Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana

rawan banjir yang terdapat di kelurahan Petogogan. Selain menggunakan fakta dan data geografi, juga menggunakan asumsi bahwa wilayah yang luas memiliki balita yang banyak. Untuk pendistribusian, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru berencana segera mendistribusikannya setelah mengambil MP-ASI dari Sudinkes Jakarta Selatan. Perencanaan untuk pengawasan tidak dilakukan karena merasa tidak perlu ada pengawasan jika pemberiannya hanya sedikit, selain itu mempercayakan saja kepada kader. Perencanaan metode penilaian juga belum dilakukan. Sedangkan perencanaan pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika ada permintaan laporan data hasil kegiatan dari Sudinkes Jakarta Selatan. Berikut kutipan pernyataannya: “Mungkin kalau perencanaan itu alokasi tempatnya yang mau dikasih di mana dan berapa dikasihnya. Enggak ada penghitungan khusus, enggak ada pengajuan juga. Langsung aja sesuai droppingan. Kita ngerencanain mulai ngambil dari Sudin sampai pendistribusian ke puskesmas kelurahan. Kan kemarin kita dapet dari Sudin 14 dus untuk banjir, itu saya harus cari lokasi yang ada bencana banjir. Kita „mapping’ dulu kan wilayah mana yang banyak, jadi udah ada ancer-ancer wilayah mana yang mau dikasih. Nah, dari 10 kelurahan di kecamatan ini, kita ada 3 daerah rawan banjir, ada Rawa Barat, Petogogan, dan Cipete Utara. Wilayah yang daerah rawan banjir terbanyak dapetnya ya lebih banyak, Petogogan kan banyak ya, ada 3 RW, jadi dapet 5 dus. Cipete Utara juga balitanya banyak kan, jadi dapet 5 dus juga. Kemudian 2 dus untuk Rawa Barat dan 2 dus lagi untuk stok di kecamatan, karena untuk antisipasi banjir di wilayah lain. Biasanya awalnya kita memang pendataan dulu, yang wilayah banjir mana aja, tapi memang kebetulan yang wilayahnya luas ya banyak juga balitanya. Kemudian ditambah berita banjir di Petogogan ini sampai masuk TV televisi juga, karena cukup besar. Kalau perencanaan pengawasan enggak ada ya, dan sepertinya juga tidak perlu pengawasan karena dapetnya hanya sedikit sekali. Kalaupun ada nanti yang mengawasi adalah TPG kelurahan dan dibantu kader, dipercayakan saja kepada mereka. Pelaporan juga nanti saja kalau ada permintaan dari Sudin, tapi se lama ini belum ada.” Informan SD Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal yang disampaikan oleh telah sesuai dengan dokumen yang ada, bahwa Puskesmas Kecamatan menerima 14 dus MP-ASI biskuit yang direncanakan untuk didistribusikan pada Puskesmas Kelurahan Petogogan dan Cipete Utara masing-masing sebanyak 5 dus, sedangkan Puskesmas Kelurahan Rawa Barat mendapat 2 dus, dan 2 dus lagi menjadi stok cadangan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru. Perencanaan pendistribusian kepada baduta yang berada di wilayah rawan banjir juga dilakukan oleh TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan. Perencanaan distribusi juga dilakukan berdasarkan fakta pengalaman sebelumnya dan data geografi, yaitu wilayah yang memiliki daerah rawan banjir. Dari data tersebut diketahui bahwa terdapat 3 RW yang menjadi daerah rawan banjir dan alokasinya disamaratakan saja untuk setiap Posyandu di ketiga RW tersebut. TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan juga merencanakan untuk membuat stok MP-ASI di Puskesmas sebagai antisipasi kejadian banjir di waktu atau tempat yang lain. Untuk distribusi, direncanakan melalui kader Posyandu di wilayah banjir. Perencanaan pengawasan tidak dilakukan karena MP-ASI yang diberikan hanya sedikit sehingga tidak memerlukan pengawasan yang intensif. Perencanaan penilaian juga tidak dilakukan karena tidak ada instruksi untuk melakukan penilaian. Sedangkan untuk pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika ada permintaan dari Puskesmas Kecamatan. Berikut kutipan pernyataannya: “Kita enggak ada perencanaan khusus, paling cuma pas didrop kita siapin buat daerah yang rawan banjir. Dari data dan fakta yang ada kan di sini ada 3 wilayah nih, RW 01, 02 dan 03. Itu juga instruksi dari Kecamatan juga, kan Bu SD TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru udah tahu kalau di sana wilayah rawan banjir dan MP-ASI nya diperuntukkan ke mereka. Tapi kalau untuk jumlahnya saya bagi rata aja ke RW yang banjir sesuai yang kita terima. Kita akan kasih ke kader di tiap Posyandu yang terkena banjir untuk membagikan langsung ke ibu balita. Tahun 2012 ini saya terima 5 dus MP-ASI biskuit. Saya bagi rata ke setiap Posyandu di RW 01, 02 dan 03 sebanyak 28 rol bungkus. Sisa 2 dus untuk antisipasi kalau ada banjir lagi. Pengawasan dan pelaporan enggak ada perencanaannya sih, karena ini kan cuma sedikit ya, enggak seperti MP-ASI yang untuk baduta gizi kurang yang 90 hari, mungkin baru dibagi juga mereka bisa kangsung habis di tempat. Perencanaan evaluasi juga enggak ada, karena enggak diminta. Kalau pelaporan nanti kita lakukan kalau ada permintaan saja.” Informan YAP Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal yang disampaikan oleh TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan TPG Puskesmas Kelurahan telah sesuai dengan dokumen yang ada, bahwa Puskesmas Kelurahan Petogogan mendapat 5 dus MP- ASI biskuit. Setelah itu, TPG Puskesmas Kelurahan merencanakan pembagian ke posyandu secara merata. Perencanaan pendistribusian langsung kepada sasaran dilakukan oleh kader di ketiga RW di Kelurahan Petogogan yang mendapat bantuan MP-ASI. Perencanaan ini tidak dilakukan secara khusus, tetapi melalui kesepakatan antar kader saja di masing-masing posyandu. Perencanaan tersebut sangat memudahkan kader dalam menentukan sasaran dan metode pendistribusian MP-ASI tersebut. Ada yang menggunakan data jumlah balita sebagai dasar pendistribusian dan menyesuaikan dengan MP-ASI yang diterima sehingga setiap anak mendapat jumlah yang sama dengan harapan pembagiannya dilakukan secara adil. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Kita lihat jumlah balitanya. Kebetulan di posyandu Dahlia ini ada 28. Sesuai ya dengan jumlah MP-ASI yang kita dapat, jadi rencananya langsung dibagi rata semua aja. Tiap anak dapet 1 bungkus.” Informan ET “Balitanya ada 68, tapi kita dapat MP-ASI-nya cuma 4 pak. Kita siapinnya tiap 2 bungkus untuk 3 anak. Jadi tiap anak dapetnya 8 biji. Yang penting rata, adil pembagiannya.” Informan A Selain itu, karena MP-ASI yang diperoleh tidak sesuai dengan jumlah balitanya, ada juga kader yang berencana menambahkan makanan lain dengan menggunakan dana swadaya masyarakat. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Karena kita para kader dapetnya sedikit tapi balitanya banyak, jadi ya gimana caranya semua harus dapet, makanya setiap anak enggak mungkin dapet 1 bungkus. Tapi biar dapat banyakan, kita tambahin biskuit lain pakai uang kaleng s wadaya masyarakat aja.” Informan NR Akan tetapi ada juga yang berencana hanya membagi kepada baduta dan balita BGM berdasarkan data di Posyandu, berikut kutipan hasil wawancaranya: “Kita para kader enggak ngerencanain gimana-gimana, pas abis dikasih ya kita lihat aja yang kurus sama yang BGM-BGM. Karena kita utamain ke mereka, ya udah kita kasih ke mereka.” Informan SU “Perencanaan, enggak ada sih, tapi abis dapet MP-ASI, terus pas ditimbang dia BGM, ya kita kasih. Karena kan kadang bisa berubah ya.” Informan MT Berdasarkan telaah dokumen, diketahui bahwa perencanaan pendistribusian yang dilakukan kader tersebut telah sesuai dengan pernyataan kader, bahwa pembagiannya berbeda-beda karena jumlah balita dan baduta di setiap posyandu berbeda-beda. Perbedaan dalam perencanaan pendistribusian tersebut dikarenakan kader diberi kebebebasan dalam membagikan MP-ASI biskuit tersebut, selain itu pemberitahunnya adalah agar diberikan kepada balita, bukan hanya baduta. Berikut hasil wawancaranya: “Tolong dikasih aja sesuai nama-nama balita yang pernah ibu kader kasih waktu itu.” Informan YAP “Model bagiiinya beda-beda ya, terserah kita kader yang penting habis dibagikan.” Informan MT Dalam melakukan perencanaan tersebut terdapat hambatan. Hambatan yang ditemui di tingkat Kota adalah dalam menentukan jumlah konsumsi per hari, lama pemberian dan tempat penyimpanan MP-ASI. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan konsumsi dan anggaran daerah untuk biaya penyimpanan serta distribusi. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Hambatannya itu menentukan berapa lama dikasihnya, berapa banyak per hari dan tempat penyimpanan. Karena tidak ada ketentuan konsumsi di panduannya ya. Yang saya ketahui dari Dinas Dinkes Provinsi DKI Jakarta hanya kalau lebih dari 14 hari harus sudah didirikan dapur umum. Jadi pemberiannya perkiraan saja. Kemudian tempat penyimpanan, harusnya ada tempatnya lah untuk nyimpen, karena yang didrop kan lumayan banyak ya, tapi di Puskesmas kecamatan dan kelurahan kan tidak ada tempat penyimpanan khusus. Sedangkan kalau disimpan di gudang sudin yang di Jl. Pejaten itu tidak bisa karena tidak ada handling cost biaya transportasi, ongkos angkut.” Informan LH Pernyataan tersebut dibuktikan dengan tidak adanya dokumen perencanaan anggaran dari Sudinkes Jakarta Selatan serta tidak adanya ketentuan konsumsi MP-ASI biskuit dalam pedoman MP-ASI buffer stock yang telah dibuat oleh Kemenkes. Sedangkan hambatan yang dirasakan di tingkat kecamatan adalah belum adanya pemberitahuan pengalihan MP-ASI jika tidak terjadi banjir di wilayah- wilayah yang sudah diberikan MP-ASI. Selain itu, dikhawatirkan pula tanggal kadaluarsanya sudah mau habis, sehingga MP-ASI tersebut tidak terpakai. Berikut kutipan pernyataannya: “Hambatannya itu kalau sudah dikasih tapi enggak ada banjir, terus barang mau diapakan? Gitu aja, karena kadaluarsanya ternyata juga kan enggak lama. Dan belum ada instruksi jelas juga terkait itu.”Informan SD Hambatan ini diperkuat oleh pernyataan Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan bahwa MP-ASI biskuit tersebut hanya untuk bencana banjir, belum diperbolehkan untuk yang lain. Berikut kutipan pernyataannya: “Saya dikasih tahu bahwa itu jangan diperuntukkan yang lain dulu, hanya untuk bencana banjir saja.” Informan LH Sedangkan menurut staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes, jika MP-ASI yang ditujukan untuk bencana namun tidak terjadi bencana hingga MP-ASI tersebut hampir kadaluarsa, MP-ASI dapat diberikan kepada baduta yang membutuhkan sebagai program penganggulangan gizi buruk. Kebijakan tersebut dapat dibuat oleh kotamadya setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan, pada akhirnya, para pelaksana program di tingkat kecamatan dan kelurahan ada juga yang melakukan pengalihan MP-ASI bencana ini kepada baduta 2T atau BGM. Sehingga MP-ASI masih dapat dimanfaatkan dan tidak mubazir.

5.5 Gambaran Pengorganisasian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta

Korban Bencana Berdasarkan wawancara mendalam dengan koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan, setelah perencanaan dilakukanlah pengorganisasian. Pengorganisasian yang dilakukan adalah pemberian tugas kepada para pelaksana program, yaitu TPG Puskesmas Kecamatan, TPG Puskesmas Kelurahan hingga kader. Di tingkat Kota, penugasan dilakukan oleh Koordinator Gizi kepada TPG Puskesmas Kecamatan, tugas tersebut diberikan kepada TPG sebab mereka adalah tenaga yang bertanggung jawab melaksanakan program gizi di wilayah mereka. Hal ini disesuaikan dengan tupoksi para pelaksana gizi di Puskesmas masing- masing. Setiap Puskesmas Kecamatan memiliki TPG yang bertugas untuk mengelola dan melaksanakan program gizi. Tupoksi tersebut juga telah disesuaikan dengan bidang pendidikan mereka, yaitu gizi. Dalam program MP-ASI bencana ini, tugas yang diberikan kepada para TPG tidak dibuat secara tertulis tetapi secara lisan. Di tingkat Kota, penugasan dilakukan dalam rapat koordinasi yang diadakan oleh Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan. Tugas tersebut adalah mengambil MP-ASI di Sudinkes Jaksel dan mendistribusikan MP-ASI tersebut. Selanjutnya, TPG diberikan wewenang untuk mengatur pendistribusiannya, yaitu dapat dilakukan melalui para TPG kelurahan atau langsung kepada sasaran. Berikut kutipan pernyataannya: “Di puskesmas yang bertanggung jawab adalah TPG, sesuai dengan tupoksinya sebagai pengelola dan pelaksana program gizi, juga sesuai dengan bidangnya kan, yaitu lulusan gizi. Pembagian tugasnya adalah ketika saya terima barang, nanti saya tinggal ngomong ke TPG-TPG untuk ngambil, terus didistribusikan. Nanti terserah mereka mau melalui Puskesmas Kelurahan atau langsung ke lokasi, tapi teman-teman TPG Pusk esmas Kecamatan kebanyakan membagikan ke Kelurahan.” Informan LH Pengorganisasian ini memang tidak dilakukan secara tertulis, namun berdasarkan hasil telaah dokumen dari profil Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, juga diperoleh hasil bahwa pengorganisasian dilakukan kepada TPG Puskesmas Kecamatan yang memiliki tupoksi sebagai penanggung jawab program gizi yang juga merupakan lulusan bidang gizi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, pengorganisasian yang dilakukan dari tingkat Kota ke kecamatan sudah sesuai dengan pernyataan Koordintor gizi Sudinkes Jakarta Selatan. Setelah tugas dari koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan diterima TPG Puskesmas Kecamatan kebayoran Baru, tugas tersebut selanjutnya diberikan kepada TPG Puskesmas kelurahan, salah satunya Puskesmas Kelurahan Petogogan. Penugasan dan pemberian wewenang yang sama juga dilakukan secara lisan melalui telepon. Berikut kutipan pernyataannya: “Habis itu saya juga menugaskan TPG Kelurahan yang dapet MP-ASI ini. Kan sesuai sama jabatannya, penanggung jawab program gizi. Jadi yang bertanggung jawab dalam pemberian MP-ASI ini TPG kelurahan langsung, begitu banjir di situ langsung dibagikan ke keluarga tersebut. Bisa lewat kader atau langsung ya, tapi pasti dibantu kader. Saya juga minta nanti dibuat pencatatan jumlah MP- ASI yang diberikan.” Informan SD Menurut TPG Puskesmas Kelurahan, pengorganisasian yang dilakukan oleh TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru telah sesuai dengan pernyataaanya. Sedangkan pembagian tugas yang dilakukan oleh TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan kepada para kader dilakukan secara lisan dengan mengumpulkan mereka di puskesmas sekaligus langsung membagikan MP-ASI tersebut. TPG juga memberikan wewenang kepada kader untuk mengatur pembagian MP-ASI tersebut kepada balita di wilayahnya. Berikut kutipan pernyataannya: “Kan ada 6 posyandu, saya minta mereka kader datang ke puskesmas. Saya bilang ke kader, ini ada MP-ASI biskuit untuk yang kena banjir. Tolong dikasih aja sesuai nama-nama balita yang pernah ibu kasih waktu itu.” Informan YAP Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi makanan Kemenkes RI, diketahui bahwa pengorganisasian di tingkat Kemenkes tertera dalam panduan pengelolaan MP-ASI buffer stock tahun 2010 dan 2011. Pengelolaan MP-ASI buffer stock saat ini dilakukan oleh

Dokumen yang terkait

Pengalaman Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pembantu Tanjung Gusta Medan Tahun 2010

3 70 50

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan tidak naik (sT) pada baduta gakin setelah pemberian program MP-Asi kemenkes di kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

4 43 192

Persepsi Warga di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehaan

0 3 101

Persepsi warga di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan terhadap program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan

0 19 0

Penilaian Ekonomi Ganti Rugi Lahan pada Program Normalisasi Sungai di DKI Jakarta (Studi Kasus: Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Jakarta Selatan)

5 28 90

Penilaian ekonomi ganti rugi lahan pada program normalisasi sungai di DKI Jakarta (Studi Kasus: Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Jakarta Selatan)

0 2 175

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 2 17

BA Aanwijzing Pengadaan Biskuit MP ASI TA. 2012

0 0 1