Kesimpulan Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Malpraktek Di Rumah Sakit Ditinjau Dari UU NO.8 Tahun 1999 (Studi pada Rumah Sakit Elisabeth Medan )

87 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tugas dan wewenang BPSK berdasarkan ketentuan pasal 52 meliputi melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. BPSK juga bertugas memberikan konsultasi perlindungan konsumen, melakukan pengawasan terhadap pencatuman klausulabaku, melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini, menerima pengaduan, baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen, memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang, meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli atau setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan BPSK, mendapatkan meneliti dan atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan, memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen, memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan Universitas Sumatera Utara pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, dan menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang- undang ini. Dalam kasus ini BPSK sudah mencapai dari tujuan Perlindungan Konsumen yang seharusnya, dimana terdapat tujuan dari perlindungan konsumen yakni umumnya dapat dibagi dalam tiga bagian utama,yaitu: a. Memberdayakan konsumen dalam memilih,menentukan barang danatau jasa kebutuhannya,dan menuntut hak-haknya; b. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur-unsur kepastian hukum,keterbukaan informasi,dan akses untuk mendapatkan informasi; c. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab. Produk hukum BPSK dalam hal ini kepustusan yang ditetapkan oleh majelis BPSK sudah memberikan perlindungan hukum yang pasti kepada konsumen dan memberikan sanksi administratif serta sanksi moril dimana pelaku usaha dalam hal ini rumaha sakit santa Elisabeth untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan pertolangannya dimasa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 2. Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen dengan pihak rumah sakit terdapat beberapa kendala dalam penyelesaian maslah tersebut, adapun kendala tersebut yakni: a. Pihak rumah sakit pada awalnya tidak menerima mereka dinyatakan sebagai pelaku usaha dikarenakan dalam eksepsinya pihak rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit bukanlah pelaku usaha yang tunduk dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, melainkan tunduk kepada Undang-Undang Kesehatan, sehingga pihak rumah sakit tidak dapat dituntut oleh pasien berhubung rumah sakit bukanlah pelaku usaha. Hal ini tentu saja sangat merugikan pihak pasien yang mengalami mal praktek oleh dokter rumah sakit santa elisabeth tersebut. Namun, majelis dalam pertimbangannya menyatakan bahwa teradu pihak rumah sakit santa elisabeth adalah pelaku usaha sebagaimana pelaku usaha yang berbentuk badan hukum adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu ”Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha , baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau yang melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.” b. Bahwa selama dalam proses pemeriksaan pimpinan pelaku usaha sebagai teradu tidak hadir dan hanya diwakilkan oleh kuasanya sehinnga hal ini menyulitkan untuk menemukan titik terang dari perkara persengketaan konsumen ini c. Bahwa dalam penyelesaian sengketa ini pelaku usaha dalam hal ini pihak rumah sakit santa Elisabeth tidak dapat menghadirkan saksi- saksi yang seharusnya dapat memperlihatkan titik terang dari apa sebenarnya persoalan yang dialami oleh pihak rumah sakit, mengapa mereka sampai salah mendiagnosa penyakit pasien tersebut. Sehingga dengan tidak bisanya pelaku usaha menghadirkan saksi-saksi maupun saksi ahli dari ikatan dokter Indonesia IDI maka titik terang dari sebab mengapa dokter bisa salah mendiagnosa penyakit pasien tersebut tidak ditemukan. 3. Dengan disahkannya keputusan tersebut maka lahir pula akibat hukum bagi para pihak. Adapun akibat hukum tersebut yakni: a. Bagi Pihak Pasien 1 Pasien dengan disahkannya putusan ini dapat terlindungi haknya sebagai konsumen karena dalam amar putusan disebutkan bahwa pasien mendapatkan ganti rugi dari pihak rumah sakit berupa ganti rugi uang sebesar Rp. 30.137.514 Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat Belas Rupiah. Universitas Sumatera Utara 2 Pasien dengan disahkannya putusan ini dapat menrima dan mengambil uang ganti rugi tersebut untuk dipergunakannya. 3 Untuk selebihnya gugatan konsumen mengenai tambahan- tambahan biaya ganti rugi tidak diterima, dikarenakan hal tersebut diluar tanggung jawab dari pihak rumah sakit. 4 Diluar putusan, bagi seluruh pasien diharapkan mengerti dan memahami tentang perjanjian sebelum melakukan operasi informed consen agar nantinya tidak timbul persengketaan konsumen ini dikemudian hari. b. Bagi Pihak Rumah Sakit 1 Pihak Rumah Sakit berkewajiban membayar ganti rugi kepada pihak pasien berupa ganti rugi uang sebesar Rp. 30.137.514 Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat Belas Rupiah. 2 Pihak Rumah Sakit berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dimasa yang akan datang, hal ini merpakan sanksi moral terhadap pelaku usaha agar kedepannya pelaku usaha harus benar-benar memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan pertolongannya, tanpa harus membeda-bedakan status social. 3 Di luar putusan pihak rumah sakit sebagai pelaku usaha diwajibkan menseleksi calon dokter yang bekerja dirumah sakit sesuai dengan keahliannya, agar dokter yang terpilih dapat memberikan pelayanan Universitas Sumatera Utara yang terbaik dan professional bagi para calon pasien yang akan dirawatnya.

B. Saran