Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Pendidikan

6.1.7 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Pendidikan

Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan melalui pendidikan. Hasil ini menunjukkan bahwa perencanaan dan pembangunan wilayah melalui kebijakan pembangunan dibidang pendidikan berimplikasi terhadap kemajuan penyelenggaraan pendidikan masyarakat Kota Medan. Tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat tidak mampu mempengaruhi pendapatan. Kenyataan ini berbeda dengan teori yang ada yaitu penelitian Kim dkk 2003. Dalam penelitiannya mengenai pengaruh kebijakan desentralisasi terhadap ketimpangan pendapatan wilayah di Korea menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan dapat dipengaruhi oleh empat variabel yaitu pendidikan, kesempatam kerja, infrastruktur dan jaringan informasi. Pemerintah Kota Medan telah menyelenggarakan pendidikan masyarakat dengan baik, hal ini dapat dilihat dari indikasi kemajuan penyelenggaraan pendidikan masyarakat Kota Medan selama periode 2005-2008 juga ditunjukkan oleh Angka partisipasi sekolah APS menurut usia sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah yang masih sekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia pada tahun 2008, anak usia 07-12 tahun yang bersekolah mencapai hampir 100 99,50, dan sebanyak 96 anak usia 13-15 tahun masih bersekolah. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah, khususnya pada usia 16-18 tahun lebih disebabkan alasan–alasan ekonomi. Upaya penting yang dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk menjadikan Universitas Sumatera Utara penduduk usia 7-18 tahun untuk tetap bersekolah bagi yang putus sekolah dan mendorong anak usia sekolah untuk bersekolah adalah menempuh kebijakan pemberian beasiswa terarah, baik di jenjang pendidikan SDMI sampai ke tingkat SMPMTs dan SMASMKMA. Melalui kebijakan ini diharapkan biaya pendidikan, khususnya bagi anak kurang mampu dapat diatasi sehingga mereka tidak perlu lagi memikul biaya pendidikan untuk dapat bersekolah sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki. Di samping itu, penyelenggaraan pendidikan di Kota Medan juga semakin baik, khususnya untuk tetap mendorong anak usia bersekolah, agar dapat bersekolah. Pembangunan dibidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sumber daya manusia akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi, dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal, mengeksploitasi berbagai sumber daya, serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan politik yang sangat penting bagi pembangunan sosial. Dengan demikian, peningkatan derajat pendidikan menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan kota. Peningkatan pendapatan per kapita, cenderung akan mendorong kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan menjadi lebih tinggi, sehingga permintaan akan jenjang pendidikan menjadi lebih tinggi dan waktu untuk sekolah pun menjadi lebih lama. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut meliputi berbagai program dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan Universitas Sumatera Utara aksesibilitas, mutu dan manajemen pendidikan yang lebih diarahkan kepada peningkatan kompetensi, partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan. Pendidikan seseorang angkatan kerja juga sangat berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan produktivitas kerja. Namun kenyataan yang ada banyak angkatan kerja yang berpendidikan tinggi belum mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan hasil pengujian bahwa pendidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi 0,0307, probabilitas 0,7927 dan pengaruh total sebesar 0,2877. 6.1.8 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Berpengaruh terhadap Pendapatan melalui Lokasi Tempat Tinggal Perencanaan dan pembangunan wilayah secara positif terhadap pendapatan melalui lokasi tempat tinggal terbukti. Artinya, perencanaan dan pembangunan wilayah yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dalam bentuk master plan telah mampu mengatur wilayah pemukiman sesuai dengan rencana tata guna lahan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan pemilihan tempat tinggal dengan tempat kerja ternyata mampu pemerataan pendapatan. Perencanaan tata guna lahan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan berkaitan dengan konsep penataan pemukiman warga sesuai dengan konsentrasi kegiatan dan kepadatan perumahan. Kepadatan perumahan yang direncanakan untuk rata-rata per wilayah dan kecamatan dengan pengembangan Universitas Sumatera Utara secara horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang untuk pengembangan perumahan. Dari rencana luas kapling perumahan ini menunjukkan bahwa pengembangan perumahan di Kota Medan semakin terbatas sehingga pengembangan perumahan akan cenderung makin intensif di wilayah kota dan makin ekstensif ke wilayah luar Kota Medan. Dengan rencana rata-rata kapling perumahan yang terbatas ini tidak berarti perumahan dengan kapling besar terutama di lokasi perumahan terencana perumahan lama yang prestisius yang menjadi ciri khas Kota Medan di wilayah Pusat Kota Medan dilarang tetapi sebaliknya tetap dipertahankan dalam kerangka perlindungan cagar budaya. Kebijakan pembangunan perumahan secara vertikal diterapkan untuk perencanaan perumahan di kawasan sekitar Inti Pusat Kota, yang saat ini merupakan kawasan sangat padat yang sebagian besar merupakan slum area daerah kumuh dengan KDB Koefisien Dasar Bangunan yang mendekati 80- 90; sementara nilai lahannya sangat strategis dan bernilai ekonomi tinggi, sepeti di Kecamatan Medan Area, Kecamatan Perjuangan dan di CBD Polonia. Pada daerah kumuh ini akan dilakukan urban renewal dan revitalisasi sehingga tercapai kualitas lingkungan yang baik, baik dengan cara pendekatan land consolidation konsolidasi lahan maupun land sharing sharing lahan. Urban renewal dan redevelopment direncanakan pada beberapa daerah kumuh di Wilayah Medan Utara dan beberapa kawasan lainnya di bantaran sungai dan pinggir Jalan Kereta Api. Diperlukan campur tangan pemerintah dalam mengatasi masalah aksesibilitas lembaga keuangan dengan Universitas Sumatera Utara membuat beberapa kebijakan yaitu: land banking dalam rangka pengadaan perumahan pemukiman, UKM, peremajaan pasar tradisional, Medan convention center. Berdasarkan hasil pengujian bahwa lokasi tempat tinggal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi 0,4324, probabilitas 0,000, dan pengaruh total sebesar 0,2847. Lokasi tempat tinggal merupakan variabel yang direkomendasikan untuk peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Medan. 6.1.9 Aglomerasi, Aksesibilitas Lembaga Keuangan, Demografis, Kesempatan Kerja, Tabungan, Pendidikan, dan Lokasi Tempat Tinggal Secara Bersamaan Berpengaruh Positif terhadap Pendapatan Bahwa aglomerasi, aksesibilitas lembaga keuangan, demografi, kesempatan kerja, tabungan, pendidikan, lokasi tempat tinggal berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap pendapatan. Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan berwujud dalam berbagai bentuk, aspek, atau dimensi. Bukan saja berupa ketimpangan hasil-hasilnya, misalnya dalam hal pendapatan per kapita, tetapi juga ketimpangan kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri. Bukan pula semata-mata berupa ketimpangan spasial atau antardaerah, yakni antara daerah perdesaan dan daerah perkotaan. Akan tetapi juga berupa ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional. Universitas Sumatera Utara Tersedia cukup bukti yang bisa diajukan untuk menunjukkan betapa ketimpangan masih memprihatinkan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun bukti tersebut bisa terlihat dengan kasat mata dan dirasakan. Bermunculannya kawasan- kawasan kumuh slumps di tengah beberapa kota besar, serta sebaliknya, di lain pihak hadirnya kantong-kantong permukiman mewah di pinggiran kota atau bahkan di daerah perdesaan, adalah satu bukti nyata ketimpangan yang langsung dapat kita saksikan dan rasakan. Perbedaan mencolok dalam gaya hidup masyarakat merupakan bukti lain lagi. Secara “akademik”, berbagai ketimpangan yang ada dapat disimak dengan menelaah sejumlah data statistik. Sebagaimana akan dipaparkan dalam uraian-uraian berikut nanti, juga di dalam bab-bab lain, dengan mudah dapat tersingkap betapa ketimpangan telah menjadi fenomena nasional selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama yang lalu. Walaupun menunjukkan kemajuan dan hasil yang menggembirakan, pembangunan kota secara faktual harus diakui masih dihadapkan kepada masalah- masalah yang bersifat fundamental seperti pengangguran 14,49, kemiskinan 7,09 dan kesenjangan pendapatan 0,28. Masalah kesenjangan tentunya memiliki hubungan yang erat dengan kemiskinan dan pengangguran, sebab ada hubungan positif antara tingkat pengangguran yang besar dengan kemiskinan yang meluas dan kesenjangan antar kelompok pendapatan. Dalam 5 lima tahun pertama Renstra Kota Medan Tahun 2000-2005, implementasi pelaksanaan pembangunan kota di bidang pendidikan, kesehatan, dan Universitas Sumatera Utara pembangunan ekonomi wilayah lingkar luar masih diposisikan sama prioritasnya dengan bidang-bidang pembangunan kota lainnya, artinya pada saat itu belum ada kebijakan yang dirancang secara khusus untuk pembangunan wilayah lingkar luar, baik dari sisi pemrograman maupun dari sisi anggaran. Kebijakan ini kenyataannya kurang memberikan insentif bagi pasar untuk mendorong distribusi pembangunan kota ke wilayah lingkar luar. Kebijakan perencanaan pembangunan Kota Medan harus menekankan terhadap aspek aksesibilitas lembaga keuangan, demografis, kesempatan kerja, pendidikan, dan lokasi tempat tinggal dalam upaya memperkecil ketimpangan pendapatan masyarakat di Kota Medan. Melalui kebijakanprogram pembangunan yang direncanakan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan Bappeda harus mengedepankan bagaimana masyarakat mampu dan mudah untuk mendapatkan permodalan dari lembaga keuangan. Kebijakan ini bisa berbentuk keikutsertaan pemerintah kota dalam memberikan jaminan terhadap UKMK terhadap proses penyediaan modal kerja dengan melibatkan pihak lembaga keuangan. Proses permohonan kredit pinjaman yang lebih mudah dan syarat-syarat pengajuan kredit yang ditetapkan lembaga keuangan mampu dipenuhi. Jika dilihat mengenai kondisi demografis Kota Medan yakni tingkat pendidikan masyarakat, kondisi kesehatan masyarakat yang semakin baik, kemampuan daya beli masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, etos kerja dan hasil kerja yang semakin baik, hasil ini mengindikasikan bahwa Universitas Sumatera Utara kebijakan pemerintah mengenai demografis Kota Medan telah berhasil. Dari data statistik penduduk Kota Medan cenderung meningkat, tetapi pertambahannya relatif sedikit yaitu 0,77 untuk tahun 2007. Pertambahan penduduk yang relatif kecil, tidak terlepas dari upaya dan kebijakan pengendalian kelahiran, melalui program Keluarga Berencana KB sehingga cenderung menjadikan angka kelahiran menurun. Keadaan ketenagakerjaan di Kota Medan dipengaruhi oleh dua sisi permintaan yang didorong oleh dinamika pembangunan ekonomi kota, dan sisi penawaran yang dipengaruhi oleh perubahan struktur umur penduduk Kota Medan. Peranan pemerintah Kota Medan dalam meningkatkan kesempatan kerja melalui peningkatan kualitas tenaga kerja, menciptakan lapangan kerja dan mengintegrasi dunia pendidikan dengan dunia usaha dalam mensinkronisasi program kerja. Mengenai tingkat pendidikan, di Kota Medan fasilitas sekolah tingkat TKplaygroup, SD, SMP, SMA, SMK sudah cukup memadai dan jumlah penduduk yang bersekolah semakin besar hal ini membuktikan bahwa kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam meningkatkan kualitas pendidikan berhasil. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga juga meningkat. Masalah lokasi tempat tinggal merupakan salah satu pilihan penting karena pemilihan lokasi yang baik akan dapat memberikan penghematan yang sangat besar untuk biaya transportasi meskipun sebenarnya masih ada faktor lain yang mempengaruhi pemilihan lokasi tempat tinggal misalnya faktor sosial, budaya Universitas Sumatera Utara maupun kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah Kota Medan mengenai lokasi tempat tinggal. 6.2 Model Perencanaan dan Pembangunan Wilayah terhadap Pendapatan Masyarakat di Kota Medan Model yang dihasilkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat Kota Medan yang telah terlibat dalam tahap perencanaan yang dimulai dari Musrenbang kelurahan, Musrenbang kecamatan dan Musrenbang Kota Medan dengan representatif masyarakat yang memiliki jenis pekerjaan. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan SEM Structural Equetion Model dengan bantuan AMOS v.5 dapat digambarkan model sebagai berikut : Gambar 6.3. Model Perencanaan dan Pembangunan Wilayah PERENCANAAN DAN PEMBANGUNA N WILAYAH PENDAPATAN AGLOMERASI AKSESIBILITAS LEMBAGA KEUANGAN DEMOGRAFIS TABUNGAN KESEMPATAN KERJA LOKASI TEMPAT TINGGAL PENDIDIKAN Universitas Sumatera Utara Gambar 6.4 Model Perencanaan dan Pembangunan Wilayah terhadap Pendapatan Masyarakat di Kota Medan Berdasarkan model diatas pengaruh perencanaan dan pembangunan wilayah terhadap pendapatan masyarakat ditentukan oleh 7 tujuh variabel yaitu: aglomerasi, aksesibilitas lembaga keuangan, demografis, kesempatan kerja, tabungan, pendidikan dan lokasi tempat tinggal. Model 1. Gambar 6.5. Model 1 Perencanaan dan pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan indikator rencana tata guna lahan, percepatan pembangunan wilayah lingkar luar dan penanggulangan kemiskinan, pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana kota, peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat, pengembangan daya saing UKMK dan peningkatan penanaman modal daerah, peningkatan ketertiban DEMOGRAFIS PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH AGLOMERASI AKSESIBILITAS LEMBAGA KEUANGAN TABUNGAN PENDIDIKAN KESEMPATAN KERJA LOKASI TEMPAT TINGGAL PENDAPATAN Pendapatan Perencanaan dan Pembangunan Wilayah 0,21 Universitas Sumatera Utara umum dan ketentraman masyarakat, membangun kota jasa perdagangan dan industri serta pemantapan iklim ketenagakerjaan, pengembangan kebudayaan dan pariwisata, penciptaan birokrasi yang kreatif, inovatif, responsif, dan profesional dan peningkatan kerjasama regional dan lintas batas mempengaruhi pendapatan sebesar 0,21. Keadaaan ini dapat dijelaskan bahwa setiap ada usaha memperbaiki peningkatan kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah maka akan berpotensi pada peningkatan pendapatan sebesar 0,21 satuan. Dari model ini dapat diestimasi apabila kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah semakin baik maka dapat diprediksi pendapatan di Kota Medan pada tahun akan datang akan meningkat. Model 2 Gambar 6.6. Model 2 Perencanaan dan pembangunan wilayah mempengaruhi aglomerasi sebesar 0,16. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bila ada usaha perbaikan kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah maka akan berpotensi pada meningkatnya aglomerasi sebesar 0,16 satuan. Berbeda dengan pengaruh aglomerasi terhadap pendapatan secara negatif sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa bila aglomerasi meningkat maka dapat menurunkan pendapatan masyarakat di Kota Medan sebesar 0,05 satuan. Model 3. Gambar 6.7. Model 3 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Aglomerasi Pendapatan 0,16 - 0,05 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Aksesibilitas Lembaga Keuangan Pendapatan 0,33 0,19 Universitas Sumatera Utara Perencanaan dan pembangunan wilayah mempengaruhi aksesibilitas lembaga keuangan sebesar 0,33. Hal ini menunjukkan bahwa apabila ada usaha perbaikan kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah akan dapat mempengaruhi meningkatnya aksesibilitas lembaga keuangan sebesar 0,33 satuan. Demikian juga halnya aksesibilitas lembaga keuangan mempengaruhi pendapatan sebesar 0,19. Artinya, apabila aksesibilitas lembaga keuangan meningkat maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Medan sebesar 0,19 satuan. Model 4 Gambar 6.8. Model 4 Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh terhadap demografis sebesar 0,27. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah meningkat maka akan berdampak pada meningkatnya pendapatan sebesar 0,27 satuan. Selanjutnya demografis mempengaruhi pendapatan sebesar 0,08. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kualitas demografis meningkat akan berpotensi pada peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Medan sebesar 0,08 satuan. Model 5. Gambar 6.9. Model 5 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Demografis Pendapatan 0,27 0,08 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Kesempatan Kerja Pendapatan 0,35 0,11 Universitas Sumatera Utara Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh terhadap kesempatan kerja sebesar 0,35. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah ditingkatkan maka akan meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,35 satuan. Selanjutnya kesempatan kerja mempengaruhi pendapatan sebesar 0,11. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kesempatan kerja diperluas maka akan berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat di Kota Medan sebesar 0,11 satuan. Model 6 Gambar 6.10. Model 6 Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh terhadap tabungan sebesar 0,18. Hal ini menunjukkan bahwa apabila ada usaha meningkatkan kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah maka akan mempengaruhi kemampuan menabung sebesar 0,18 satuan. Demikian halnya tabungan juga mempengaruhi pendapatan yakni sebesar 0,06. Artinya, bahwa apabila kemampuan menabung meningkat maka dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Medan sebesar 0,06 satuan. Model 7. Gambar 6.11. Model 7 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Tabungan Pendapatan 0,18 0,06 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Pendidikan Pendapatan 0,28 0,30 Universitas Sumatera Utara Perencanaan dan pembangunan wilayah mempengaruhi pendidikan sebesar 0,28. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan akan meningkat sebesar 0,28 satuan apabila ada usaha perbaikan kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah. Selanjutnya, pendidikan mempengaruhi pendapatan secara positif dan tidak signifikan sebesar 0,30. Hal ini menunjukkan bahwa apabila tingkat pendidikan meningkat maka dapat meningkatkan pendapatan sebesar 0,30 satuan, namun pengaruh variabel ini tidak terlalu signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kota Medan. Model 8. Gambar 6.12. Model 8 Perencanaan dan pembangunan wilayah berpengaruh terhadap lokasi tempat tinggal sebesar 0,2. Hal ini menunjukkan bahwa apabila ada usaha perbaikan kualitas perencanaan dan pembangunan wilayah maka akan berpotensi kepada pemilihan lokasi tempat tinggal sebesar 0,20 satuan. Selanjutnya lokasi tempat tinggal mempengaruhi pendapatan sebesar 0,43. Artinya apabila aksesibilitas lokasi tempat tinggal meningkat maka akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat di Kota Medan sebesar 0,43 satuan. Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Lokasi Tempat Tinggal Pendapatan 0,20 0,43 Universitas Sumatera Utara Model 9 Gambar 6.13. Model 9 Aglomerasi, aksesibilitas lembaga keuangan, demografis, kesempatan kerja, tabungan, pendidikan dan lokasi tempat tinggal secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kota Medan. Model estimasi R 2 hanya mampu memberikan penjelasan varian Z sebesar 46 sisanya sebesar 54 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kebijakan aglomerasi, aksesibilitas lembaga keuangan, demografis, kesempatan kerja, tabungan, pendidikan dan lokasi tempat tinggal diperbaiki akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Medan.

6.3 Hasil Kajian

Setelah mengkaji dan menganalisis perencanaan dan pembangunan wilayah terhadap pendapatan masyarakat di Kota Medan maka hasil kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: PENDAPATAN 0,46 AGLOMERASI AKSESIBILITAS LEMBAGA KEUANGAN DEMOGRAFIS KESEMPATAN KERJA TABUNGAN PENDIDIKAN LOKASI TEMPAT TINGGAL Universitas Sumatera Utara