ke kecamatan sudah sesuai dengan pernyataan Koordintor gizi Sudinkes Jakarta Selatan. Setelah tugas dari koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan diterima TPG
Puskesmas Kecamatan kebayoran Baru, tugas tersebut selanjutnya diberikan kepada TPG Puskesmas kelurahan, salah satunya Puskesmas Kelurahan
Petogogan. Penugasan dan pemberian wewenang yang sama juga dilakukan secara lisan melalui telepon. Berikut kutipan pernyataannya:
“Habis itu saya juga menugaskan TPG Kelurahan yang dapet MP-ASI ini. Kan sesuai sama jabatannya, penanggung jawab program gizi. Jadi yang
bertanggung jawab dalam pemberian MP-ASI ini TPG kelurahan langsung, begitu banjir di situ langsung dibagikan ke keluarga tersebut.
Bisa lewat kader atau langsung ya, tapi pasti dibantu kader. Saya juga minta nanti dibuat pencatatan jumlah MP-
ASI yang diberikan.” Informan SD
Menurut TPG Puskesmas Kelurahan, pengorganisasian yang dilakukan oleh TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru telah sesuai dengan pernyataaanya.
Sedangkan pembagian tugas yang dilakukan oleh TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan kepada para kader dilakukan secara lisan dengan mengumpulkan
mereka di puskesmas sekaligus langsung membagikan MP-ASI tersebut. TPG juga memberikan wewenang kepada kader untuk mengatur pembagian MP-ASI
tersebut kepada balita di wilayahnya. Berikut kutipan pernyataannya: “Kan ada 6 posyandu, saya minta mereka kader datang ke puskesmas.
Saya bilang ke kader, ini ada MP-ASI biskuit untuk yang kena banjir. Tolong dikasih aja sesuai nama-nama balita yang pernah ibu kasih
waktu itu.” Informan YAP Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi
Subdit Bina Konsumsi makanan Kemenkes RI, diketahui bahwa pengorganisasian di tingkat Kemenkes tertera dalam panduan pengelolaan MP-ASI buffer stock
tahun 2010 dan 2011. Pengelolaan MP-ASI buffer stock saat ini dilakukan oleh
pusat. Provinsi, kotamadya dan sebagainya bertugas melakukan pengajuan MP- ASI sesuai kebutuhan mereka, mendistribusikan, melakukan pemantauan serta
pencatatan dan pelaporan. Sosialisasi, termasuk pembagian buku panduan telah dilakukan oleh Kemenkes kepada Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2010.
Akan tetapi, penugasan dari Kemenkes terkait pemantauan dan pelaporan hasil kegiatan luput dilakukan. Sehingga penugasan untuk melakukan pengawasan dan
pelaporan hasil kegiatan juga tidak dilakukan hingga tingkat kelurahan. Selain karena belum adanya penekanan untuk melakukan pemantauan dan
pelaporan hasil kegiatan pemberian MP-ASI ini, hambatan lain yang ditemui dalam melakukan pembagian tugas kepada para tenaga pelaksana ialah kordinator
gizi Sudinkes Jakarta Selatan belum menerima petunjuk pelaksanaan dan teknis juklak juknis Kemenkes terkait program ini, sehingga beliau merasa belum
begitu jelas ketentuan pengorganisasiannya. Hal ini dikarenakan beliau baru menjabat sebagai koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan awal tahun 2012,
sedangkan sosialisasi program MP-ASI buffer stock oleh Kemenkes sudah dilakukan pada tahun 2010, sehingga yang mendapat sosialisasi program tersebut
dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta adalah koordinator gizi yang sebelumnya. Oleh sebab itu, tugas yang ia berikan kepada TPG Kecamatan tidak
mengacu pada juklak juknis tetapi disesuaikan dengan tujuan program yaitu memberikan MP-ASI kepada baduta yang menjadi korban bencana banjir di
Jakarta Selatan. Sedangkan pembagian tugas di tingkat kecamatan dan kelurahan mengikuti tugas dari tingkat Kota. Kemudian berdasarkan telaah dokumen,
pedoman MP-ASI buffer stock tersebut tidak ditemukan di tingkat Kota hingga
kelurahan, sehingga ketentuan-ketentuan terkait program ini tidak dapat diketahui secara lengkap.
5.6 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban
Bencana
Berdasarkan wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi makanan Kemenkes RI, setelah permintaan MP-ASI diterima oleh pusat
kemudian disesuaikan dengan stok MP-ASI yang ada. Melihat stok MP-ASI masih cukup, maka dikeluarkanlah MP-ASI sebanyak 1 ton untuk Jakarta Selatan sesuai
permintaan yang diajukan. MP-ASI tersebut langsung disitribusikan ke tingkat kota karena prinsip pendistribusian dapat dilakukan hingga tingkat kota dan untuk
wilayah DKI Jakarta pendistribusian memang bisa dilakukan hingga tingkat kota agar lebih efisien. Berikut kutipan pernyataannya:
“Kita terima permintaan MP-ASI untuk Jakarta Selatan, setelah ada persetujuan kemudian kita drop. Sebenarnya prinsipnya kita bisa ngirim
sampai lokasi paling jauh itu sampai tingkat kota, selama kita ada anggaran distribusinya. Untuk wilayah DKI Jakarta bisa langsung ke kotamadya,
enggak masalah, karena pertimbangan biaya dan agar lebih efisien juga ya. Tapi kalau distribusi ke sasaran itu wewenang pemerintah daerah, silakan
bikin kebijakan sendiri.” Informan MS Pendistribusian tersebut sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan
Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan bahwa distribusi memang dilakukan oleh Kemenkes. Kemenkes, melalui rekanannya dan dengan berkoordinasi dengan
Dinas Provinsi DKI Jakarta, langsung mendistribusikan MP-ASI ke kantor Sudinkes Jakarta Selatan. Hal ini karena tidak ada anggaran untuk penyimpanan di
gudang serta agar memudahkan pendistribusian kepada Puskesmas Kecamatan. Berikut kutipan pernyataannya:
“Jadi dari kementerian lewat rekanannya, terus dikoordinasikan ke dinas provinsi untuk langsung didrop ke sudin, nah nanti dinas provinsi hubungi
kita, terus langsung dianter ke kita. Kalau yang 1 ton sekarang ini karena enggak ada anggaran penyimpanan dan distribusi, jadi langsung didrop ke
kantor aja. Kalau di gudang kan nanti kalau Puskesmas mau ambil susah
kan, karena gudangnya enggak jadi satu dengan Sudin.” Informan LH Pelaksanaan pendistribusian di tingkat Kota telah sesuai perencanaan singkat
yang disusun, yaitu membagikan secara merata dan sesegera mungkin setelah menerima barang. Berdasarkan telaah dokumen melalui tanda terima dan surat
pengiriman MP-ASI, dari 1 ton atau sebanyak 143 dus MP-ASI biskuit yang diterima, dibagikan secara merata kepada semua Puskesmas Kecamatan, yaitu
sebanyak 14-18 dus MP-ASI. Pendistribusian tidak dilakukan oleh Sudinkes Jakarta Selatan, tetapi pihak Puskesmas Kecamatan yang mengambil MP-ASI
tersebut. Begitu pula dengan pelaksanaan pendistribusian MP-ASI di tingkat
kecamatan, bahwa telah sesuai dengan perencanaan teknis yang dilakukan dan telah sesuai dengan dokumen tanda terima distribusi MP-ASI biskuit.
Pendistribusiannya dilakukan langsung kepada puskesmas-puskesmas kelurahan yang memiliki daerah rawan banjir. Di Puskesmas Kelurahan, TPG yang
bertanggung jawab dalam pemberian kepada keluarga balita. Berikut kutipan pernyataannya:
“Kita ambil barang MP-ASI sebanyak 14 dus ke Sudin pakai ambulans, terus langsung dibagikan ke 3 Puskesmas Kelurahan yang rawan banjir,
karena kita juga enggak ada tempat buat nyimpen. Instruksinya hanya via telepon ke TPG. Sasarannya ya baduta di wilayah banjir itu. Diberikannya
hanya saat banjir dan harusnya pas banjir ya. Nanti Bu YAP TPG
Puskesmas Kelurahan Petogogan yang kasih ke keluarga balita, bisa juga dibantu kader ya. Satu anak dapet 1 pak yang isinya 7 bungkus. Itu untuk 1
minggu, jadi 1 bungkus untuk makan 1 hari. Kalau pun nimbul banjir lagi, ya dikasih lagi kalau stok masih ada, dan kalau kurang di sini masih ada
kok, tapi biasanya sebelum diminta, saya udah tau, nanti kita kasih dari stok kita, atau misal dari Cipete Utara kan belum dipakai, ini bisa kita alihkan ke
sana.” Informan SD Pendistribusian di tingkat kelurahan juga telah sesuai dengan perencanaan
yang dibuat, yaitu membagi rata MP-ASI yang diterima kepada seluruh kader di wilayah rawan banjir. MP-ASI yang diberikan pun sesuai dengan pernyataan TPG
Puskesmas Kelurahan Petogogan dan kader, serta sesuai dengan dokumen tanda terima distribusi MP-ASI. MP-ASI yang diberikan kepada setiap kader sebanyak 4
pak atau sebanyak 28 bungkus. Sedangkan sisa 2 buah dus MP-ASI yang direncanakan untuk antisipasi banjir lagi, kemudian diberikan kepada Posyandu
lain karena banjir tidak terjadi lagi dan dengan pertimbangan tanggal kadaluarsa yang tidak lama lagi dan agar MP-ASI tersebut tidak mubazir. Setelah dibagikan
kepada para kader, mereka yang menentukan pembagiannya kepada para ibu balita. Berikut kutipan pernyataannya:
“Dari 5 dus yang saya dapet, 3 dus dikasih ke 3 RW yang kena banjir. Aku bagiinnya itu samain aja sih, kan ada 6 posyandu, jadi setiap posyandu aku
kasih 28 roll 4 pak. Nah terus kan sisa 2 dus, aku bagiin ke tempat lain yang enggak kena banjir tapi disana ada juga balita BGM-nya, habis saya
rasa perlu juga, dan dari pada expired numpuk disini. Setelah diberikan,
nanti terserah kader ngebagiin ke balitanya.”Informan YAP Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan pemberian MP-ASI ini adalah
belum adanya ketentuan konsumsi, sehingga pelaksanaannya di lapangan bisa dilakukan ketika banjir atau bahkan lain waktu. Sasaran yang diberikan pun bisa
terjadi bukan hanya yang usia 6-24 bulan, melainkan semua balita. Begitu pula porsi pemberian MP-ASI, ada yang membagikan rata kepada seluruh balita sesuai