Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Demografis

aksesibilitas lembaga keuangan berpengaruh sangat besar terhadap pendapatan masyarakat di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,1914, probabilitas 0,0000, dan pengaruh total sebesar 0,3905. Aksesibilitas lembaga keuangan, merupakan salah satu variabel yang direkomendasikan untuk peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Medan karena memiliki total effect terbesar.

6.1.4 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Demografis

Penjelasan dari hipotesis keempat ini mengindikasikan bahwa semakin baiknya perencanaan dan pembangunan wilayah melalui demografis akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan. Ketimpangan distribusi ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis wilayah. Terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat, dan etos kerja. Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lewat sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan- kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran, jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin yang tinggi, dan etos kerja yang tinggi merupakan aset penting bagi produksi Tambunan, 2003. Universitas Sumatera Utara Menurut Sjafirzal 2008 faktor utama lainnya yang juga dapat mendorong terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah bilamana terdapat perbedaan kondisi demografis yang cukup besar antar daerah. Kondisi demografis yang dimaksudkan disini meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis ini akan mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar wilayah karena hal ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Sebaliknya, bila pada suatu daerah tertentu kondisi demografisnya kurang baik maka hal ini akan menyebabkan relatif rendahnya produktivitas kerja masyarakat setempat yang menimbulkan kondisi kurang menarik bagi penanam modal sehingga pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih rendah. Berdasarkan hasil pengujian bahwa demografis berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan angka koefisien sebesar 0,082, probabilitas 0,0490 dan pengaruh total sebesar 0,2919. Demografis merupakan variabel yang direkomendasikan untuk perbaikan peningkatan pendapatan di Kota Medan karena memiliki total effect yang besar. Universitas Sumatera Utara 6.1.5 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Kesempatan Kerja Hasil ini juga didukung oleh penelitian Yamin 2006 menunjukkan bahwa kesempatan kerja berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang tercipta dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat terutama pada sektor yang membuka lapangan pekerjaan. Semakin meningkatnya kesempatan kerja yang tersedia akan meningkatkan pendapatan yang merata. Dalam membahas aspek ketenagakerjaan, yang sering dilihat adalah angka pengangguran. Salah satu persoalan pokok pembangunan kota yang dihadapi selama periode 2006-2007 adalah relatif tingginya tingkat pengangguran terbuka. Sulitnya menurunkan angka pengangguran disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampaui laju pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga mengakibatkan relatif masih tingginya angka pengangguran terbuka di Kota Medan. Untuk menekan angka pengangguran, berbagai program ketenagakerjaan selama periode 2006-2007 diarahkan kepada perluasan kesempatan kerja di segala bidang. Bidang yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kota Medan adalah sektor perdagangan, jasa dan industri. Perluasan kesempatan kerja diupayakan dapat membuka peluang bagi terciptanya lapangan kerja baru, khususnya di sektor jasa, sektor industri rumah tangga maupun industri kecil lainnya. Hal ini dapat dilihat indikator angkatan kerja di Kota Medan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 6.1 Indikator Angkatan Kerja di Kota Medan Tahun 2006-2007 TAHUN Jenis Indikator 2006 2007 [1] [2] [3] 1. Angkatan Kerja 889.352 853.562 - Bekerja 755.882 729.892 - Pengangguran 133.470 123.670 2. Bukan Angkatan Kerja 540.142 602.648 Sumber: BPS Kota Medan 2008 Indikator ketenagakerjaan diperoleh dari penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu penduduk yang termasuk angkatan kerja dan penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja terdiri dari mereka yang bekerja dan penganggur termasuk didalamnya mereka yang mencari kerja. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja adalah mereka yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Jika dilihat dari tahun 2006 ke tahun 2007 terjadi pergeseran yaitu bertambahnya penduduk bukan angkatan kerja dari 540.142 menjadi 602.648. Hal ini terjadi karena mereka yang bersekolah bertambah serta adanya kemungkinan mereka yang tadinya bekerja dan mereka yang sekolah bertambah serta adanya kemungkinan mereka yang tadinya bekerja tapi tidak bekerja lagi sekarang berubah menjadi mengurus rumah tangga. Dengan demikian tampak terjadi penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK dari 62,21 pada tahun 2006 menjadi 58,62 persen pada tahun 2007. Universitas Sumatera Utara Tahun 56 57 58 59 60 61 62 63 TPAK 62,21 58,62 2006 2007 Gambar 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Kota Medan Tahun 2006-2007 Sumber : BPS Kota Medan Dari penduduk yang bekerja dapat dilihat bahwa paling banyak mereka bekerja di sektor perdagangan sebesar 33 persen, kemudian pada sektor jasa sebesar 24 persen, sektor industri pengolahan 13 persen, dan sektor angkutan 11 persen. Komposisi orang yang bekerja menurut sektor tidak terlalu berbeda antara tahun 2006 dan tahun 2007 kecuali pergeseran persentase pada sektor jasa yang meningkat dari 12 persen pada tahun 2006 menjadi 24 persen pada tahun 2007. Hal ini wajar karena sektor jasa sangat mudah menampung tenaga kerja yang diantaranya sebahagian merupakan kegiatan ekonomi informal. Tabel 6.2 Indikator Ketenagakerjaan di Kota Medan Tahun 2006-2007 Universitas Sumatera Utara TAHUN Jenis Indikator 2006 2007 [1] [2] [3] 1. Pertanian 5,04 4,56 2. Pertambangan Penggalian 0,39 0,08 3. Industri Pengolahan 15,05 13,43 4. Listrik, Gas Air Bersih 0,71 0,41 5. Konstruksi 8,45 6,95 6. Perdagangan, Hotel Restoran 35,74 33,71 7. Transportasi Telekomunikasi 17,59 11,29 8. Keuangan Jasa Perusahaan 4,84 5,02 9. Jasa – jasa 12,19 24,54 JUMLAH 100,00 100,00 Sumber: BPS Kota Medan 2008 Pengangguran terbuka adalah banyaknya orang yang mencari pekerjaan dalam time reference baik yang sudah pernah bekerja maupun belum pernah kerja sama sekali. Perkembangan tingkat pengangguran dapat digambarkan dangan menggunakan tingkat pengangguran terbuka TPTopen unemployment rate yaitu perbandingan banyaknya orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan terhadap total angkatan kerja. Beberapa kasus menunjukkan adanya fenomena arus tenaga kerja dari daerah urban ke pedesaan dan kembali bergantung pada usaha tani yang bersifat resource based . Arus balik seperti tersebut, menurut Sudaryanto, et.al., 1999, jumlahnya cukup tinggi yaitu sekitar 13,3 persen sehingga mengakibatkan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian menurun sekitar 13,4 persen. Ini artinya sektor pertanian dipaksa meningkatkan serapan tenaga kerja pada luas lahan yang tetap. Konsekuensi logis Universitas Sumatera Utara dari kondisi tersebut adalah pengaruhnya terhadap struktur penguasaan aset produktif terutama lahan, struktur pendapatan dan ketenagakerjaan serta tatanan hubungan kerja serta kelembagaan pertanian. Fenomena terjadinya arus balik dari daerah urban ke pedesaan pada dasarnya tidak terlepas dari teori pasar tenaga kerja, dimana masuknya tenaga kerja kembali ke pedesaan tergantung pada kekuatan tawar-menawar yang bersifat persaingan pasar bebas. Masalah akan timbul apabila arus balik tenaga kerja ke pedesaan tersebut tidak dapat terserap sebagai tenaga kerja produktif, dan hanya menjadikan beban ekonomi di desa. Gambar 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Medan Tahun 2006-2007 Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa sepanjang tahun 2006-2007 tingkat pengangguran terbuka secara persentase di Kota Medan mengalami sedikit penurunan yaitu dari 15,01 persen pada tahun 2006, menjadi 14,49 persen pada tahun 2007. Angka pengangguran ini masih perlu menjadi perhatian baik yang berkaitan Universitas Sumatera Utara langsung dengan upaya setiap orang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga dapat hidup layak dan tidak menjadi beban sosial, maupun untuk mendorong mereka supaya dapat aktif secara ekonomi. Oleh karena itu, adalah kebijakan dasar pemerintah kota selama periode 2006-2007, untuk mendorong terciptanya lapangan kerja baru dimana salah satunya melalui penanaman modal. Tidak dapat tertampungnya seluruh angkatan kerja yang tersedia, tetap menjadikannya sebagai masalah sosial yang harus terus dicari jalan keluarnya melalui sinergitas pelaku- pelaku ekonomi. Untuk itu, kebijakan anggaran pada masa yang akan datang seyogianya juga dapat lebih meningkat di bidang ekonomi dan investasi, di samping bidang-bidang lainnya. Berdasarkan hasil pengujian kesempatan kerja berpengaruh besar terhadap pendapatan. Hal ini ditunjukkan oleh 0,1093, probabilitas 0,0393, dan pengaruh total sebesar 0,3844. Kesempatan kerja merupakan variabel yang direkomendasikan untuk perbaikan peningkatan pendapatan karena memiliki total effect yang besar .

6.1.6 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Tabungan