Jumlah Paritas Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja

mengalami komplikasi seperti distosia kesulitan dalam mengalami persalinan, terutama pada ibu hamil pada rentang usia risiko tinggi 20 dan 35 tahun. Hal ini dikarenakan belum adanya pengalaman melahirkan dari seorang ibu, sehingga berpengaruh terhadap proses persalinan. Persalinan prematur lebih sering terjadi pada ibu yang mengalami persalinan pertama kali, dimana prematur merupakan salah satu ciri bayi yang lahir dengan status BBLR Aminian, 2014. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah paritas yang terlalu banyak 3 anak dan paritas pertama kali primipara dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan bayi salah satunya adalah BBLR. Oleh karena itu, diharapkan pada setiap pasangan usia subur agar dapat mengatur jumlah paritas atau kelahiran dalam keluarga melalui program KB. Selain itu, bagi petugas kesehatan juga diharapkan dapat memberikan informasi terkait KB secara detail. Pemberian informasi terkait KB juga dapat dilakukan pada Wanita Usia Subur WUS yang belum menikah, sehingga ketika seorang wanita usia subur sudah berkeluarga maka dapat mempersiapkan dan mengatur jumlah anak dengan baik.

7. Usia Ibu Saat Melahirkan

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang menunjukan bahwa terdapat 18,9 kelompok kasus dan 19,2 kelompok kontrol yang memiliki status usia risiko tinggi pada saat melahirkan yakni 20 tahun dan 35 tahun. Hasil yang sama juga diperoleh Rahman 2011 di Kualah Muda, Keddah bahwa mayoritas usia ibu saat melahirkan adalah pada usia 20-34 tahun baik pada kelompok kasus 79,5 dan kontrol 80,8. Berbeda dengan hasil penelitian Tazkiah, dkk 2013 di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, bahwa sebagian besar 54 usia ibu saat melahirkan pada kelompok kasus adalah usia risiko tinggi 20 tahun dan 35 tahun dan mayoritas 70,8 usia ibu saaat melahirkan pada kelompok kontrol adalah usia tidak risiko tinggi 20-35 tahun. Hal yang sama juga diperoleh oleh Nyaruhuca 2006 dengan desain studi case control bahwa mayoritas 94,2 usia ibu melahirkan pada kelompok kontrol adalah antara usia 20-35 tahun. Hasil penelitian Djali 2010 di RSUD pasar Rebo dengan desain studi cross sectional menunjukan bahwa mayoritas usia ibu saat melahirkan adalah antara usia 20-35 yakni sebesar 83,3. Usia ideal pada ibu saat proses persalinan adalah antara 20-35 tahun, jika usia ibu saat proses persalinan 20 tahun atau 35 tahun maka dikatakan sebagai usia risiko tinggi pada saat proses persalinan. Secara biologis, usia risiko tinggi pada saat proses persalinan dapat berdampak terhadap kondisi kesehatan ibu mapun janin salah satunya BBLR. Hal ini dikarenakan pada ibu yang masih tergolong remaja, aliran darah ke uterus belum berkembang akibat ketidakmatangan organ rahim sehingga berakibat terhadap kurangnya nutrisi pada janin. Selain itu, terdapat persaingan nutrisi antara perkembangan fisik seorang remaja dengan perkembangan janin. Hal ini dikarenakan, kebutuhan zat gizi seperti kalori dan energi pada masa remaja sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi pada janin Shah, 2002; Ullah, 2003. Sedangkan risiko ibu yang melahirkan di usia 35 terhadap terjadinya BBLR dikarenakan faktor adanya prevalensi masalah kesehatan kronis yang berkaitan dengan usia seperti hipertensi, diabetes melitus, komplikasi kesehatan pada masa hamil yang berpengaruh terhadap berat lahir bayi, menurunnya potensi kesuburan pada tubuh ibu dan adanya perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat sehingga menimbulkan beberapa penyakit pada ibu dan dapat mempengaruhi kondisi janin yakni BBLR Ullah, 2003. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki usia risiko tinggi pada saat persalinan dapat berpengaruh dengan kejadian BBLR. Oleh karena itu, diperlukan adanya intervensi secara intensif terhadap ibu hamil yang mengalami persalinan pada usia risiko tinggi diantaranya adalah identifikasi masalah kesehatan selama kehamilan sedini mungkin, penyuluhan baik secara personal maupun kelompok terkait usia risiko tinggi serta dampak kesehatan yang akan dialami oleh ibu maupun janin. Selain itu, intervensi juga dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan di sekolah dengan tujuan memberikan edukasi kepada remaja putri terkait masalah kesehatan pada ibu hamil. Harapan dilakukan penyuluhan tersebut adalah agar remaja dapat menghindari perilaku berisiko yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan pada usia risiko tinggi.