87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tugas dan wewenang BPSK berdasarkan ketentuan pasal 52 meliputi
melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. BPSK juga bertugas
memberikan konsultasi perlindungan konsumen, melakukan pengawasan terhadap pencatuman klausulabaku, melaporkan kepada penyidik umum
apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini, menerima pengaduan, baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang
terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen, memanggil
pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli
dan atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang, meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku
usaha, saksi, saksi ahli atau setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan BPSK, mendapatkan meneliti dan atau menilai surat, dokumen
atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan, memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen,
memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
Universitas Sumatera Utara
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, dan menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-
undang ini. Dalam kasus ini BPSK sudah mencapai dari tujuan Perlindungan
Konsumen yang seharusnya, dimana terdapat tujuan dari perlindungan konsumen yakni umumnya dapat dibagi dalam tiga bagian utama,yaitu:
a. Memberdayakan konsumen dalam memilih,menentukan barang danatau
jasa kebutuhannya,dan menuntut hak-haknya; b.
Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur-unsur kepastian hukum,keterbukaan informasi,dan akses untuk mendapatkan
informasi; c.
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung
jawab. Produk hukum BPSK dalam hal ini kepustusan yang ditetapkan oleh
majelis BPSK sudah memberikan perlindungan hukum yang pasti kepada konsumen dan memberikan sanksi administratif serta sanksi moril dimana
pelaku usaha dalam hal ini rumaha sakit santa Elisabeth untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada
seluruh masyarakat yang membutuhkan pertolangannya dimasa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
2. Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen dengan pihak rumah sakit
terdapat beberapa kendala dalam penyelesaian maslah tersebut, adapun kendala tersebut yakni:
a. Pihak rumah sakit pada awalnya tidak menerima mereka
dinyatakan sebagai pelaku usaha dikarenakan dalam eksepsinya pihak rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit bukanlah pelaku
usaha yang tunduk dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, melainkan tunduk kepada Undang-Undang Kesehatan,
sehingga pihak rumah sakit tidak dapat dituntut oleh pasien berhubung rumah sakit bukanlah pelaku usaha. Hal ini tentu saja
sangat merugikan pihak pasien yang mengalami mal praktek oleh dokter rumah sakit santa elisabeth tersebut. Namun, majelis dalam
pertimbangannya menyatakan bahwa teradu pihak rumah sakit santa elisabeth adalah pelaku usaha sebagaimana pelaku usaha
yang berbentuk badan hukum adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu ”Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha , baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau yang
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”
b. Bahwa selama dalam proses pemeriksaan pimpinan pelaku usaha
sebagai teradu tidak hadir dan hanya diwakilkan oleh kuasanya sehinnga hal ini menyulitkan untuk menemukan titik terang dari
perkara persengketaan konsumen ini c.
Bahwa dalam penyelesaian sengketa ini pelaku usaha dalam hal ini pihak rumah sakit santa Elisabeth tidak dapat menghadirkan saksi-
saksi yang seharusnya dapat memperlihatkan titik terang dari apa sebenarnya persoalan yang dialami oleh pihak rumah sakit, mengapa
mereka sampai salah mendiagnosa penyakit pasien tersebut. Sehingga dengan tidak bisanya pelaku usaha menghadirkan saksi-saksi maupun
saksi ahli dari ikatan dokter Indonesia IDI maka titik terang dari sebab mengapa dokter bisa salah mendiagnosa penyakit pasien
tersebut tidak ditemukan. 3.
Dengan disahkannya keputusan tersebut maka lahir pula akibat hukum bagi para pihak. Adapun akibat hukum tersebut yakni:
a. Bagi Pihak Pasien
1 Pasien dengan disahkannya putusan ini dapat terlindungi haknya
sebagai konsumen karena dalam amar putusan disebutkan bahwa pasien mendapatkan ganti rugi dari pihak rumah sakit berupa ganti
rugi uang sebesar Rp. 30.137.514 Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat Belas Rupiah.
Universitas Sumatera Utara
2 Pasien dengan disahkannya putusan ini dapat menrima dan
mengambil uang ganti rugi tersebut untuk dipergunakannya. 3
Untuk selebihnya gugatan konsumen mengenai tambahan- tambahan biaya ganti rugi tidak diterima, dikarenakan hal tersebut
diluar tanggung jawab dari pihak rumah sakit. 4
Diluar putusan, bagi seluruh pasien diharapkan mengerti dan memahami tentang perjanjian sebelum melakukan operasi
informed consen agar nantinya tidak timbul persengketaan konsumen ini dikemudian hari.
b. Bagi Pihak Rumah Sakit
1 Pihak Rumah Sakit berkewajiban membayar ganti rugi kepada
pihak pasien berupa ganti rugi uang sebesar Rp. 30.137.514 Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat
Belas Rupiah. 2
Pihak Rumah Sakit berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dimasa yang akan datang, hal ini
merpakan sanksi moral terhadap pelaku usaha agar kedepannya pelaku usaha harus benar-benar memberikan pelayanan yang
terbaik kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan pertolongannya, tanpa harus membeda-bedakan status social.
3 Di luar putusan pihak rumah sakit sebagai pelaku usaha diwajibkan
menseleksi calon dokter yang bekerja dirumah sakit sesuai dengan keahliannya, agar dokter yang terpilih dapat memberikan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
yang terbaik dan professional bagi para calon pasien yang akan dirawatnya.
B. Saran