b. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur-
unsur kepastian hukum,keterbukaan informasi,dan akses untuk mendapatkan informasi;
c. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab.
Produk hukum BPSK dalam hal ini kepustusan yang ditetapkan oleh majelis BPSK sudah memberikan perlindungan hukum yang pasti
kepada konsumen dan memberikan sanksi administratif serta sanksi moril dimana pelaku usaha dalam hal ini rumaha sakit santa Elisabeth
untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan
pertolangannya dimasa yang akan datang.
E. Kendala-kendala Penyelesaian Sengketa Konsumen di BPSK Kota
Medan
Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen dengan pihak rumah sakit terdapat beberapa kendala dalam penyelesaian maslah tersebut, adapun kendala
tersebut yakni: 1.
Pihak rumah sakit pada awalnya tidak menerima mereka dinyatakan sebagai pelaku usaha dikarenakan dalam eksepsinya pihak rumah sakit
menyatakan bahwa rumah sakit bukanlah pelaku usaha yang tunduk dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, melainkan tunduk
kepada Undang-Undang Kesehatan, sehingga pihak rumah sakit tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat dituntut oleh pasien berhubung rumah sakit bukanlah pelaku usaha. Hal ini tentu saja sangat merugikan pihak pasien yang
mengalami mal praktek oleh dokter rumah sakit santa elisabeth tersebut. Namun, majelis dalam pertimbangannya menyatakan bahwa
teradu pihak rumah sakit santa elisabeth adalah pelaku usaha sebagaimana pelaku usaha yang berbentuk badan hukum adalah pelaku
usaha sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen yaitu ”Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha , baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau yang melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”
2. Bahwa selam dalam proses pemeriksaan pimpinan pelaku usaha
sebagai teradu tidak hadir dan hanya diwakilkan oleh kuasanya sehinnga hal ini menyulitkan untuk menemukan titik terang dari
perkara persengketaan konsumen ini 3.
Bahwa dalam penyelesaian sengketa ini pelaku usaha dalam hal ini pihak rumah sakit santa Elisabeth tidak dapat mengadirkan saksi-saksi
yang seharusnya dapat memperlihatkan titik terang dari apa sebenarnya persoalan yang dialami oleh pihak rumah sakit, mengapa
mereka sampai salah mendiagnosa penyakit pasien tersebut. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
dengan tidak bisanya pelaku usaha menghadirkan saksi-saksi maupun saksi ahli dari ikatan dokter Indonesia IDI maka titik terang dari
sebab mengapa dokter bisa salah mendiagnosa penyakit pasien tersebut tidak ditemukan.
F. Kekuatan Hukum Terhadap Putusan BPSK