Penyakit Penyerta Selama Masa Kehamilan

minggu ke-20. Hal ini dikarenakan pada usia kehamilan minggu ke-20, sudah adanya perubahan perkembangan bayi dan kondisi fisik ibu. Tekanan darah ibu hamil yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan Intraurine Growth Retardation yang akan berdampak terhadap berat badan lahir. Hal ini terjadi karena adanya kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta yang akan mengakibatkan keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin. Keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin berakibat terhadap proses tumbuh kembang janin. Pada ibu yang memiliki tekanan darah normal selama masa kehamilan, maka tidak ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan sehingga aliran nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan janin tetap adekuat Andammori., dkk, 2013; Asih,dkk, 2006; Rachman, 2011. Berdasarkan temuan di masyarakat, penyakit penyerta selama kehamilan terjadi pada kelompok kasus maupun kontrol yang memiliki s IMT overweight. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Inaqwe 2007 bahwa ibu hamil yang memiliki status IMT overweight maupun obesitas pada umumnya memiliki komplikasi selama masa kehamilan diantaranya adalah pre-eklampsia, hipertensi dalam kehamilan, diabetes melitus dalam kehamilan. Selain itu, janin pada ibu yang overweight maupun obesitas berisiko meninggal. Watanabe 2009 di Jepang menunjukan bahwa terdapat 58,7 ibu hamil dengan status IMT overweight dan 67 ibu hamil dengan status IMT obesitas telah memiliki pertambahan berat badan yang lebih diatas standar IOM selama masa kehamilan. Serta ibu yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama masa kehamilan berisiko mengalami hipertensi selama masa kehamilan. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit penyerta selama masa kehamilan dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu dan terjadinya BBLR. Oleh karena itu, konseling secara intensif terkait kesehatan selama masa kehamilan kepada petugas kesehatan, pemeriksaan tekanan darah dan terapi insulin dan glukosa sangat dianjurkan kepada semua ibu hamil, khususnya bagi ibu hamil yang memiliki IMT oobesitas. Hal ini bertujuan agar kondisi kesehatan ibu hamil dapat terpantau dan terdeteksi secara dini. Sehingga apabila ditemukan penyakit penyerta selama masa kehamilan maka ibu hamil dengan komplikasi tersebut segera mendapatkan penanganan dan tindak lanjut dengan cepat dan tepat.

5. Kunjungan Antenatal Care ANC

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang menunjukan bahwa mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan ANC ≥ rata-rata hasil penelitian, baik kelompok kasus 67,6 dan kontrol 82,3. Rata-rata kunjungan ANC kelompok kasus adalah 8,86 dengan standar deviasi ±1,73, sedangkan rata-rata kunjungan ANC kelompok kontrol adalah 9,86 dengan standar deviasi ±2,18. Hasil yang sama juga diperoleh Tazkiah 2013 di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan desain studi case control, bahwa sebagian besar 52,3 kelompok kasus dan mayoritas 86,2 kelompok kontrol melakukan kunjungan ANC ≥4 kali selama masa kehamilan. Ernawati, dkk 2011 dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2010 juga menunjukan bahwa mayoritas 74 ibu melakukan kunjungan ANC 4 kali selama masa kehamilan. Berbeda dengan hasil penelitian Negi 2006 bahwa terdapat 11,1 pada kelompok kasus yang melakukan kunjungan ANC 5 kali selama masa kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa ibu hamil baik kelompok kasus maupun kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang telah melakukan kunjungan ANC sesuai dengan anjuran kunjungan antenatal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yakni minimal 4 kali kunjungan selama masa kehamilan Kemenkes, 2010. Hal ini menunjukan bahwa adanya kesadaran ibu terhadap kesehatan kehamilan serta akses pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang sudah memadai. Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan secara rutin yang terdiri dari penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri TFU, pemberian imunisasi tetanus toxoid lengkap, pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan serta konseling kesehatan. Kunjungan ANC selama kehamilan dapat memberikan manfat yang sangat besar terhadap kondisi kesehatan ibu hamil dan janin. Dilakukannya kunjungan ANC selama masa kehamilan secara teratur, maka ibu hamil telah memperoleh tindakan medis secara langsung yakni skrining kesehatan ibu, saran pola makan dan aktivitas fisik yang sesuai dan dukungan psikologis. Perkembangan janin dan komplikasi kehamilan dapat terdeteksi secara dini, sehingga tatalaksana dan penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu, Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC secara teratur dapat meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan kehamilan dengan cara mengatur aktivitas fisik dan memperhatikan kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada janin yakni BBLR sangat kecil Ernawati.,dkk, 2011; Kemenkes, 2010; Shah, 2002. Manuaba 2000 menyatakan bahwa manfaat lain dilakukannya kunjungan ANC secara rutin adalah selain dapat mengetahui risiko kehamilan, ibu hamil dapat menyiapkan proses menuju persalinan dengan baik well born baby sampai dengan masa laktasi dan nifas. Hasil penelitian Low 2005 dengan desain kohort di New Zealand menyatakan bahwa ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dengan tepat waktu khususnya pada saat kunjungan ANC pertama pada trimester I, dapat bermanfaat yakni terpantaunya perkembangan janin dan kesehatan ibu. Selain itu, pada hasil penelitian tersebut juga dinyatakan bahwa Ibu yang melakukan kunjungan ANC terlambat pada trimester pertama dapat memberikan dampak buruk terhadap janin, diantaranya adalah BBLR dan bayi lahir prematur. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kunjungan ANC secara teratur merupakan salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya BBLR dan meminimalisir terjadinya komplikasi selama masa kehamilan. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil di