Syarat yang pertama dan kedua disebut sebagai syarat subjektif, karena menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Sedangkan syarat yang
ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka perjanjian itu dapat
dibatalkan. Artinya bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya. Tetapi apabila para pihak
dalam perjanjian itu tidak ada yang berkeberatan maka perjanjian itu tetap dianggap sah. Syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal
demi hukum. Artinya bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada.
E. Wanprestasi
Perikatan adalah suatu hubugan hukum di bidang hukum kekayaan dimana suatu pihak berhak menuntut suatu prestasi dan pihak lainnya bekewajiban untuk
melaksanakan suatu prestasi. Pasal 1233 kitab undang-undang hukum perdata mengatakan bahwa perjanjian pada umumnya bersifat timbal balik, hal ini di
katakan dalam mengkritisi pasal 1313 KUH Perdata tentang perjanjian, dimana dikatakan bahwa “perjanjian tentang perjanjian adalah perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih” KUH Perdata membedakan dengan jelas antara perikatan yang lahir dan perjanjian dari perikatan yang lahir dari undang-undang. Akibat
hukum suatu perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh para pihak. Tetapi hubungan dan akibat hukumnya ditentukan oleh undang-undang.
Pada umumnya semua kontrak di akhiri dengan pelaksanaan apa yang di sepakati, artinya bahwa para pihak memenuhi kesepakatan untuk dilaksanakan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
persyaratan yang dicantum dalam perjanjian atau kontrak di teruskan oleh Rai Widjaya, bahwa pemenuhan perjanjian atau hal-hal yang harus dilaksanakan
disebut prestasi,dengan terlaksana prestasi kewajiban-kewajiban para pihak berakhir, sebaliknya apabila si berutang atau debitur tidak melaksanakannya, hal
tersebut disebut wanprestasi. Ada 4 macam bentuk dari wanprestasi, yaitu :
1. Tidak berprestasi sama sekali atau berprestasi tapi tidak bermanfaat bagi
atau tidak dapat diperbaiki. 2.
Terlambat memenuhi prestasi. 3.
Memenuhi prestasi secara tidak baik atau tidak sebagaimana mestinya. 4.
Melakukan sesuatu namun menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
22
. “Tidak dipenuhinya kewajiban dalam perjanjian karena 2 hal:
a. Kesalahan debitur karena : disengaja danatau lalai.
b. Keadaan memaksa
23
. Akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah
sebagai berikut : 1
Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau biasa dinamakan ganti rugi.
2 Pembatalan perjanjian atau dinamakan pemecahan perjanjian.
3 Peralihan risiko, membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan
didepan hakim
24
.
22
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Cet.1, Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta hal. 80-81
23
Ibid.
24
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet.Ke XII, Intermasa, Jakarta, 1987
Universitas Sumatera Utara
Pembelaan untuk debitur wanprestasi ada 3 macam, yaitu : 1.
Memajukan tuntutan adanya keadaan memaksa overmacht atau force majeur.
2. Memajukan bahwa si berpiutang kreditur sendiri juga telah lalai
exception non adimpleti contractus. 3.
Memajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi rechtsverwerking
25
. Jika dikaitkan dengan hubungan dokter dengan pasien dalam hal
pelayanan kesehatan, maka wanprestasi dapat terjadi dalam hal pelayanan kesehatan, jika dokter tidak melakukan suatu tindakan mediskedokteran
sebagaimana yang telah diperjanjikan atau melakukan tindakan medis yang sebenarnya tidak adasesuai dengan apa yang diperjanjikan sebelumnya.
Sedangkan untuk pasien sendiri dianggap melakukan wanprestasi apabila tidak membayar biaya administrasi untuk keperluan tindakan mediskedokteran tersebut
atau melanggar kesepakatan yang ada dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
F. Perbuatan Melawan Hukum