6.1.2 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Aglomerasi
Keuntungan aglomerasi agglomeration economies pada dasarnya merupakan
kekuatan utama dari sebuah pusat pertumbuhan. Alasannya adalah karena dia dapat memberikan keuntungan eksternal baik dalam penurunan biaya atau peningkatan
peluang pasar bagi para pengusaha yang beroperasi dalam pusat tersebut. Karena itu, dapat dikatakan bahwa bilamana keuntungan aglomerasi yang dapat dihasilkan oleh
sebuah pusat pertumbuhan cukup besar, maka pusat tersebut akan dapat berkembang dengan pesat. Akan tetapi, sebaliknya pusat tersebut akan sulit berkembang bilamana
keuntungan aglomerasi yang dapat dihasilkan sangat terbatas atau tidak ada sama sekali.
Keuntungan aglomerasi baru dapat muncul bilamana terdapat keterkaitan erat antara kegiatan ekonomi yang ada pada konsentrasi tersebut baik dalam bentuk
keterkaitan dengan input atau keterkaitan dengan output. Dengan adanya keterkaitan ini akan menimbulkan berbagai bentuk keuntungan eksternal bagi para pengusaha,
baik dalam bentuk penghematan biaya produksi, ongkos angkut bahan baku dan hasil produksi dan penghematan biaya penggunaan fasilitas karena beban dapat ditanggung
bersama. Penghematan tersebut selanjutnya akan dapat menurunkan biaya yang dikeluarkan pengusaha sehingga daya saingnya menjadi semakin meningkat.
Penurunan biaya inilah yang selanjutnya mendorong terjadinya peningkatan efisiensi dan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang berada dalam kawasan pusat pertumbuhan
tersebut Sjafrizal, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah fakta konsep penting dalam pengembangan ekonomi regional – sebuah fakta penjelasan kenapa beberapa wilayah berkembang dengan pusat yang
besar atau kelompok tipe aktivitas ekonomi yang tepat – merupakan efek aglomerasi. Dalam pola yang sederhana, kita dapat berpikir mengenai efek-efek dalam beberapa
cara yang berbeda. Pertama, ekonomi aglomerasi menyediakan keuntungan untuk para individual dan perusahaan dalam pusat populasi dan aktivitas ekonomi yang
besar, seperti yang ditemukan dalam kota yang besar dan dalam beberapa pusat nodal aktivitas di dalamnya, seperti untuk prosedur pelayanan dalam CBDs. Kedua, bentuk
lain efek aglomerasi, skala ekonomi, mengacu pada fakta-fakta yang membuat hal ini lebih mungkin untuk organisasi atau wilayah yang besar untuk memproduksi barang-
barang atau pelayanan dengan murah dibandingkan dengan yang lebih kecil. Ketiga, batasan ekonomi muncul melalui kesempatan pusat yang besar dari populasi dan
aktivitas yang disediakan untuk pengalihan aktivitas melalui hubungan antara ukuran- ukuran perusahaan yang bervariasi. Keempat, aglomerasi mengacu pada efek luar
yang berhubungan dengan perolehan keuntungan melalui perwakilan untuk golongan bisnis dan kesempatan pemasaran sebagai hasil pemusatan orang-orang dan aktivitas
pada keterangan lokasi.
Dalam model tradisional, setiap konsumen menyediakan input tenaga kerja untuk semua industri pada semua lokasinya, tetapi ketika salah satu sektor industri
diaglomerasi, hal ini diproduksi pada sebuah skala yang besar dan oleh karena kebutuhan input tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan ketersediaan pada
Universitas Sumatera Utara
lokasi, yang menarik penambahan pekerja yang melakukan perjalanan ulak-alik setiap hari atau bermigrasi ke lokasi tersebut.
Maier 2001 berpendapat bahwa model neo-klasik tradisional digunakan hanya untuk satu industri untuk sebuah fungsi produksi dengan peningkatan hasil,
hasil dalam struktur ruang yang berbeda dalam penggunaan lahan, harga dan kepadatan yang akan berubah dengan kebutuhan terhadap produk transportasi dan
faktor produksi dari lokasi ke lokasi yang lain. Tetapi, ketika industri yang lain juga digunakan untuk menunjukkan peningkatan skala hasil, atau jika kita menambah
lokasi atau efek pengkotaan, kemudian hasil digambarkan seperti di atas, maka akan lenih diperkuat. Efek aglomerasi dalam sebuah industri, bagaimanapun cukup untuk
memproduksi struktur ruang dan differensiasi. Kecenderungan terhadap aglomerasi adalah kekuatan oleh kenyataan bahwa bisnis jasa cenderung lebih dan lebih banyak
melibatkan pejabat berkepentingan headquarters dan laboratorium penelitian, yang tetap kebanyakan berlokasi di aglomerasi kota besar. Maka, inti masalahnya “apakah
dua sektor tersebut” dapat diubah melalui tahap pembangunan ekonomi sebaik jangka waktu dibawah menurut pertimbangankeputusan. Alasan bagi pembatasan tersebut
adalah mungkin ditemukan dalam kesulitan paradigma persaingan, yang banyak mendominasi begitu banyak penelitian ekonomi, untuk menjelaskan formasi
aglomerasi ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Geografi ekonomi baru dapat juga dipandang sebagai cara mengatasi jalan buntu teoritis. Hal tersebut dikarenakan oleh hubungan teori perdagangan dan lokasi,
target penelitian selama beberapa tahun yang lalu oleh Ohlin, Hesellborn dan Wijkman 1977. Dalam pandangan ini, teori modern aglomerasi lebih banyak
didominasi oleh prinsip sederhana: tempat pasar adalah inti perekonomian karena tempat tersebut adalah pasar utama. Kita ilustrasikan dalam bagian 3 yang diartikan
apa yang disebut sebagai “pengaruh pasar dalam negeri home market effect” henceforth, HME. Menurut Helpman dan Krugman 1985, untuk biaya angkut
secara eksplisit dapat diberi keterangan yang memuaskan, pengaruh ini meningkat ketika persaingan tidak sempurna industri cenderung mengkonsentrasikan produksi
mereka pada pasar yang luas dan melakukan ekspor kepada pasar yang lebih kecil. Ketetapan berbeda, pengaruh pasar dalam negeri memiliki ciri-ciri “tekanan daya
tarik” yang mendorong persaingan tidak sempurna sektor-sektor dalam pasar yang lebih besar. Dengan demikian, hal tersebut menimbulkan goncangan permanen kecil
terhadap ukuran pasar akan menghasilkan ketimpangan yang besar dalam lokasi perusahaan.
Kondisi ini berbeda yang telah terjadi dalam proses pembangunan Kota Medan. Pembangunan Kota Medan telah direncanakan sesuai dengan konsep
perencanaan yang komprehensif dari tiga sektor yaitu perencanaan fisik, perencanaan sosial dan perencanaan ekonomi. Perencanaan fisik yang telah dilakukan
menghasilkan struktur Kota Medan berdasarkan zoning yaitu perumahan, kawasan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, kawasan perkantoran, kawasan konservasi, kawasan hijau dan kawasan industri. Kawasan industri merupakan wujud nyata dari konsep aglomerasi. Kawasan
aglomerasi di Kota Medan terletak di kawasan industri di Medan Utara yang terletak di Kecamatan Belawan, Kecamatan Marelan dan Kecamatan Labuhan, pada
kecamatan-kecamatan ini terdapat juga kawasan tersebut juga terdapat kawasan industri Lamhotma, Pelabuhan Internasional Belawan, dan Pelabuhan Samudera
Perikanan Gabion. Hal ini sejalan dengan hasil kajian bahwa aglomerasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di Kota
Medan. Justru pada kawasan tersebut angka kemiskinan tertinggi di Kota Medan. Keberadaan pusat aglomerasi yang telah direncanakan sesuai dengan tata ruang
ternyata dalam pelaksanaanya tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada kawasan tersebut justru menimbulkan kantong-kantong kemiskinan. Hal ini
ditunjukkan dari hasil pengujian bahwa aglomerasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kota Medan dengan angka koefisien
regresi -0,0537, probabilitas 0,3723, dan pengaruh total sebesar 0,1536.
Universitas Sumatera Utara
6.1.3 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Aksesibilitas Lembaga Keuangan
Hasil ini mengindikasikan bahwa apabila kualitas perencanaan dan
pembangunan wilayah meningkat maka akan dapat meningkatkan aksesibilitas lembaga keuangan. Apabila dihubungkan dengan pengentasan kemiskinan yang
dilakukan oleh pemerintah selama ini masih menitikberatkan bentuk-bentuk transfer atau subsidi, padahal dalam rantai kemiskinan tidak selalu harus diatasi dengan cara
tersebut. Aspek lebih penting adalah memutus mata rantai kemiskinan yang dapat dilakukan antara lain memberikan akses yang lebih kepada masyarakat miskin
menjadi produktif yang dapat dilakukan dengan memberikan modal melalui lembaga keuangan.
Mengingat terbatasnya akses terhadap lembaga keuangan bagi sebahagian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan terhadap modal, sehingga berimplikasi
terhadap sulitnya berkembang usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Keterbatasan akses terhadap lembaga keungan disebabkan oleh persyaratan yang ditetapkan oleh
lembaga keuangan tidak mampu untuk dipenuhi oleh sebahagian masyarakat terutama golongan masyarakat kelas menengah ke bawah.
Lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai intermediasi dalam suatu perekonomian. Jika fungsi ini berjalan dengan baik maka, lembaga keuangan tersebut
bisa menambah nilai tambah. Aktivitas ekonomi disini tidak membedakan antara usaha yang dilaksanakan tersebut besar atau kecil, karena yang membedakan
Universitas Sumatera Utara
hanyalah nilai tambah berdasarkan skala usaha. Hal ini berarti bahwa usaha kecilpun jika memanfaatkan lembaga keuangan juga akan memberikan kenaikan nilai tambah,
sehingga upaya meningkatkan pendapatan masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara yang produktif dengan memanfaatkan jasa intermediasi lembaga
keuangan, termasuk usaha produktif yang dilakukan masyarakat miskin. Bila diperhatikan neraca Bank, akan terlihat bahwa sisi aktiva bank akan
didominasi oleh besarnya jumlah kredit yang diberikan, sedangkan diperhatikan pula laporan Laba Rugi bank, akan terlihat bahwa sisi pendapatan bank akan didominasi
oleh besarnya pendapatan dari bunga dan provisi kredit. Ini dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung
dengan kegiatan perkreditan. Karena hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan
Bank dengan fasilitas kreditnya, dimana dengan melalui pemberian kredit pula akan banyak usaha pembayaran nasabah melalui rekeningnya sehingga tujuan dari
pemberian kredit selain untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemberian kredit tersebut, juga untuk keamanan bank yaitu keamanan untuk nasabah penyimpan
sehingga dengan melalui kredit, bank akan menambah dananya dengan sendirinya. Dapat disimpulkan bahwa ketika perencanaan dan pembangunan wilayah
melalui aksesibilitas lembaga keuangan semakin baik maka akan meningkatkan PDRB namun jika distribusinya tidak merata maka hal tersebutlah yang akan
menimbulkan ketimpangan pendapatan. Berdasarkan hasil pengujian bahwa
Universitas Sumatera Utara
aksesibilitas lembaga keuangan berpengaruh sangat besar terhadap pendapatan masyarakat di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,1914,
probabilitas 0,0000, dan pengaruh total sebesar 0,3905. Aksesibilitas lembaga keuangan, merupakan salah satu variabel yang direkomendasikan untuk peningkatan
pendapatan masyarakat di Kota Medan karena memiliki total effect terbesar.
6.1.4 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Demografis