Aglomerasi Berpengaruh Negatif terhadap Pendapatan

Medan perlu mengadakan bank tanah land banking yang dapat digunakan untuk penyediaan perumahan dan pemukiman bagi masyarakat yang kurang mampu, membangun pasar-pasar tradisional, membangun pusat UKMK, membangun Medan Convention Center dan membangun aset-aset publik lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat.

6.3.3 Aglomerasi Berpengaruh Negatif terhadap Pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pembangunan wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan melalui aglomerasi. Pembangunan Kota Medan telah direncanakan secara komprehensif yang meliputi perencanaan fisik, perencanaan sosial budaya, dan perencanaan ekonomi. Perencanaan fisik yang telah dilakukan menghasilkan struktur ruang Kota Medan berdasarkan zoning yaitu perumahan, kawasan pendidikan, kawasan perkantoran, kawasan konservasi, kawasan hijau dan kawasan industri. Kawasan industri merupakan wujud nyata dari konsep aglomerasi. Kawasan aglomerasi di Kota Medan terletak di Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Labuhan, dan Kecamatan Medan Deli. Pada kawasan ini selain terdapat Kawasan Industri Medan dan Kawasan Lamhotma juga terdapat Pelabuhan Laut Internasional Belawan yang merupakan pintu masuk arus barang dari dalam dan luar negeri. Di samping Pelabuhan Laut Internasional Belawan juga terdapat Pelabuhan Samudera Perikanan Gabion yang berfungsi sebagai pelabuhan utama perikanan orientasi ekspor yang menjadikan kawasan ini sebagai pusat pertumbuhan utama di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Aglomerasi sesuai dengan teori berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat tetapi hasil penelitian menunjukkan aglomerasi di Kota Medan tidak berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Kota Medan. Aglomerasi adalah pengelompokan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri. Salah satu kawasan industri di Kota Medan adalah Kawasan Industri Medan KIM. PT. Kawasan Industri Medan Persero, adalah badan usaha milik negara BUMN dengan bidang usaha jasa pengelolaan kawasan industri. PT. Kawasan Industri Medan resmi berdiri menjadi Perseroan pada tanggal 7 Oktober 1988, mempunyai lahan seluas ± 525 Ha. Dengan kepemilikan saham 60. Pemerintah RI, 30 Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan 10 Pemerintah Kota Medan. Hingga saat ini, 322 perusahaan telah bergabung dan beroperasi di Kawasan Industri Medan, yang terdiri dari 25 Penanaman Modal Asing PMA, dan 297 Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Areal Kawasan Industri Medan Tahap I, dengan luas + 200 Ha, terletak di sebelah barat jalan Tol, dan areal di sebelah timur jalan Tol disebut dengan Kawasan Industri Medan Tahap II dengan luas ± 325 Ha. Tata ruang tahap II sangat terencana dan asri, dengan Jalan Utama keluar dan masuk terbuat dari beton seluas 2 x 17,5 Meter, dengan jalan Sekunder selebar 12 meter. Pada kiri dan kanan jalan terdapat pipa air bersih, air limbah, hydran, pipa gas, kabel listrik dan telepon, dengan konstruksi di bawah tanah. Universitas Sumatera Utara Kawasan Industri Medan didukung oleh infrastruktur yang baik diantaranya Pengolahan Air Limbah, Air Bersih, Air Hydran, Listrik, Telepon, dan Gas, Keamanan, Pemadam Kebakaran, Poliklinik. Jenis industri yang ada pada kawasan ini adalah industri dengan skala UKM, menengah, hingga industri-industri multi nasional dan internasional. Kawasan Industri Medan KIM secara umum adalah industri yang menggunakan low material yang bersumber dari semua KabupatenKota di Sumatera Utara yang berorientasi ekspor. Industri yang ada menciptakan perkembangan jasa Gambar 6.16 Peta Kawasan Aglomerasi Kota Medan Universitas Sumatera Utara seperti pergudangan dan peti kemas. Potensi tenaga kerja yang ada saat ini sebanyak 25.000 orang pada umumnya berasal dari daerah lain migrasi dan kaum penglaju commuter yang berasal dari Binjai, Hamparan Perak, Percut, Tanjung Morawa, dan Batang Kuis. Pengaruh aglomerasi terhadap pengembangan wilayah dapat dilihat dari adanya multiplier effect dari kegiatan industri yang berada pada Kawasan Industri Medan. Multiplier effect yang tercipta akibat proses industrialisasi ini tercermin dari tingkat keterkaitan yang kuat, baik yang bersifat keterkaitan ke belakang backward linkage maupun keterkaitan ke depan forward linkage. Kegiatan industri yang dilaksanakan di Kawasan Industri Medan KIM diharapkan dapat menggerakkan sektor-sektor yang terkait baik hulu maupun hilir dalam konsep pengembangan wilayah keterkaitan backward linkage dan forward linkage akan memberikan efek ganda yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Medan yang pada akhirnya dapat memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Industri pengolahan CPO, industri makanan, pengalengan ikan, dan industri alat-alat elektronik pada umumnya mempergunakan bahan baku yang berasal dari luar Kota Medan hal ini menyebabkan tidak ada keterkaitan secara ekonomi wilayah keberadaan kawasan industri di Kota Medan dengan kata lain industri kurang memberikan dampak ekonomi kewilayahan yang diuntungkan adalah daerah penghasil input. Universitas Sumatera Utara Gambar 6.17. Multiplier Effect Kegiatan Kawasan Industri Medan KIM KAWASAN INDUSTRI MEDAN FORWARD LINKAGE BACKWARD LINKAGE Biji Besi Industri Baja Komponen rantai, paku, dll. Industri Makanan Roti Gula Mentega Telur Tepung Biskuit Snack Mi Pengolahan CPO Minyak Goreng Margarin Kosmetik Sabun CPO Alat-alat Elektronik Industri Plastik Industri Baja Industri Aluminium Industri Timah Lampu Setrika Magic Com Kipas Dispenser Industri Pengalengan Ikan ES Pelelangan Budidaya ikan Kaleng Ikan Kaleng Orientasi Ekspor Universitas Sumatera Utara Demikian juga output dari proses industri seperti industri pengolahan CPO, industri baja, industri pengalengan ikan yang sebagian besar berorientasi ekspor dan sebagian lagi dipasarkan pada wilayah Sumatera Bagian Utara Sumbagut. Bila ditinjau dari konsep forward linkage keterkaitan output industri terhadap pemasaran baik kegiatan ekspor maupun dalam negeri dapat mempengaruhi keuntungan perekonomian wilayah yang memproses sehingga terjadi pertambahan nilai added value dengan asumsi keuntungan perusahaan tersebut dan pajaknya berada di wilayah tersebut. Namun, yang terjadi di Kawasan Industri Medan keuntungan perusahaan dikembalikan ke induk perusahaanpusat PMDN ke pusat dan PMA ke luar negeri, termasuk penerimaan pajak-pajak lainnya tercatat sebagai penerimaan pemerintah pusat. Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal pengelolaan KIM tercermin dari komposisi kepemilikan saham yaitu 60 pemerintah pusat, 30 propinsi Sumatera Utara dan hanya 10 Pemko Medan. Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pengelola yaitu PT KIM yang berkaitan dengan pengaturan dan mekanisme kegiatan KIM, Pemko Medan memiliki keterbatasan kewenangan sehingga tidak dapat berbuat banyak dalam pengelolaan PT KIM dalam upaya memprioritaskan kepentingan masyarakat di kawasan ini. Sistem perpajakan yang berlaku PPh, PBB, PPh atas barang dan jasa dan penjualan atas barang mewah yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dijadikan sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional dan hanya sebagian kecil Universitas Sumatera Utara dikembalikan ke Pemko Medan yang dijadikan sumber pembiayaan pembangunan melalui APBD setiap tahunnya. Dari alokasi dana APBD Kota Medan setiap tahunnya program pembangunan yang dilaksanakan pada kawasan Medan Utara juga lebih sedikit bila dibandingkan dengan kawasan Medan lainnya. Jadi keberadaan kawasan Industri Medan kurang memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Medan Khususnya Medan Utara. Corporate Social Rensponsibility CSR tanggung jawab sosial perusahaan diatur dalam UU PT No.40 Tahun 2007 yang menyatakan PT yang menjalankan usaha di bidang danatau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak – for better or worse , bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni pihak- pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator. Kegiatan CSR adalah dalam bentuk pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, social forestry, penakaran kupu-kupu, pemberian beasiswa, penyuluhan HIVAIDS, penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat dan Universitas Sumatera Utara seterusnya. CSR pada tataran ini tidak sekadar do good dan to look good, melainkan pula to make good, menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pada Kawasan Industri Medan adalah pembagian sembako pada hari-hari besar keagamaan, menyalurkan bantuan dalam bentuk uang kepada organisasi kepemudaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR tidak sungguh-sungguh dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut sehingga berimplikasi dari kurangnya pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan industri. Perusahaan-perusahaan pada Kawasan Industri Medan sebagian besar bersifat labor intensive padat karya. Kondisi ini seharusnya membuka kesempatan yang sangat luas bagi masyarakat yang berada pada kawasan ini untuk bekerja karena tidak menggunakan keahlian skill. Namun, kenyataannya hanya sebagian kecil masyarakat kawasan industri yang menjadi buruh perusahaan sebagian besar diisi oleh tenaga kerja yang berasal dari luar Kota Medan seperti Binjai, Hamparan Perak, Percut, Tanjung Morawa, dan Batang Kuis. Selain sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan, kebijakan perusahaan sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003 yang memperbolehkan perusahaan merekrut tenaga kerja dengan menggunakan jasa outsourching menyebabkan tanggung jawab perusahaan terhadap para pekerja semakin kecil, hal ini tentu sangat merugikan para tenaga kerja. Keberadaan KIM sebagai salah satu pusat pertumbuhan di Kota Medan menjadi daya tarik bagi kaum urbanisasi. Perkembangan urbanisasi di kawasan Universitas Sumatera Utara Medan Utara yang terdiri dari Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan dan Medan Deli dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6.3 Jumlah Urbanisasi di Medan Utara No. Kecamatan Jumlah Urbanisasi Jiwa 1. Medan Labuhan 3215 2. Medan Marelan 64 3. Medan Belawan 786 4. Medan Deli 1351 Sumber: Kota Medan dalam Angka, 2009 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat urbanisasi sangat tinggi terutama di Kecamatan Medan Labuhan dimana sebagian besar perusahaan industri berada. Kaum urbanisasi ini berjuang untuk mendapatkan kesempatan kerja yang ada bersaing dengan masyarakat yang sudah exis di kawasan tersebut. Tingkat persaingan ini mempengaruhi tingkat upah yang berlaku dimana penawaran tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan permintaan tenaga kerja, selain itu hal ini juga menyebabkan tidak tertampungnya penawaran tenaga kerja akibat keterbatasan kesempatan kerja mengakibatkan pengangguran dan munculnya kantong-kantong kemiskinan. Kawasan Industri Medan tidak menyediakan fasilitas perumahan bagi para eksekutif perusahaan yang beroperasi pada kawasan sehingga sebahagian besar eksekutif perusahaan memilih lokasi tempat tinggal di wilayah pusat kota dan pada kawasan perumahan mewah lainnya. Seharusnya kawasan industri menyediakan fasilitas perumahan sehingga kawasan tersebut bisa berkembang seiring dengan keberadaan para eksekutif perusahaan tersebut dengan bertempat tinggal pada Universitas Sumatera Utara kawasan dan membelanjakan pendapatannya pada kawasan tersebut sehingga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada kawasan Pelabuhan Laut Belawan dan kawasan Pelabuhan Samudera Perikanan Gabion juga tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Kawasan Industri Medan. Berdasarkan kondisi faktual di atas kawasan aglomerasi di Kota Medan tidak memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan. Hal ini disebabkan oleh antara lain: a. Rendahnya keterkaitan backward linkage dan forward linkage sehingga kurang memberikan multiplier effect bagi pendapatan masyarakat; b. UU Perpajakan yang kurang berpihak kepada daerah-daerah penghasil sektor jasa, perdagangan dan industri; c. Kurangnya koordinasi antara pemangku kepentingan Kota Medan dan pelaku usahaCorporate Social Rensponsibility CSR yang tidak jelas dikeluarkan pelaku usaha. d. Tingkat urbanisasi dan penglaju commuter yang tinggi; e. Tidak tersedianya kawasan perumahan untuk masyarakat menengah ke atas termasuk pusat-pusat perbelanjaan yang representatatif, sehingga kurangnya efek ganda multiplier effect dari keberadaan kawasan aglomerasi. Universitas Sumatera Utara Gambar 6.18. Faktor-faktor Kegagalan Aglomerasi di Kota Medan

6.3.4 Pendidikan Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap Pendapatan