Status Anemia Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja

pecobaan di Nepal menunjukan bahwa pemberian zat besi 60 mg dan asam folat 0,4 mg setiap hari mulai usia kehamilan minggu ke-11 dapat meningkatkan berat lahir bayi. Kejadian anemia yang berisiko terhadap kondisi kesehatan janin adalah anemia yang terjadi selama trimester III. Hal ini dikarenakan selama trimester III, terjadi peningkatan kebutuhan zat besi untuk proses tumbuh kembang janin. Pada ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi, dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia dan bekurangnya aliran darah ke uterus yang akan menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke janin terganggu sehingga dapat menimbulkan asfiksia sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan janin lahir dengan berat badan lahir rendah dan premature Sunare, 2009. Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya diperoleh Tazkiah 2013, bahwa sebagian besar 60 kelompok kasus mengalami anemia selama masa kehamilan sedangkan sebagian besar 64,6 kelompok kontrol tidak mengalami anemia selama masa kehamilan. Kejadian anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko BBLR. Penelitian di Afika Timur menunjukan bahwa ibu yang mengalami anemia dengan kadar Hemoglobin 7,4 gdl meningkatakan insiden kejadian BBLR sebesar 42 dan angka kematian sebesar 147,1 per 1000 kelahiran hidup. Pada ibu hamil yang mengalami anemia dengan kadar Hemoglobin 8,8 gdl meningkatkan insiden kejadian BBLR sebesar 12,7 dan angka kematian sebesar 51 per 1000 kelahiran hidup. Hal yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian di Malaisya bahwa ibu hamil yang memiliki kadar Hemoglobin 6,5 gdl atau kurang meningkatkan insiden kejadian BBLR sebesar 20 Simkiss., dkk, 2015. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa umumnya anemia pada bu hamil terjadi akibat kekurangan zat besi dan kejadian anemia pada ibu hamil dapat berpengaruh terhadap terjadinya BBLR. Oleh karena itu, salah satu strategi yang efektif untuk mengatasi anemia pada ibu hamil adalah pemberian suplementasi zat besi yang berupa tablet Fe. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar tetap memberikan suplementasi tablet Fe sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu selama masa kehamilan.

4. Penyakit Penyerta Selama Masa Kehamilan

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh bahwa masih adanya penyakit penyerta selama kehamilan yang dialami kelompok kasus 27 dan kontrol 8,9. Penyakit penyerta selama kehamilan yang ditemukan di masyarakat diantaranya adalah diabetes melitus gestasional, hipertensi dalam kehamilan atau pre-eklampsia dan pendarahan. Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya diperoleh Wati 2013 dengan desain studi case control di Pontianak, bahwa sebagian kecil ibu memiliki riwayat pre-eklampsia berat selama masa kehamilan, baik pada kelompok kasus 29,5 dan kontrol 8,6. Berbeda dengan hasil Asih 2006, bahwa sebagian besar 59,1 ibu yang mengalami pre-eklampsia selama kehamilan telah melahirkan bayi dengan kondisi berat lahir rendah dan mayoritas 97,1 ibu yang tidak mengalami pre-eklampsia selama masa kehamilan melahirkan bayi dengan kondisi berat lahir normal. Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai adanya kelainan sekresi dan kinerja insulin selama masa kehamilan, yang mana kinerja insulin dapat bermanfaat terhadap pengaturan tingkat glukosa dalam memberikan asupan energi yang dibutuhkan oleh tubuh Kemenkes, 2010. Hasil penelitian dari 135.000 sampel di United States menyatakan sebanyak 4 ibu hamil mengalami diabetes melitus dalam kehamilan, akan tetapi penyakit tersebut akan hilang di akhir masa kehamilan Maurice, dkk, 2005. Pada usia kehamilan minggu ke ±20 trimester II, tubuh ibu hamil telah memproduksi beberapa hormon yang cukup tinggi diantaranya adalah hormon esterogen, progesteron dan Human Placental Lactogen HPL dimana hormon tersebut memiliki efek resistensi terhadap insulin. Salah satu fungsi dari peningkatan hormon tersebut adalah meningkatkan nutrisi dan gula untuk pertumbuhan janin. Akan tetapi, pada ibu yang mengalami diabetes melitus selama masa kehamilan, maka ibu hamil tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Sehingga, pengaturan tingkat glukosa dalam tubuh tidak teratur Seghiari.,dkk, 2002. Penyakit penyerta kehamilan lainnya adalah hipertensi. Hipertensi dalam kehamilan atau pre-eklampsia didefinisikan jika kadar tekanan darah 140 mmHg90 mmHg tanpa proteurenia pada usia kehamilan minggu ke-20. Hal ini dikarenakan pada usia kehamilan minggu ke-20, sudah adanya perubahan perkembangan bayi dan kondisi fisik ibu. Tekanan darah ibu hamil yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan Intraurine Growth Retardation yang akan berdampak terhadap berat badan lahir. Hal ini terjadi karena adanya kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta yang akan mengakibatkan keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin. Keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin berakibat terhadap proses tumbuh kembang janin. Pada ibu yang memiliki tekanan darah normal selama masa kehamilan, maka tidak ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan sehingga aliran nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan janin tetap adekuat Andammori., dkk, 2013; Asih,dkk, 2006; Rachman, 2011. Berdasarkan temuan di masyarakat, penyakit penyerta selama kehamilan terjadi pada kelompok kasus maupun kontrol yang memiliki s IMT overweight. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Inaqwe 2007 bahwa ibu hamil yang memiliki status IMT overweight maupun obesitas pada umumnya memiliki komplikasi selama masa kehamilan diantaranya adalah pre-eklampsia, hipertensi dalam kehamilan, diabetes melitus dalam kehamilan. Selain itu, janin pada ibu yang overweight maupun obesitas berisiko meninggal. Watanabe 2009 di Jepang menunjukan bahwa terdapat 58,7 ibu hamil dengan status IMT overweight dan 67 ibu hamil dengan status IMT obesitas telah memiliki pertambahan berat badan yang lebih diatas standar IOM selama masa