Akibat Hukum Tenaga Kesehatan Melakukan Tindakan Medis Tanpa

5. Akibat Hukum Tenaga Kesehatan Melakukan Tindakan Medis Tanpa

Informed Consent Dalam hal tindakan dokter tidak menimbulkan kerugian atau intervensi tubuh pasien, ketiadaan informed consent mungkin tidak akan menimbulkan masalah. Beberapa kemungkinan tuntutan atas kerugian yang timbul menurut Fuady dapat berbentuk : a. Kerugian cacat tubuh atau luka berat b. Kerugian materi pengeluaran biaya yang sebenarnya c. Kerugian karena rasa sakit d. Hilangnya kesempatan bekerja karena rasa sakit yang dideritanya e. Merusak kepercayaan dan agamanya f. Pasien meninggal dunia Komalawati mengemukakan, bahwa kasus-kasus mengenai tuntutan ganti rugi yang diajukan terhadap dokter yang kita jumpai di Indonesia, tidak saja berkaitan dengan medical malpractice, tetapi ada juga yang didasarkan pada tidak adanya informed consent. Sebagai contoh adalah kasus Muhidin di sebuah Rumah Sakit di Sukabumi. Muhidin merasa tidak memberi persetujuan bagi operasi matanya, sehingga ia tidak dapat menerima kenyataan bahwa matanya diangkat menjadi cacat. Dalam gugatannya ia menuntut ganti rugi kepada dokter yang bersangkutan. Ada dua kondisi yang umumnya dapat dijadikan dasar bahwa persetujuan pasien dianggap telah ada, yaitu: 1 Secara factual pasien bersedia menjalani suatu prosedur kesehatan dalam rangka penahanan terhadap penyakitnya. Universitas Sumatera Utara 2 Dengan atau tanpa persetujuan yang nyata, berdasar sikap tindak pasien dapat ditarik kesimpulan bahwa yang bersangkutan telah memberikan persetujuannya. Hariyani mengemukakan unsur yang harus diinformasikan dokter kepada pasien, meliputi prosedur yang akan di lakukan terhadap pasien, yakni: a Risiko yang mungkin terjadi b Manfaat dari tindakan yang akan dilakukan c Alternatif tindakan yang dapat dilakukan d Kemungkinan yang dapat timbul bila tindakan tidak dilakukan e Prognosis ramalan perjalanan penyakit yang di derita f Perkiraan biaya pengobatan Syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya persetujuan tindakan medik informed consent berdasarkan petunjuk The Medical Defence Union dalam buku “Medikolegal Issues in Clinical Practice” yaitu : 1 Diberikan secara bebas 2 Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian 3 Setelah dijelaskan tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat memahami tindakan itu perlu dilakukan 4 Mengenai sesuatu hal yang khas 5 Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama Pemberian informasi yang lengkap, valid dan akurat, identik dengan menghargai otonomi pasien. Prinsip otonomi pasien yang dilandasi moral dan etik mengandung dua hal penting, yaitu : Universitas Sumatera Utara a Setiap orang mempunyai hak untuk memutus secara bebas apa yang telah dipilihnya berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang memadai b Keputusannya tersebut harus dibuat dalam keadaan yang memungkinkan ia membuat pilihan tanpa adanya campur tangan paksaan dari pihak lain. F. PENGERTIAN KONSUMEN Dalam UU No.8 Tahun 1999 yang di maksud dengan Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Pengertian konsumen dalam arti umum adalah pemakai, pengguna dan atau pemanfaat barang dan jasa untuk tujuan tertentu. Sedangkan pengertian konsumen menurut UU Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui UU khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi sewenang- wenang yang selalu merugikan hak konsumen. Dengan adanya UU Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha. Perlindungan konsumen yang dijamin oleh UU ini adalah adanya kepastian hukum terhadap Universitas Sumatera Utara segala perolehan kebutuhan konsumen, yang bermula dari “benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan tempat pemakaman dan segala kebutuhan diantara keduanya”. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkan atas hukum untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan pilihannya atas barang danatau jasa kebutuhannya serta mempertahankan atau membela hak- haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen. 52 G. HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN Sebagai pemakai barang danatau jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha. 53 Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 4, hak-hak konsumen adalah sebagai berikut: 1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; 52 http:mardyantongara.wordpress.com20130416perlindungan-konsumen ,diakses terkahir tanggal 30 januari 2014 53 http:mardyantongara.wordpress.com20130416perlindungan-konsumen ,diakses terkahir tanggal 30 januari 2014 Universitas Sumatera Utara 2. Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; 4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; 5. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 9. Hak-hak yang diatur dalam ketetntuan peraturan perundang-undangan lainnya. Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak konsumen. Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 5, kewajiban konsumen adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Membaca dan mengikutin petunjuk informasi dan prosedur pemakian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa; c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang di sepakati; d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Hukum perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat selaku konsumen saja yang mendapat perlindungan,namun pelaku usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat perlindungan, masing- masing ada hak dan kewajiban pemerintah berperan mengatur, mengawasi, dan mengontrol, sehingga tercipta system yang kondusif berkaitan satu dengan yang lain dengan demikian tujuan mensejahterakan masyarakat secara luas dapat tercapai. Universitas Sumatera Utara 67 BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN MALPRAKTEK DI TINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1999 BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN BPSK

A. Pengertian Malpraktek