Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III

pertambahan berat badan ibu hamil meningkat lebih drastis. Bahkan, hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditemukan bahwa terdapat kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama masa kehamilan. Pertambahan berat badan yang meningkat drastis dikarenakan perkembangan janin semakin pesat, dimana 60 dari pertambahan berat badan merupakan bagian dari janin Cheung, 2000. Estimasi pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III pada jaringan tubuh bayi adalah adanya pertambahan berat janin sebesar 3,4 kg, plasenta sebesar 0,6 kg dan cairan amnion sebesar 1 kg. Sedangan pada jaringan tubuh ibu, terdapat pertambahan berat uterus sebesar 1 kg, payudara sebesar 0,5 kg, cairan darah sebesar 1,5 kg, cairan ekstraselular sebesa5 1,5 kg dan lemak ibu sebesar 3,48 kg Soetjiningsih 1995 dan Preedy, 2003. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama trimester III. Sedangkan kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan secara drastis selama trimester III, bahkan terdapat kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama trimester II. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar tetap melakukan pemantauan pertambahan berat badan sampai trimester terakhir melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur dan konsumsi zat gizi dan energi yang cukup khususnya pada ibu yang memiliki pertambahan berat badan kurang. Selain itu, diharapkan bagi ibu hamil agar tetap menjaga pertambahan berat badan yang ideal dan tidak berlebihan. Hal ini dikarenakan pertambahan berat badan lebih dapat meningkatkan risiko terjadinya distosia bahu pada ibu hamil ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekaisme kelahiran biasa serta dapat meyebabkan tingginya angka kematian ibu CDC, 2009. Bagi petugas kesehatan juga diharapkan agar selalu memberikan konseling kesehatan sampai menjelang proses persalinan. Salah satu materi konseling kesehatan adalah terkait menjaga konsumsi makanan dengan pola gizi seimbang untuk produksi Air Susu Ibu ASI. Konseling tersebut bertujuan agar ibu dapat memberikan asupan gizi pada bayi melalui ASI, sehingga status gizi bayi dapat terjaga dengan baik sampai usia dewasa.

C. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang

1. Jarak Kehamilan

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa mayoritas jarak kehamilan adalah ≥2 tahun, baik pada kelompok kasus 91,7 dan kontrol 92,9. Berbeda dengan hasil penelitian Negi 2006 dengan desain studi kohort, bahwa sebagian besar 58 jarak kehamilan pada kelompok kasus adalah 12 bulan. Hasil penelitian lain dilaporkan oleh Bener 2012, bahwa kejadian BBLR terjadi pada ibu yang memiliki jarak kehamilan 12 bulan sebesar 40,3, sedangkan bayi lahir normal terjadi pa da ibu yang memiliki jarak kehamilan minimal ≥24 bulan yakni sebesar 44,7. Kasim 2011 menunjukan bahwa sebagian besar 59,5 ibu yang memiliki jarak kehamilan 2tahun melahirkan bayi dengan catatan BBLR, serta mayoritas 64,3 ibu yang memiliki jarak kehamilan 2-4 tahun melahirkan bayi dengan catatan berat lahir normal. Jarak kehamilan yang normal adalah ≥2 tahun BKKBN, 2013. Hasil penelitian Lilungulu 2014 di Tanzania diperoleh bahwa kejadian BBLR banyak terjadi pada ibu yang memiliki jarak kehamilan terlalu dekat 2 tahun dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan normal ≥2 tahun. Hal ini dikarenakan, ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan ≥2 tahun memiliki kondisi biologis yang normal serta dapat dinyatakan tidak adanya gangguan metabolisme akibat proses persalinan sebelumnya. Namun, terdapat kemungkinan bahwa masih ditemukannya ibu yang memiliki jarak kehamilan normal dan memiliki bayi dengan berat lahir rendah. Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor lain seperti status gizi ibu, asupan makanan yang kurang, usia saat melahirkan serta adanya riwayat penyakit penyerta selama kehamilan Eisjen., dkk, 2008. Berbeda dengan ibu yang memiliki jarak kehamilan yang terlalu dekat 2tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat berpengaruh terhadap kondisi bayi pada saat lahir salah satunya adalah BBLR. Hal ini dikarenakan ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan 2 tahun memiliki kondisi tubuh yang lemah, dimana nutrisi ibu kurang adekuat dan adanya persaingan nutrisi untuk pertumbuhan janin yang ada didalam kandungan dengan nutrisi ibu untuk memproduksi Air Susu Ibu ASI Bener, dkk, 2012. Selain itu, pada ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan 2 tahun, dapat mengakibatkan terjadinya ganggun kesehatan ibu yakni kurangnya sumber asam folat pada ibu, yang mana asam folat merupakan salah satu zat penting yang dibutuhkan oleh ibu hamil untuk proses tumbuh kembang janin. Apabila terdapat gangguan perkembangan janin, maka dapat berpengaruh terhadap gangguan kesehatan bayi salah satunya BBLR Horton, 2012. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa jarak kehamilan 2 tahun dapat berpengaruh kondisi kesehatan bayi yakni BBLR. Oleh karena itu, setiap Pasangan Usia Subur PUS diharapkan dapat mengatur jarak kehamilan, salah satunya melalui program Keluarga Berencana KB. Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa KB merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak kehamilan dan usia ideal melahirkan melalui promosi perlindungan dan bantuan kesehatan sesuai dengan hak reproduksi demi terwujudnya keluarga yang berkualitas Kemenkes, 2013. Selain itu, diharapkan program KB di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dapat berjalan secara maksimal melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berupa kegiatan kaderisasi desa. Melalui kaderisasi desa, diharapkan ibu