1 Perjanjian perawatan, yaitu kesepakatan antara RS dan pasien
bahwa pihak RS menyediakan kamar perawatan dan adanya tenaga perawat yang melakukan tindakan perawatan
2 Perjanjian pelayanan medis, yaitu kesepakatan antara RS dan
pasien bahwa tenaga medis pada RS akan berupaya secara maksimal untuk meyembuhkan pasien melalui tindakan medis
inspannings-verbintenis
40
Hubungan hukum antara pasien dan tenaga kesehatan di rumah sakit adalah:
a Hubungan pasien dan dokter.
b Hubungan hukum antara pasien dengan tenaga kesehatan lainnya antara
lain dengan perawat
41
. Sedangkan hubungan antara dokter dan perawat adalah merupakan
hubungan rujukan atau delegasi.
42
E. Informed Consent
1. Pengertian Informed Consent
Pengertian persetujuan tindakan medik dinamakan juga informed consent. Consent artinya persetujuan atau izin. Jadi informed consent adalah persetujuan
atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik atau pemeriksaan lain-lain
untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikan, menolong
40
Sunarto Ady Wibowo, Op.Cit, hal .55
41
Ibid., hal. 56
42
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan, melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan, dan sebagainya.
43
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor HK.00.06.3.5.1886 tanggal 21 April 1999 tentang pedoman persetujuan tindakan
medik informed consent mengatakan bahwa informed consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapat informasi dan consent berarti persetujuan
atau izin. Yang dimaksud dengan informed consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju consent atau izin dari seseorang pasien yang diberikan
dengan bebas, rasional, tanpa paksaan voluntary tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi cukup tentang
tindakan kedokteran yang dimaksud. Informed consent menurut Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 Permenkes No. 290 tahun 2008 yaitu persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan terhadap
pasien. Selain undang-undang, para sarjana pun memberikan penjelasan megenai
pengertian persetujuan tindakan medis atau informed consent. Adapun pendapat para sarjana tersebut diantaranya adalah:
a. Menurut Thiroux, informed consent merupakan suatu pendekatan terhadap
kebenaran dan keterlibatan pasien dalam keputusan mengenai pengobatannya. Seringkali suatu pendekatan terbaik untuk mendapatkan
informed consent adalah jika dokter yang akan mengusulkan atau
43
Ibid., hal. 77
Universitas Sumatera Utara
melakukan prosedur memberi penjelasan secara detail disamping meminta pasien membaca formulir tersebut. Para pasien serta keluarganya
sebaiknya diajak untuk mengajukan pertanyaan menurut kehendaknya, dan harus dijawab secara jujur dan jelas. Maksud dari penjelasan lisan ini
adalah untuk menjamin bahwa jika pasien menandatangani formulir itu, benar-benar telah mendapat informasi yang lengkap.
44
b. Menurut Appelbaum, informed consent bukan sekedar formulir
persetujuan yang didapat dari pasien, tetapi merupakan suatu proses komunikasi. Tercapainya kesepakatan antara dokter-pasien merupakan
dasar dari seluruh proses tentang informed consent. Formulir itu hanya merupakan pengukuhan atau pendokumentasian dari apa yang telah
disepakati.
45
c. Menurut Faden dan Beauchamp, informed consent adalah hubungan antara
dokter dengan pasien berdasarkan kepercayaan, adanya hak otonomi atau menentukan nasib atas dirinya sendiri, dan adanya hubungan perjanjian
antara dokter dan pasien.
46
d. Menurut Veronika Komalawati, informed consent merupakan toestemming
kesepakatanpersetujuan. Jadi informed consent adalah suatu kesepakatanpersetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan
dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapat informasi dari dokter
44
Veronika Komalawati I, Peranan Informed Consentdalam Transaksi Terapeutik Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien Suatu Tinjauan Yuridis, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002, hal. 105
45
Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999, hal. 74
46
Chrisdiono M.Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2007, hal. 74
Universitas Sumatera Utara
mengenai upaya medis yang dapat menolong dirinya disertai informasi mengenai segala risiko yang mungkin terjadi.
47
2. Bentuk Informed Consent