak
terlepas dari upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dijalankan. Pemerintah Kota Medan dalam beberapa tahun terakhir telah melaksanakan kebijakan
dan program-program yang mendukung pelayanan kesehatan masyarakat seperti rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, pengembangan pembinaan lingkungan sehat, pembinaan pos pelayanan terpadu posyandu, peningkatan quality assurance di puskesmas, imunisasi,
dukungan Forum Kesehatan Kota, dan lain-lain. Berdasarkan indikator makro kesehatan masyarakat tahun 2005-2008 diketahui juga bahwa, peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Kota Medan ditunjukkan oleh angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup yang menurun dari 15 bayi pada tahun 2006 menjadi 13 bayi pada
tahun 2007 dan pada tahun 2008 sebesar 10 bayi. Rata-rata angka lahir hidup pada tahun 2008 semakin membaik yaitu semakin turun menjadi 1,33 jiwa dari angka
sebelumnya tahun 2007 sebesar 1,34 jiwa. Sedangkan angka anak masih hidup juga menunjukkan angka konstan yaitu dari 1,29 jiwa pada tahun 2007 dan 1,29 jiwa pada
tahun 2008. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan-perbaikan kesehatan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
secara keseluruhan, sekaligus juga telah menjadikan bertambahnya angka harapan hidup dari 70,7 tahun pada tahun 2006 menjadi 71,1 tahun pada tahun 2007,
sedangkan tahun 2008 sebesar 71,2 tahun. Tabel 5.20 Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Medan Tahun 2005-2008
TAHUN Jenis Indikator
2005 2006
2007 2008
[1] [2]
[3] [4]
[5]
1. Angka Kelahiran Total, TFR 2,27
2,16 2,13
2,11 2. Angka Harapan Hidup Tahun
70,70 70,70
71,10 71,20
3. Angka Kematian Bayi, IMR 15,84
15,10 13,80
10,50 4. Rata-rata Anak Lahir Hidup jiwa
1,50 1,39
1,34 1,33
5. Rata-rata Anak Masih Hidup Jiwa 1,44
1,33 1,29
1,29 6. Angka Kesakitan Umum
15,81 20,43
20,13 20,15
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan selama tahun 2005- 2008 juga dibarengi oleh peningkatan mutu dan pelayanan kesehatan dasar serta
rujukan yang diberikan. Pelayanan dasar kesehatan ini diberikan oleh PuskesmasPuskesmas Pembantu yang saat ini mencapai 39 unit dan 41 unit
puskesmas Pembantu, di samping Puskesmas Keliling 27 unit, Rumah Sakit Pemerintah, Swasta, Praktek Dokter, Dan lain-lain. Jangkauan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat berpengasilan rendah juga meningkat, seiring dengan adanya pelayanan kesehatan dasar tanpa bayar di tingkat Puskesmas, dan asuransi Medan
sehat, dan jamkesmas.
Universitas Sumatera Utara
C. Indeks Pembangunan Manusia IPM
Berdasarkan pendekatan pembangunan yang kebanyakan dianut saat ini yaitu paradigma pembangunan manusia, maka keberhasilan pembangunan Kota Medan
selama tahun 2008 juga ditunjukkan oleh angka Indeks Pembangunan Manusia IPM masyarakat Kota Medan yang cenderung terus meningkat. Melalui IPM, diketahui
tingkat kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota Medan sebagai dampak proses pembangunan kota yang dilaksanakan. Pengukuran IPM, dilakukan
terhadap 4 empat dimensi pokok pembangunan manusia, meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, rata -rata lama sekolah, dan konsumsi per kapita pertahun.
IPM Kota Medan selama tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu 74,60 pada tahun 2006 meningkat menjadi 75,60 pada tahun 2007,
dan 76,00 pada tahun 2008. Di samping itu, seluruh sub indikator juga memiliki korelasi positif dengan
peningkatan IPM. Peningkatan IPM tersebut disebabkan relatif membaiknya tingkat daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat
kesehatan dan pendidikan dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, proses pembangunan kota sampai saat ini selain dapat memperbaiki daya beli masyarakat
lebih baik, juga mampu meningkatkan kapasitas fisik kesehatan masyarakat dan kapasitas intelektual penduduk Kota Medan. Berdasarkan kategori yang diterapkan,
status pembangunan manusia di Kota Medan termasuk dalam kelompok memuaskan
atau tergolong pada tingkat atas untuk level Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
D. Kemiskinan
Pelaksanaan pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga ditujukan kepada program
mengentaskan kemiskinan.
Tabel 5.21 Penduduk Miskin Kota Medan Tahun 2005-2008
, 4
1? ? 0 0?
.1 2 52 1
4 A
2 0 1 11
1 0 05
Sumber : LKPJ Kota Medan TA.2008
Berdasarkan tabel 5.21 tersebut di atas, diketahui adanya upaya menurunkan angka kemiskinan, terutama yang disebabkan oleh dampak krisis ekonomi mulai
menunjukkan hasil. Hal itu dapat diketahui dari persentase jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 dari 175.520-an jiwa atau 8,62 persen turun menjadi 160,650-an
jiwa atau 7,77 persen pada tahun 2006. Kecenderungan penurunan penduduk miskin tersebut terus terjadi pada tahun 2007 menjadi 147.800-an atau 7,09 persen, dan
menjadi 138.700-an atau 6,63 persen pada tahun 2008. Upaya-upaya menurunkan jumlah penduduk miskin secara berencana dilakukan baik melalui subsidi-subsidi
bidang sosial yang diberikan melalui PKPS-BBM maupun program lokal lainnya, seperti BP-3 terarah dan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan tanpa dipungut biaya, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat JPKMS, pemberdayaan masyarakat, program nasional pemberdayaan masyarakat
PNPM, maupun upaya-upaya menarik investasi lebih besar ke Kota Medan, sehingga mereka bekerja dan memperoleh pandapatan yang lebih baik. Dalam jangka
menengah, upaya menurunkan jumlah penduduk miskin juga diprioritaskan dengan menjadikan percepatan pembangunan wilayah lingkar luar sebagai prioritas
pembangunan kota. Upaya kelembagaan juga dilakukan dengan bentuk forum koordinasi pengentasan kemiskinan Kota Medan, sebagai wadah
dimana seluruh stakeholder pembangunan dapat memformulasikan kebijakan- kebijakan sebagai masukan kepada pemerintah kota dalam upaya pengentasan
kemiskinan termasuk aparat pelaksananya. Dengan demikian upaya yang dilakukan
diharapkan dapat lebih terarah dan terpadu. E. Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
Terciptanya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dalam segala aspek kehidupan masyarakat sangat mendukung proses pembangunan. Masalah
peningkatan ketertiban masyarakat didukung peran serta pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Kerja sama dan pemberian bantuan teknis kepada instansi terkait dalam
rangka mewujudkan fungsi ketertiban umum, perlindungan kepada masyarakat, pembinaan pedagang kaki lima, pengawasan, dan patroli dan pencegahan rawan
pelanggaran ketertiban.
Universitas Sumatera Utara
Di Kota Medan tercatat 25 jenis kejahatan pada tahun 2007 yakni: terhadap kesopanan sebanyak 211 kasus, ketertiban umum tidak ada kasus, pembakaran 10
kasus, kebakaran 29 kasus, penyelundupan 0 kasus, pemerkosaan 32 kasus, perjudian 156 kasus, penculikan 12 kasus, pembunuhan 25 kasus, pemerasan 380 kasus,
penggelapan 531 kasus, penipuan 563, pengrusakan 207 kasus, penadahan 2 kasus, penganiayaan berat 1 927 kasus, penganiayaan ringan 142 kasus, pencurian dengan
pemberatan 1.775 kasus, pencurian 636 kasus, pencurian dengan kekerasan 369 kasus, pencurian kenderaan bermotor 1.424, menerima suap 0 kasus , kejahatan mata
uang 12 kasus, pemalsuan Materaisurat 69 kasus, penyalahgunaan narkotika 1.178 dan lain-lain sebanyak 401 kasus. Hal ini dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.22 Jumah Kejahatan Kota Medan No.
Tahun Jumlah Kejahatan
1. 2004
8.759 2.
2005 10.252
3. 2006
11.404 4.
2007 10.035
Sumber: Medan Dalam Angka 2008
Dari data diatas dapat dilihat bahwa tingkat Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat semakin menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2004
sebanyak 8.759 kasus dan tahun 2007 meningkat menjadi 10.035. Jelas keadaan ini akan menimbulkan terganggunya proses pembangunan.
F. Kesenjangan Pembangunan Kota
Walaupun menunjukkan kemajuan dan hasil yang menggembirakan, pembangunan kota secara faktual harus diakui masih dihadapkan kepada masalah-
Universitas Sumatera Utara
masalah yang bersifat fundamental seperti pengangguran 13,08, kemiskinan 6,63 dan kesenjangan pendapatan 0,28. Masalah kesenjangan tentunya
memiliki hubungan yang erat dengan kemiskinan dan pengangguran, sebab ada hubungan positif antara tingkat pengangguran yang besar dengan kemiskinan yang
meluas dan kesenjangan antar kelompok pendapatan. Secara konsepsi, masalah kesenjangan dapat dipengaruhi 3 tiga faktor
pokok, yaitu 1 faktor struktural, 2 faktor natural, dan 3 faktor kultural. Faktor struktural lebih banyak disebabkan faktor-faktor kebijakan pemerintah, sedang faktor
natural oleh pasar, dan faktor kultural disebabkan oleh sikap-sikap dan perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mencerminkan keinginan melakukan perubahan-
perubahan yang selaras dengan tujuan pembangunan. IPM kecamatan-kecamatan yang secara kewilayahan berada di wilayah
lingkar luar, masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat IPM kecamatan- kecamatan yang berada di wilayah lingkar dalam inti Kota Medan. Secara hipotesis
kesenjangan pembangunan kota antara wilayah lingkar luar dengan lingkar dalam tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu :
1 Faktor Struktural
Dalam 5 lima tahun pertama Renstra Kota Medan Tahun 2000-2005, implementasi pelaksanaan pembangunan kota di bidang pendidikan, kesehatan, dan
pembangunan ekonomi wilayah lingkar luar masih diposisikan sama prioritasnya dengan bidang-bidang pembangunan kota lainnya, artinya pada saat itu belum ada
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang dirancang secara khusus untuk pembangunan wilayah lingkar luar, baik dari sisi pemrograman maupun dari sisi anggaran. Kebijakan ini kenyataannya
kurang memberikan insentif bagi pasar untuk mendorong distribusi pembangunan kota ke wilayah lingkar luar.
2 Faktor Natural
Faktor natural yang paling fundamental mempengaruhi tingkat kesenjangan antar kelompok pendapatan adalah jumlah angkatan kerja. Angkatan kerja di pasar
kerja ternyata jauh melebihi penawaran. Berdasarkan data tahun 2008, dari jumlah usia kerja 10 tahun ke atas sebesar 1.532.871 orang, yang memilih bekerja sebesar
959.309 orang. Akibatnya jumlah angkatan kerja yang belum bekerja secara nominal cenderung meningkat dari tahun ke tahun, 125.477 orang. Di samping itu, Medan
sebagai Kota Metropolitan dimana sektor-sektor ekonomi andalannya adalah sektor tertier dan sekunder juga telah mendorong arus urbanisasi migrasi yang cenderung
besar, sehingga turut mempengaruhi ketidakseimbangan supplay and demand di pasar kerja. Kecenderungan ini diperparah lagi dengan kondisi urbanisasi yang ternyata
hanya dimotivasi alasan-alasan irrasional dibandingkan alasan-alasan rasional, seperti adanya keterampilan dan skill sehingga menjadi harapan untuk mendapatkan
pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di kota. Kondisi supplay dan demand pasar kerja di Kota Medan juga dipengaruhi arus
kommuter. Arus orang yang pulang pergi ke Kota Medan setiap hari LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2008 saat ini diperkirakan mencapai ± 500.000 orang perhari. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini telah menjadikan pelaku usaha industri cenderung mempekerjakan orang-orang berdomisili di luar Kota Medan dibandingkan dengan orang-orang yang tempat
tinggalnya di Kota Medan, sebab mereka cenderung bersedia menerima upah lebih rendah. Peluang atau kesempatan kerja yang terbatas ini telah menyebabkan angkatan
kerja yang ada di Kota Medan relatif sulit mendapatkan lapangan kerja sehingga mereka cenderung miskin sekaligus menciptakan kesenjangan pendapatan dengan si
kaya.
3 Faktor Kultural
Kesenjangan pendapatan, industri dan antar wilayah di Kota Medan juga didorong faktor-faktor kultural budaya. Tingkat pendidikan yang rendah telah
menyebabkan sangat lambannya transformasi sosial dan budaya di komunitas masyarakat miskin kota. Bila diamati ciri-ciri masyarakat kelompok miskin yang ada,
umumnya mereka memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif sangat rendah SD ke bawah. Hal ini menyebabkan penyerapan teknologi industri dalam usaha ekonomi
yang dikelola masih sangat terbatas. Konsekuensi logisnya adalah mereka menciptakan nilai tambah produksi yang masih sangat terbatas.
Faktor-faktor budaya juga telah menyebabkan mereka sangat sulit meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang cenderung kurang selaras dengan sikap-
sikap membangun yang diperlukan seperti inovasi, inisiatif, dan kreatif. Akibatnya diversifikasi usaha ekonomi juga tidak mudah dilakukan oleh pemerintah daerah,
Universitas Sumatera Utara
termasuk menerima perubahan. Secara umum perbandingan indikator kesejahteraan sosial di Kota Medan dapat dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.23 Indikator Kesejahteraan Sosial Kota Medan Tahun 2005-2008
TAHUN Jenis Indikator
2005 2006
2007 2008
[1] [2]
[3] [4]
[5] Jumlah Penduduk Jiwa
2.036.185 2.067.293 2.083.156 2.102.105 Pertumbuhan Penduduk
1,50 2,82
0,77 0,91
Angka Partisipasi Kasar -SDMI
104,28 111,51
112,18 112,85
-SMPMTS 99,79
94,53 98,36
98,49 -SMASMKMA
89,04 81,09
89,34 89,59
Angka Partisipasi Murni -SDMI
91,36 91,04
91,79 92,54
-SMPMTS 78,49
73,83 76,18
77,53 -SMASMKMA
71,90 62,91
64,71 65,51
Angka Partisipasi Sekolah -7 – 12
99,06 99,15
99,31 99,50
-13 – 15 95,04
92,19 94,04
96,00 -16 – 18
78,11 72,17
79,21 81,00
-19 – 24 24,04
22,90 24,19
26,00 Pendidikan
Penduduk Minimal Tamat SLTA
48,69 48,69
49,78 52,00
-Buta Huruf 0,91
0,91 0,82
0,81 Angka Kelahiran Total,
TFR 2,27
2,16 2,13
2,11 Angka Harapan Hidup
Tahun 70,70
70,70 71,10
71,20 Angka Kematian Bayi,
IMR 15,84
15,10 13,80
10,50 Rata-rata Anak Lahir Hidup
jiwa 1,50
1,39 1,34
1,33 Rata-rata Anak Masih
Hidup Jiwa 1,44
1,33 1,29
1,29 Angka Kesakitan Umum
15,81 20,43
20,13 20,15
Universitas Sumatera Utara
TPAK 53,00
62,21 58,62
62,58 TPT
12,46 15,01
14,49 13,08
IPM 75,40
74,60 75,60
76,00 Penduduk Miskin Ribu
Jiwa 175,52
160,65 147,80
138,70 Penduduk Miskin
8,62 7,77
7,09 6,63
Sumber: LKPJ Kota Medan TA.2008
Oleh karena itu, kebijakan dasar Pemerintah Kota Medan selama periode 2006-2008 adalah mendorong terciptanya lapangan kerja baru terutama salah satunya
melalui penanaman modal. Namun demikian, jumlah angkatan kerja yang begitu tinggi dan tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang tersedia menyebabkan
tidak tertampungnya seluruh angkatan kerja yang ada. Untuk itu, kebijakan anggaran pada masa yang akan datang seharusnya lebih menitikberatkan dan meningkatkan
anggaran di bidang ekonomi dan investasi di samping bidang-bidang yang lainnya. 5.1.4 Prioritas Pembangunan Kota Tahun 2008
Berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 5 Tanggal 16 Desember Tahun 2005 tentang RPJMD Kota Medan Tahun 2006-2010 dirumuskan tema
pembangunan kota tahun 2008 yaitu “ Mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi dalam rangka menurunkan angka kemiskinan kota menuju Medan Kota
Metropolitan yang Modern, Madani dan Religius”. Sedangkan pengarusutamaan pembangunan Kota Medan tahun 2008 difokuskan
kepada : 1. Pengembangan pembangunan ekonomi dan sosial budaya yang dinamis
2. Meningkatkan partisipasi, kemitraan dan perwujudan kepentingan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Penciptaan good governance 4. Peningkatan kualitas SDM aparatur Pemerintah Kota
Mengacu kepada tema dan pengarusutamaan pembangunan kota tersebut, ditetapkan agenda prioritas pembangunan kota tahun 2008 sebagai berikut :
1. Percepatan pembangunan wilayah lingkar luar dan penanggulangan kemiskinan 2. Pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana kota
3. Peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat 4. Pengembangan daya saing UKMK dan peningkatan penanaman modal daerah
5. Peningkatan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat 6. Membangun kota jasa, perdagangan dan industri serta pemantapan iklim
ketenagakerjaan 7. Pengembangan kebudayaan dan pariwisata
8. Penciptaan birokrasi yang kreatif, inovatif, responsive, dan profesional 9. Peningkatan kerjasama regional dan lintas batas.
A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Tahun 2008
Sejalan dengan arah kebijakan ekonomi yang ditetapkan di tingkat regional, maka arah kebijakan ekonomi kota tahun 2008 juga berfokus kepada pertumbuhan
ekonomi yang lebih dinamis dan progresif sehingga dapat memposisikan Kota Medan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Pertumbuhan
ekonomi yang dinamis dan progresif ini sangat diperlukan dalam rangka mendorong
Universitas Sumatera Utara
penciptaan lapangan kerja baru, mengurangi jumlah penduduk miskin sekaligus lebih mendorong pertumbuhan antar wilayah lingkar luar-inti kota yang lebih seimbang.
Untuk menjamin efektivitas kebijakan ekonomi yang ditempuh maka program-program ekonomi yang dijalankan akan memperhatikan dengan cermat
peluang, ancaman, kekuatan dan tantangan lingkungan internal dan eksternal yang diprediksikan selama tahun 2008. Arah kebijakan pembangunan ekonomi kota selama
tahun 2008 juga ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah fundamental ekonomi yang ada sehingga dapat memicu peningkatan produktivitas, pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu juga target pertumbuhan ekonomi Kota Medan diusahakan mencapai 9,03 tahun 2008, dengan tingkat laju inflasi berkisar 5,72.
Beberapa kebijakan ekonomi pokok yang akan ditempuh dalam tahun 2008 yaitu :
1. Meningkatkan fasilitas, kemudahan dan insentif berinvestasi di Kota Medan, menata regulasi lokal yang kontraproduktif, serta meningkatkan promosi investasi
baik di dalam negeri maupun luar negeri, khususnya di sektor industri perdagangan dan kepariwisataan.
2. Mengembangkan keberdayaan UKMK dengan memposisikannya sebagai tulang punggung ekonomi kota, khususnya melalui fasilitas permodalan, pasar dan
revitalisasi pasar-pasar tradisional menjadi pasar tradisional modern.
3. Mendorong revitalisasi sektor perikanan dan kelautan melalui konsep kerjasama agromarinepolitan, termasuk menjadikan Kota Medan sebagai Kota Tujuan
Universitas Sumatera Utara
Wisata utama melalui program MICE serta mengoptimalkan kerjasama regional lainnya.
4. Menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan melalui kelancaran distribusi barangjasa, khususnya bagi masyarakat kurang mampu, dengan pengendalian
inflasi. 5. Mendorong penciptaan iklim kondusif untuk berkembangnya industri yang
berorientasi ekspor sekaligus menyerap tenaga kerja yang besar. 6. Meningkatkan link and match pendidikan dengan pasar kerja melalui kerjasama
yang lebih harmonis antara institusi pendidikan dengan pelaku industri. 7. Pengembangan infrastruktur sosial ekonomi yang dapat merangsang tumbuhnya
kawasan-kawasan strategis dan cepat tumbuh, khususnya di kawasan lingkar luar. 8. Mendorong pembangunan infrastruktur kota oleh sektor swasta dan masyarakat
yang memiliki efek ganda yang besar. Memperkirakan lingkungan stratejik ekonomi Kota Medan Tahun 2008, baik
lingkungan internal maupun eksternal, perekonomian Kota Medan Tahun 2008 diperkirakan akan semakin prospektif dan lebih baik dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Perkiraan prospek pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang semakin baik ini tentunya merupakan bagian dari pengaruh perekonomian regional
dan nasional. Walaupun prospek ekonomi kota diprediksi semakin positif, tetapi tetap akan dihadapkan kepada berbagai tantangan dan masalah yang semakin kompleks
dan berdimensi luas. Secara internal tantangan pokok pembangunan ekonomi kota
Universitas Sumatera Utara
adalah masih terbatasnya sumber-sumber pembiayaan pembangunan kota yang dapat dikelola dan dimanfaatkan.
Hal ini tidak terlepas dari pengelolaan sistem keuangan negara yang relatif
masih sentralistis, sehingga daerah tidak memiliki peluang yang cukup untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan daerah baru, tanpa menjadi beban ekonomi.
Di lain pihak, sumber pembiayaan pembangunan kota yang bersifat subsidi baik dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara seperti Dana Bagi Hasil, Bantuan Daerah
Bawahan dan dari Pemerintah Pusat baik dalam bentuk DAU, DAK, Dana Penyesuaian masih sangat terbatas. Belum adanya alokasi khusus anggaran untuk
daerah-daerah Metropolitan yang berstatus Ibukota Propinsi menyebabkan perlakuan anggaran Pemerintah kepada seluruh KabupatenKota sama, walaupun di sisi lain
tugas dan fungsi KabupatenKota yang berstatus Ibukota Propinsi menjadi lebih berat dan luas dibandingkan KabupatenKota lainnya.
Tantangan pembangunan kota lainnya di bidang ekonomi adalah potensi beberapa penyakit endemik, tuntutan upah yang tidak dibarengi peningkatan
produktivitas, dan tuntutan pemerataan pembangunan kota yang adakalanya menurunkan nilai tambah produksi, sehingga akhirnya dapat berpotensi mengganggu
pencapaian target pertumbuhan ekonomi kota yang ditetapkan. Di samping faktor internal, maka faktor eksternal yang berpotensi
mempengaruhi perekonomian kota dalam Tahun 2008 adalah potensi gangguan stabilitas ekonomi regional dan nasional sebagai akibat pengaruh ekonomi
Universitas Sumatera Utara
internasional. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2008 diproyeksikan akan lebih progresif dan dinamis dibandingkan tahun 2007 dan akan tetap menjadi
mesin ekonomi Sumatera Utara secara regional, yaitu 9,03. Sementara laju inflasi diperkirakan akan dapat dikendalikan di bawah satu digit yaitu 5,72. Dengan
asumsi ICOR 3,8, maka PDRB Atas Dasar Harga Berlaku diprediksi dapat mencapai Rp 63,8 Trilyun, sementara PDRB dengan harga konstan diperkirakan
mencapai Rp 32,33 Trilyun pada tahun 2008.
Untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan, maka kebutuhan investasi pembentukan modal tetap bruto diperkirakan mencapai Rp 6,7
Trilyun, atau 10,48 dari PDRB harga berlaku. Sumber-sumber investasi diharapkan meliputi investasi sektor swasta perusahaan dan rumah tangga, sekitar 75, dan
investasi Pemerintah Pusat, Propinsi, Kota sebesar 25. Guna mendorong pencapaian target pertumbuhan investasi yang diperlukan, maka sangat dibutuhkan
berbagai kebijakan efektif untuk dapat mendorong berkembangnya penanaman modal di sektor rill, seperti peningkatan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha,
pemberian fasilitas, insentif dan kemudahan berinvestasi, promosi terpadu, peningkatan peran intermediasi perbankan, kepastian kepemimpinan, peningkatan
produktivitas tenaga kerja, pengembangan prasarana dan sarana ekonomi yang semakin memadai sehingga
mendorong kegiatan ekonomi yang semakin efisien dan kompetitif.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.24 Proyeksi Makro Ekonomi Kota Medan Tahun 2008
Kota Medan Indikator
Satuan 2007
2008 Pertumbuhan Ekonomi
PDRB ADH Berlaku PDRB ADH Konstan 2000
PDRB per kapita ADH Berlaku Inflasi Struktur Ekonomi :
-Primer -Sekunder
-Tertier Penduduk
Tingkat pengangguran terbuka Jumlah penduduk miskin
Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Melek Huruf
Persen Triliun Rp
Triliun Rp Juta Rp
Persen Persen
Persen Persen
Juta jiwa Persen
Persen -
Persen 8,60
55,22 29,65
26,46
5,84 3,07
26,36 70,57
2,086 11,30
6,30 74,78
99,42 9,03
63,88 32,33
30,25
5,72 3,24
26,06 70,90
2,112 10,86
5,66 74,94
99,44
Sumber: LKPJ Kota Medan TA.2008
Berdasarkan data tabel di atas, maka diproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi kota tahun 2007 mencapai 8,60 dan 9,03 tahun 2008. Melalui dorongan
pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan maka PDRB ADH Berlaku diharapkan mencapai 55,22 trilyun rupiah tahun 2007, dan LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2008
sebesar 63,88 trilyun rupiah tahun 2008, sedang berdasarkan harga konstan 2000, PDRB Kota Medan diproyeksikan mencapai 29,15 trilyun rupiah tahun 2007, dan
meningkat menjadi 32,33 trilyun rupiah tahun 2008. Sebagai dampak peningkatan produksi masyarakat, maka PDRB per kapita ADH Berlaku diperkirakan mencapai
26,46 juta rupiah tahun 2007, dan meningkat menjadi 30,25 juta rupiah tahun 2008. B.
Pengelolaan Pendapatan Daerah
Penerimaan APBD terdiri dari pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
Universitas Sumatera Utara
rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak daerah dalam suatu tahun anggaran, yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Pendapatan daerah tahun anggaran 2008 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dan dianggarkan secara
bruto dalam APBD.
Pendapatan daerah dirinci menurut kelompok pendapatan yang meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan lain-lain Pendapatan Yang Sah.
Setiap kelompok pendapatan dirinci menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggungjawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut,
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai dengan kebutuhan dan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
Perkiraan Sisa Lebih Perhitungan APBD tahun lalu dicatat sebagai saldo awal peneriman pembiayaan pada APBD tahun berikutnya, sedangkan realisasi Sisa Lebih
Perhitungan APBD tahun lalu dicatat sebagai saldo awal penerimaan pembiayaan pada perubahan APBD. Semua penerimaan daerah dilaksanakan melalui kas daerah.
Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus dalam Peraturan Daerah tentang APBD. Pemerintah Kota Medan dengan persetujuan DPRD
Kota Medan, dapat mencari sumber-sumber pembiayaan lain melalui kerja sama dengan pihak-pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan, seperti melakukan
investasi dalam bentuk penyertaan modalpembelian saham danatau bentuk investasi lainnya serta mendepositokan dana yang belum terpakai sepanjang hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
memberi manfaat bagi pelayanan masyarakat dan tidak mengganggu likuiditas pemerintah daerah. Setiap Satuan Kerja Pengguna Anggaran yang mempunyai tugas
memungut danatau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi
dan ekstensifikasi pemungutan pendapatan daerah.
Untuk mewujudkan peningkatan pendapatan daerah maka ditetapkan upaya- upaya peningkatan pendapatan daerah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sosialisasi terhadap wajib pajak daerah 2. Pendataan dan pendaftaran wajib pajak daerah
3. Pengumpulan pengolahan data dan informasi pajak daerah 4. Perhitungan dan eksaminasi penetapan SPTPP dan angsuran pajak daerah
5. Verifikasi dan pemeriksaan wajib pajak daerah 6. Mapping retribusi daerah
7. Pemetaan perpajakan 8. Penagihan tunggakan pajak
9. Peningkatan pengawasan 10. Rekonsiliasi PPJ
11. Intensifikasi dan Ekstensifikasi WP PBB Potensial BPHTB 12. Penagihan PBB
13. Rapat-rapat evaluasi 14. Pemantauan dan pelaporan
15. Melaksanakan Pekan Panutan Pembayaran PBB
Universitas Sumatera Utara
16. Merancang revisi perda-perda yang diperlukan Walaupun upaya-upaya optimal untuk meningkatkan pendapatan daerah akan
dilaksanakan, namun proyeksi pendapatan daerah tetap dilakukan secara rasional guna tetap menjamin tidak akan memberatkan dunia usaha dan masyarakat sehingga
tidak berdampak mengurangi daya beli masyarakat. Peningkatan pendapatan daerah juga akan dilaksanakan dengan mendorong
peningkatan produktivitas aset daerah yang dipisahkan seperti BUMD, dan
penyertaan modal lainnya.
Target pendapatan dalam APBD tahun anggaran 2008 sebelum perubahan APBD ditetapkan sebesar Rp 1.747.915.721.142,00 dan setelah perubahan menjadi
sebesar Rp 1.764.199.302.097,00 naik sebesar Rp 16.283.580.955,00 atau 0,93. Perubahan ini secara umum dilatar belakangi perubahan atau koreksi terhadap arah
kebijakan umum anggaran dan penyesuaian strategi dan prioritas serta anggaran pembangunan Kota Medan tahun 2008.
Secara garis besar, target penerimaan PAD diproyeksikan naik sebesar Rp 11.628.492.955, Dana Perimbangan naik sebesar Rp 8.133.368.000, dan Lain-lain
Pendapatan Yang Sah turun sebesar Rp 3.478.280.000,00. Dari jumlah target APBD setelah PAPBD sebesar Rp 1.764.199.302.097,00 yang terealisasi menjadi
pendapatan sebesar Rp 1.806.373.003.151,00 atau sebesar 102,39. Ringkasan anggaran dan realisasi pendapatan daerah tahun anggaran 2008 dapat dilihat pada
tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.25 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah TA 2008 juta rupiah Jenis Pendapatan
Anggaran Realisasi
Bertambah Berkurang
Pendapatan Asli Daerah
356.137,806 391.514,558
35.376,751 109,93
Dana Perimbangan 1.065.854,968 1.118.151,352
52.296,384 104,91
Lain-lain Pendapatan Yang
Sah 342.206,527
296.707,092 45.173,701
86,70
JUMLAH 1.764.199,302 1.806.373,003
42.173,701 102,39
Sumber : LKPJ Kota Medan Tahun 2008
Dari data tabel 5.23, dapat diketahui bahwa realisasi pendapatan tahun anggaran 2008 sebesar Rp 1.806.373.003.151,00 atau 102,39 lebih positif sebesar
Rp 42.173.701.054,00 atau 2,39 dari target pendapatan sebesar Rp 1.764.199.302.097,00. Terlampauinya target pendapatan daerah tersebut disebabkan
oleh realisasi penerimaan PAD dan dana perimbangan melampaui target, masing- masing sebesar 9,93 atau Rp 35.376.751.526,00 dan sebesar 4,91 atau Rp
52.296.384.611,00 sedangkan lain-lain pendapatan yang sah capaian targetnya sebesar 86,70 atau kurang negatif sebesar 13,30 atau Rp 45.499.435.083,00.
Jika digunakan indikator persentase capaian target pendapatan sebagai skala pengukuran kinerja keuangan dari yang sangat buruk sampai dengan sangat baik 0
- 100, secara obyektif dapat dikatagorikan kinerja keuangan daerah pada tahun anggaran 2008 dari sisi capaian target pendapatan yang mencapai sebesar 102,39,
secara keseluruhan termasuk katagori sangat baik. Jika digunakan indikator persentase capaian target pendapatan sebagai skala pengukuran kinerja keuangan dari
Universitas Sumatera Utara
yang sangat buruk sampai dengan sangat baik 0 - 100, secara obyektif dapat dikatagorikan kinerja keuangan daerah pada tahun anggaran 2008 dari sisi capaian
target pendapatan yang mencapai sebesar 102,39, secara keseluruhan termasuk katagori sangat baik.
C. Belanja Daerah
Arah kebijakan anggaran dari sisi Belanja Daerah tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:
a Meningkatkan proporsi belanja daerah sebagai belanja investasi dengan mengurangi belanja yang bersifat subsidi, sehingga diharapkan dapat menjadi
stimulan perekonomian kota. b Belanja daerah digunakan secara optimal untuk dapat menyelenggarakan urusan
wajib dan urusan pilihan sebagaimana yang ditetapkan dalam PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
c Belanja daerah dialokasikan dan digunakan berdasarkan pertimbangan tuntutan, kebutuhan, dan kepentingan penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat
mendesak, penting, pengendali dan stimulan pembangunan kota sehingga memberikan dampak efek ganda yang luas bagi peningkatan produksi, pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengimplementasikan arah kebijakan belanja daerah dimaksud maka
belanja daerah pada hakekatnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan pemerintah baik urusan wajib maupun urusan pilihan dan urusan yang
Universitas Sumatera Utara
penanganannya satu kesatuan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah KabupatenKota berdasarkan kerjasama regional
yang ditumbuhkembangkan. Secara struktural belanja daerah dalam tahun 2008 dikelompokkan ke dalam
belanja tidak langsung dan Belanja Langsung. Belanja tidak langsung dikelompokkan menjadi:
1 Belanja Pegawai 2 Bunga
3 Subsidi 4 Hibah
5 Bantuan Sosial 6 Belanja Bagi Hasil
7 Bantuan Keuangan 8 Belanja Tidak Terduga
Sedangkan belanja langsung dikelompokkan menjadi: a Belanja Pegawai
b Belanja Barang dan Jasa c Belanja Modal
Sesuai dengan prinsip-prinsip anggaran yang umum maka penetapan alokasi, plafon dan rencana anggaran belanja daerah harus didasarkan pertimbangan-
pertimbangan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas dengan sistem
Universitas Sumatera Utara
perencanaan anggaran yang lebih bersifat Bottom-up planning. Dalam rangka ini, maka belanja daerah harus terfokus kepada upaya peningkatan pelayanan dasar
seperti pelayanan kependudukan, pendidikan, kesehatan, prasarana dan sarana kota sehingga mendekatkan proses pembangunan kota kepada upaya mewujudkan Medan
Kota Modren, Madani dan Religius. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas anggaran belanja daerah, maka
formulasi program dan anggaran harus berdasarkan pendekatan kinerja yang berorientasi kepada tujuan atau hasil yang terukur berdasarkan input yang digunakan.
Dalam rangka peningkatan pelayanan umum, maka penetapan alokasi belanja harus juga memperkuat pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD, sehingga menunjukkan
organisasi Pemerintah Kota yang efektif dan efisien. Untuk itu dalam pengelolaan belanja langsung harus benar-benar memperhatikan proporsi yang sehat di antara
belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Sebagai bagian integral dengan pembangunan kota, belanja daerah juga diprioritaskan kepada upaya
memperkuat kapasitas pembangunan di tingkat Kecamatan dan Kelurahan, sehingga memunculkan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam
pembangunan. Lebih penting dari itu belanja daerah tahun 2008 barus dapat berfungsi sebagai stimulan perekonomian kota, sehingga dapat menekan angka pengangguran
dan kemiskinan kota.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.26 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah T.A 2008 juta rupiah Jenis Belanja
Anggaran Realisasi
Lebih Kurang
2 3
4 5 4-3
6 4;3
BELANJA TIDAK
LANGSUNG Belanja Pegawai
Belanja Bunga Belanja Subsidi
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Tidak Terduga
Belanja Hibah BELANJA
LANGSUNG Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal 906.665,813
834.552,021 7.000,000
8.660,332 50.672,959
5.000,000 780,499
974.570,826 176.938,168
405.613,015
391.019,642 797.099,664
764.964,643 563,216
8.230,243 23.067,218
274,342 -
681.300,786 149.068,127
288.810,684
243.421,974 109.566,139
69.587,378 6.436,783
430,088 27.605,741
4.725,657 780,499
293.270,040 27.870,040
117.802,330 147.597,668
87,91
91,66 8,05
95,03 45,52
5,40 -
69,91 84,25
71,03
62,20 JUMLAH
BELANJA 1.881.236,640
1.477.958,513 403.278,127 75,56
Sumber : LKPJ Kota Medan Tahun 2008
Dari data tabel 2.26 dapat diketahui bahwa total realisasi belanja tidak langsung tahun anggaran 2008 sebesar Rp 797.099.664.253,00 atau 87,91
dari jumlah yang dianggarkan Rp 906.665.813.775,00 dan belanja langsung sebesar Rp 681.300.786.852,00 atau 69,91 dari jumlah yang dianggarkan
Rp 974.570.826.967,00 sehingga secara keseluruhan total belanja Pemerintah Kota Medan tahun anggaran 2008 menjadi sebesar Rp 1.477.958.513.206,00 atau 75,56
kurang negatif sebesar Rp 403.278.127.536,00 atau 24,44 dari total jumlah yang dianggarkan sebesar Rp 1.881.236.640.742,00. Realisasi belanja tahun anggaran 2008
Universitas Sumatera Utara
sebesar 53,93 dialokasikan penggunaan pengeluarannya untuk belanja tidak langsung dan 46,07 untuk belanja langsung.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tidak satupun dari akun belanja daerah yang jumlah realisasi pengeluarannya mencapai anggaran, apalagi yang
melebihi jumlah yang dianggarkan. Hal ini menunjukkan pengeluaran belanja daerah tahun anggaran 2008 telah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis.
5.1.5 Potensi Unggulan Daerah
Tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Kota Medan masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan yang patut mendapat perhatian. Untuk itu, salah satu
komponen utama yang perlu diketahui yaitu potensi unggulan daerah. Mengetahui potensi unggulan daerah dapat membantu memahami sektor basis dalam mendorong
pembangunan ekonomi daerah. Berdasarkan sektor ekonomi, potensi unggulan Kota Medan didominasi sektor
sekunder dan tersier yang terdiri dari berbagai sektor usaha, yaitu : 1. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum
Pada umumnya usaha sektor listrik, gas dan air minum menyebar merata di Kota Medan. Walaupun sektor ini memberikan kontribusi sebesar 2,47 terhadap
pembentukan PDRB Kota Medan, namun sektor ini mengalami laju pertumbuhan sektoral yang cukup tinggi hingga mencapai 10,22 pada tahun 2008. Akan tetapi
penyerapan tenaga kerja pada sektor ini relatif kecil yakni 0,71 terhadap total penyerapan tenaga kerja di setiap sektor.
Universitas Sumatera Utara
2. Sektor Bangunan Konstruksi Sektor bangunan memiliki kontribusi yang cukup besar sekitar 12,68 terhadap
pembentukan PDRB Kota Medan pada tahun 2008 dengan laju pertumbuhan sebesar 6,84. Sedangkan dalam penyerapan tenaga kerja, sektor ini mampu
menyerap tenaga kerja sekitar 8,45. 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi sebesar 30,88 pada tahun 2008. Dengan laju pertumbuhan sektoral sebesar 1,67 pada tahun 2008
sektor ini ternyata mampu menyerap tenaga kerja sekitar 34,14 dari total tenaga kerja yang bekerja pada sektor ekonomi.
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi terhadap
pembentukan PDRB Kota Medan sebesar 29,24 dengan laju pertumbuhan sekitar 20,29 pada tahun 2008. Walaupun kontribusi dan laju pertumbuhannya
relatif cukup besar, tetapi dalam penyediaan lapangan kerja hanya mampu menyerap sekitar 12,01 dari total tenaga kerja yang bekerja.
5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami laju pertumbuhan
sektoral sekitar 2,95 dengan memberikan kontribusi sebesar 18,22 terhadap pembentukan PDRB Kota Medan pada tahun 2008. Sedangkan kontribusinya
Universitas Sumatera Utara
dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Medan hanya sekitar 4,84 dari total tenaga kerja yang bekerja pada sektor ekonomi.
6. Sektor Jasa-Jasa Untuk tahun 2008, sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sekitar 13,57
terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dengan laju pertumbuhan sebesar 5,44 dan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 19,62. Bila dilihat dari tingkat
penyerapan tenaga kerja di tiap-tiap sektor, maka sektor yang banyak menyerap tenaga kerja yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor jasa. Bila dilihat dari tingkat kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Medan, maka sektor
Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan mampu
memberikan kontribusi yang cukup besar dan masih berpeluang untuk dikembangkan guna lebih meningkatkan PDRB Kota Medan. Dari sembilan sektor
ekonomi tersebut, sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor Pengangkutan
dan Komunikasi mempunyai keistimewaan karena selain mampu meningkatkan PDRB Kota Medan, sektor ini juga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.27 Sektor Unggulan Kota Medan Tahun 2006-2008
Sumber: LPPD Kota Medan TA.2008
Mengacu pada nilai LQ dari kesembilan sektor ekonomi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan sektor yang paling unggul dibandingkan
dengan sektor yang lain dengan nilai LQ sebesar 2,332 pada tahun 2006 dan 2,218 pada tahun 2007 serta 2,051 pada tahun 2008. Nilai tersebut berarti produksi pada
sektor tersebut di Kota Medan 2,332 kali lebih besar dengan produksi sektor yang sama bila dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya di Sumatera Utara pada
tahun 2006 dan 2,218 kali lebih besar dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Utara dengan produksi sektor yang sama pada tahun 2007 serta 2,051 kali lebih besar
pada tahun 2008. Sektor unggulan kedua yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi dengan
nilai LQ sebesar 2,128 pada tahun 2006 dan sebesar 2,113 pada tahun 2007 serta 2,555 pada tahun 2008. Nilai tersebut berarti produksi pada sektor tersebut di Kota
Medan 2,128 kali lebih besar dibandingkan dengan produksi sektor yang sama di Location Quotient LQ
No Lapangan Usaha
2006 2007
2008 1.
Pertanian 0,131
0,126 0,127
2. Pertambangan Penggalian
0,005 0,004
0,003 3.
Industri Pengolahan 0,635
0,650 0,659
4. Listrik, Gas dan Air Minum
1,932 1,808
1,929 5.
Bangunan 1,676
1,684 1,612
6. Perdagangan, Hotel Restoran
1,373 1,327
1,214 7.
Pengangkutan Komunikasi 2,128
2,113 2,555
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 2,332
2,218 2,051
9. Jasa-Jasa
1,089 1,096
1,032
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara pada tahun 2006 serta 2,113 kali lebih besar dibandingkan dengan produksi sektor yang sama di Sumatera Utara pada tahun 2007 serta 2,555 kali lebih
besar pada tahun 2008.
5.2 Data Hasil Penelitian 5.2.1 Karakteristik Responden
A. Jenis Kelamin. Dalam kegiatan pembangunan kota harus mempertimbangkan
partisipasi aktif masyarakat secara luas tanpa membedakan jenis kelamin atau gender. Untuk jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki,
terdapat 28,1 atau sebanyak 75 responden adalah berjenis kelamin perempuan. Sedangkan sisanya 71.9 atau sebanyak 192 responden adalah berjenis kelamin
laki-laki.
Gambar 5.8 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Universitas Sumatera Utara
B. Usia. Beragamnya usia masyarakat yang menjadi responden dapat dilihat dari
hasil penelitian. Dengan usia 21-40 tahun sebesar 44,6 atau sebanyak 119 responden. Sedangkan dengan usia 41-60 tahun sebanyak 50,9. Dan dengan
persentase 4,49 atau sekitar 12 responden mempunyai usia 61-80 tahun. Jadi dapat dilihat responden adalah usia yang termasuk yang berproduktif dan tidak
berproduktif lagi.
C. Tingkat Pendidikan Masyarakat. Dari sejumlah responden yang tidak
sekolahtidak tamat SD sebesar 1 atau 4 responden, 7 atau sebanyak 18 responden menyatakan Tamat SD, 13 atau sebanyak 35 responden menyatakan
tamat SMP, 48 atau sebanyak 127 responden menyatakan tamat SMA, 10 atau sebanyak 27 responden dengan pendidikan Akademi dan sebanyak 21
atau 56 responden.
Universitas Sumatera Utara
D. Status Pekerjaan. Pada penelitian ini, responden adalah dari semua jenis
pekerjaan. Dapat dilihat bahwa responden 44,2 atau sebanyak 118 orang yang berkerja sebagai karyawan swasta termasuk didalamnya yang bekerja sebagai
buruh, 16.1 bekerja sebagai PNSTNIPOLRI, pedagang sebanyak 31,1, pensiunan sebanayak 1,5, petani 3,7, nelayan 1,1 dan lainnyatidak bekerja
sebanyak 2,2.
Gambar 5.11 Responden Berdasarkan Pekerjaan Gambar 5.10 Responden Berdasrkan Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
E. Jumlah Tanggungan. Jumlah tanggungan responden dalam penelitian ini
mayoritas antara 0-2 orang yaitu sebanyak 144 responden atau 53,9, diikuti dengan responden dengan jumlah tanggungan antara 3-5 orang sebanyak 112
responden atau 41,9 dan sebanyak 11 responden atau 4,1 yang memiliki jumlah tanggungan 6-8 orang.
F. Lama Tinggal. Lama tinggal di Kota Medan responden dalam penelitian ini
sangat beragam, artinya ada yang baru saja pindah merantau ke Kota Medan dan ada juga yang memang lahir di Kota Medan. Mayoritas responden yang lama
tinggalnya di Kota Medan sekitar 32-47 tahun sebanyak 93 responden atau sebanyak 40,4, sekitar 16-31 tahun sebanyak 88 responden atau 33, 0-15 tahun
sebanyak 43 responden atau sebanyak 16,1, 48-63 tahun sebanyak 42 responden atau 15,7, dan sebanyak 1 responden atau 0,4 yang lama tinggalnya 64
tahun.
Gambar 5.12 Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan dan pembangunan kota yang tangguh dan handal dibutuhkan perencanaan yang handal. Kebutuhan
perencanaan kota dapat bersifat jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama
para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, berikut pendapat masyarakat terhadap
perencanaan dan pembangunan wilayah:
1. Perlunya perencanaan dalam membangun Kota Medan sebagai upaya dalam proses pelaksanaan pembangunan kota secara demokratis,
sistematis, terarah, terpadu, komprehensip, antisipatif serta partisipatif.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pendapat masyarakat terhadap pelunya perencanaan tersebut biasa sebanyak 49 atau 130 responden, perlu 40 atau
Gambar 5.13 Responden Berdasarkan Lama Tinggal
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.14 Perlunya perencanaan dalam membangun Kota Medan sebagai upaya dalam proses pelaksanaan pembangunan
kota secara demokratis, sistematis, terarah, terpadu, komprehensip, antisipatif serta partisipatif.
108 responden, tidak perlu 7 atau 18 responden, dan hanya 4 yang berpendapat sangat perlu atau 11 responden.
2. Proses penyusunan
rencana program
dan kegiatan
kerja ini
memperhatikan hal-hal yang telah disepakati oleh masyarakat dan pelaku pembangunan kota lainnya stakeholder. Pendapat masyarakat mengenai
proses penyusunan perencanaan pembangunan yang dilakukan melalui Musrenbang dalam rangka partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota
mayoritas menjawab perlu sebanyak 46 atau 123 responden, biasa sebanyak 39 atau 103 responden, tidak perlu sebanyak 4 atau 10 responden, dan sangat
perlu 11 atau 31 responden.
Universitas Sumatera Utara
3. Proses penyaringan aspirasi yang dilakukan dalam penyusunan perencanaan pembangunan Kota, yakni melalui Musrenbang Kelurahan,
Kecamatan dan Kota. Proses penyaringan aspirasi melalui Musrenbang
kelurahan, Kecamatan, Kota melibatkan masyarakat dalam setiap proses tahapan perencanaan. Grafik menunjukkan jawaban responden terhadap keterlibatan
masyarakat mayoritas berpendapat dilibatkan sebesar 43,1 atau 115 responden, biasa 44,9 atau 120 respon, sangat dilibatkan 7,1 atau 19 responden, tidak
dilibatkan sebanyak 3,7 atau 10 responden dan sisanya 1,1 atau 3 responden.
Gambar 5.16 Proses penyaringan aspirasi yang dilakukan dalam penyusunan perencanaan pembangunan Kota,
yakni melalui Musrenbang Kelurahan, Kecamatan dan Kota
Gambar 5.15 Proses penyusunan rencana program dan kegiatan kerja ini memperhatikan hal-hal yang telah disepakati oleh
masyarakat dan pelaku pembangunan kota stakeholder.
Universitas Sumatera Utara
4. Proses partisipatif dilakukan dengan mengikutsertakan representasi dari seluruh stakeholder pembangunan kota. Proses Buttom up dan top down
dilakukan secara berjenjang dari tingkat Kelurahan, Kecamatan, Forum Gabungan SKPD dan Musrenbang Kota. Hasil penelitian terhadap
keterlibatan masyarakat dalam forum gabungan SKPD sangat dilibatkan 9 atau 23 responden, biasa sebanyak 52 atau 139 responden, dilibatkan sebanyak 34
atau 90 responden, tidak dilibatkan sebanyak 5 atau 15 responden.
5. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Kota perlu dibentuk forum konsultasi publik sebagai wadah penampungan dan
penjaringan aspirasi masyarakat serta dunia usaha dalam perancangan kebijakan kota. Jawaban responden terhadap pernyataan tersebut mayoritas
menjawab biasa sebanyak 53,2 atau 142 responden, perlu sebanyak 32,6 atau
Gambar 5.17 Proses
partisipatif dilakukan
dengan mengikutsertakan representasi dari seluruh
stakeholder pembangunan kota. Proses Buttom up dan top down dilakukan secara berjenjang
dari tingkat Kelurahan, Kecamatan, Forum Gabungan SKPD dan Musrenbang Kota.
Universitas Sumatera Utara
87 responden, sangat perlu sebanyak 3,7 atau 10 responden, tidak perlu
sebanyak 9,4 atau 25 responden, dan sangat tidak perlu 1,1 atau 3 responden.
6. Proses forum gabungan SKPD dan Musrenbang Kota telah menghasilkan Dokumen Induk Perencanaan Pembangunan Kota dalam bentuk RPJP,
RPJMD, dan RKPD. Dengan adanya dokumen perencanaan diharapkan Kota
Medan setuju memanfaatkan kedudukan fungsi dan peranan strategisnya. Tanggapan responden mengenai dokumen perencanaan apakah sudah dijadikan
sesuai dengan keinginan masyarakat mayoritas menjawab biasa sebanyak 48 atau 127 responden, sesuai sebanyak 32atau 86 responden, tidak sesuai
sebanyak 15 atau sebanyak 40 responden, sangat sesuai 4 atau 11 responden,
dan sangat tidak sesuai sebanyak 1 atau 3 responden.
Gambar 5.18 Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan Kota perlu dibentuk forum konsultasi publik sebagai wadah penampungan dan penjaringan
aspirasi masyarakat serta dunia usaha dalam perancangan kebijakan kota
Universitas Sumatera Utara
7. Dalam penyusunan Dokumen Induk Perencanaan pembangunan Kota telah diselaraskan dengan RTRW dan Rencana Sub-sub wilayah Kota Medan.
Grafik dibawah menunjukkan tanggapan responden terhadap pernyataan tersebut. Mayoritas menyatakan biasa 47,2 atau 126 responden, sesuai
sebanyak 25,5 atau 68 responden, sangat sesuai sebanyak 4,5 atau 12 responden, tidak sesuai sebanyak 22,1 atau 59 responden, dan sangat tidak
sesuai 0,7 atau 2 responden.
Gbr 5.19 Proses forum gabungan SKPD dan Musrenbang Kota telah menghasilkan Dokumen Induk Perencanaan Pembangunan
Kota dalam bentuk RPJP, RPJMD, dan RKPD.
Gambar 5.20 Dalam penyusunan Dokumen Induk Perencanaan pembangunan Kota telah diselaraskan dengan RTRW
dan Rencana Sub-sub wilayah Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
8. Dokumen Induk Perencanaan Pembangunan Kota telah disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Grafik ini menjelaskan tanggapan
masyarakat terhadap pernyataan tersebut biasa sebanyak 54 atau 143 responden, setuju sebanyak 28 atau 75 responden, tidak setuju sebanyak 12
atau 32 responden, sangat tidak setuju sebanyak 1 atau 3 responden sedangkan sangat setuju hanya 5 atau 14 responden.
9. Dokumen Induk Perencanaan Pembangunan kota telah menjadi pegangan