Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan Jakarta Selatan Tahun 2012

(1)

DI KELURAHAN PETOGOGAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh : MIZNA SABILLA NIM: 108101000011

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1433 H / 2012 M


(2)

ii PEMINATAN GIZI

Skripsi, Oktober 2012

Mizna Sabilla, NIM: 108101000011

Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan Jakarta Selatan Tahun 2012

xxi + 124 halaman, 9 tabel, 1 gambar, 3 bagan, 5 lampiran

ABSTRAK

Program MP-ASI biskuit untuk korban bencana bertujuan untuk mengantisipasi agar baduta di daerah bencana tidak mengalami gizi kurang serta mempertahankan status gizi baduta yang sudah baik.Sasaran pemberian MP-ASI adalah anak usia 6-24 bulan di daerah rawan bencana. Akan tetapi, berdasarkan studi pendahuluan, MP-ASI tersebut diberikan kepada semua anak usia 0-5 tahun, sedangkan usia 0 – 6 bulan masih harus diberikan ASI secara eksklusif. Selain itu pengawasan dan penilaian program ini juga belum dilaksanakan, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2012 dengan sasaran objek yang diteliti yaitu Staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI, Koordinator Gizi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan, Kader Kesehatan Puskesmas Kelurahan Petogogan dan ibu baduta korban bencana banjir yang mendapat MP-ASI.

Dalam melaksanakan program MP-ASI buffer stock untuk bencana ini masih terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman pemberian MP-ASI serta ketentuan pemberian makan pada baduta. Hal ini terbukti dengan adanya pemberian MP-ASI pada usia di bawah 6 bulan dan di atas 2 tahun. Pengawasan, pelaporan hasil kegiatan dan penilaian program ini belum dilakukan oleh petugas pelaksana tingkat manapun. Kelemahan tersebut disebabkan belum adanya ketentuan konsumsi MP-ASI


(3)

iii

dilakukan pendataan sasaran terlebih dahulu. Perencanaan untuk melakukan pengawasan, penilaian dan pelaporan hasil kegiatan juga perlu dilakukan. Petunjuk teknis mengenai ketentuan konsumsi MP-ASI ini perlu ditambahkan dalam pedoman MP-ASI buffer stock yang telah dibuat. Selain itu, sosialisasi dan publikasi buku pedoman program ini perlu dilakukan kembali, salah satunya bisa melalui situs perpustakaan Kemenkes RI.

Kata kunci: MP-ASI buffer stock, Bencana banjir, Manajemen


(4)

iv SPECIALIZATION NUTRITION

Undergraduate Thesis, October 2012

Mizna Sabilla, NIM: 108101000011

Analysis of Management of Providing Complementary Breastfeeding Program among Children Less than Two Years at the Flood Victims in Petogogan Village, South Jakarta in 2012

xxi + 124 pages, 9 tables, 1 picture, 3 charts, 5 attachments

ABSTRACT

Complementary breastfeeding in disaster aims to anticipate that toddlers in the affected areas did not experience poor nutrition and maintaining nutritional status of children that have been good. The goal of providing a complementary breastfeeding is children aged 6-24 months in disaster prone areas, but the complementary breastfeeding is given to all children aged 0-5 years. Though the age of 0-6 months should still be breastfed exclusively. Besides monitoring and assessment program also has not been implemented. So, the research is done to make aware about the implementation of management include planning, organizing, actuating, monitoring and evaluation of complementary breastfeeding to under two years of age children victims of the floods in the village Petogogan, sub-district Kebayoran Baru, South Jakarta in 2012.

This study used a qualitative approach with in-depth interviews, observation and document review. The research was conducted in June-August2012 with the object to be studied is Staff of Sub-Directorate Development Food Consumption of Indonesia Ministry of Health, Nutrition Coordinator of South Jakarta Health Department, Nutrition Staff of Kebayoran Baru District Health Center, Nutrition Staff of Petogogan Village Health Center, Health Cadre and mother toddler flood victims who received complementary breastfeeding biscuits. This study can be used as an evaluation of the complementary breastfeeding in South Jakarta, especially Petogogan Village.

In the implementation of the program, there is still a discrepancy with the planning and provision of guidelines for complementary breastfeeding and feeding in children. This is proven by the provision of complementary breastfeeding at under 6 months of age and over 2 years. Monitoring, reporting and assessment of the results of the activities of this program has not been done by any level executive officers.

So that the program can achieve its objectives, it is necessary to inventory planning goals first. Planning for monitoring, assessment and reporting of the results of


(5)

v

go through the library website Indonesia Ministry of Health.

Key word: Buffer Stock complementary breastfeeding, Flood Disaster, Management


(6)

(7)

(8)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati

dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan

berikutnya tanpa kehilangan semangat.

-Winston Churcill-

Skripsi ini kupersembahkan untuk Mama,

Papa, dan Kakakku, kalian adalah semangatku

untuk mencapai keberhasilan.

I love you all.


(9)

ix

Nama Lengkap : Mizna Sabilla

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Juli 1990

Alamat : Jln. Abdul Wahab No. 30 Rt. 04

Rw. 08 Kedaung, Sawangan Depok 16516

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : mizna.sabilla@yahoo.co.id

No. Ponsel : 085715610600

Riwayat Pendidikan :

1994 – 1996 TK Raudhatul Ilmiyah, Jakarta Selatan

1996 – 2002 SDN 04, Jakarta Selatan

2002 – 2005 SMPN 68 Jakarta

2005 – 2008 SMAN 34 Jakarta

2008 - sekarang Peminatan Gizi - Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi :

2004 – 2006 Bendahara Ikatan Pemuda Musholla Kedaung, Depok

2006 – 2007 Bendahara Karang Taruna Kelurahan Kedaung, Depok

2006 – 2007 Anggota ROHIS SMAN 34 Jakarta

2009 – 2010 Anggota Divisi Kesenian dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 – 2012 Sekretaris Divisi Kesenian dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(10)

x 2. Jurnalis majalah “Sehat Plus” tahun 2009


(11)

xi

Assalamu ‘Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan, Jakarta Selatan Tahun 2012” dengan baik, meskipun tidak terlepas dari kekurangan. Shalawat dan salam senantiasa tecurahkan kepada Rosul tercinta yang telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu dengan ikhlas dan penuh kerendahan hati penulis ingin menghaturkan rasa syukur sebagai implementasi dari rasa terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis, Mama Tri Lestari dan Papa Zunawan, SH, MBA tercinta atas

doa, kasih sayang dan dukungan yang tak terhingga.

2. Kakanda Aby Maulana, SH atas dukungan dan doanya.

3. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And beserta staf.

4. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dan Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat, Yuli Amran, MKM yang senantiasa mengorganisasi Prodi Kesehatan Masyarakat dengan baik.


(12)

xii

petunjuk serta motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi.

7. Dosen pembimbing akademik, Iting Shofwati, ST, MKKK, terima kasih atas bimbingannya selama perkuliahan.

8. Penguji skripsi, Febrianti, M.Si, Riastuti Kusumawardhani, SKM, MKM dan Ir. Itje Aisah Ranida, M.Kes yang bersedia meluangkan waktunya untuk menguji serta memberi kritik serta saran guna perbaikan skripsi penulis.

9. Seluruh informan penelitian yang telah bersedia menerima, membantu dan memberikan informasi kepada penulis seputar topik penelitian.

10. Staf Program Studi Kesehatan Masyarakat, Ahmad Ghozali yang telah

membantu mengurus kelancaran administrasi selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi.

11. Seluruh teman-teman Kesehatan Masyarakat tahun 2008, terutama teman-teman

seperjuangan Rovita, Novia dan Zumrotun yang telah saling membantu, memberi dukungan dan bersama-sama berbagi suka duka hingga penyusunan skripsi selesai. Peristiwa 1 Oktober 2012 sepertinya tidak akan terlupakan ya, Zum. 12. Sahabat terbaik, Meyta Fitriani yang senantiasa berbagi dan memberi dukungan

dalam hidup penulis.

13. Para kakak kelas Kesmas, Kak Tika, Kak Hapsari, Kak Arbi, Kak Tamalia, Kak

Pipit dan Kak Ayu Pradipta atas diskusi dan masukkannya.

14. Seseorang yang berinisial “SB”, terima kasih ya, kau adalah semangat baru bagiku.


(13)

xiii

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar di masa mendatang penulis dapat menyusun karya ilmiah yang lebih baik lagi. Semoga skripsi ini akan memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Wassalamu ‘Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Jakarta, Oktober 2012


(14)

xiv

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN………..…. i

ABSTRAK………... ii

ABSTRACT………... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN………... vi

LEMBAR PENGESAHAN………..…. vii

LEMBAR PERSEMBAHAN……….. viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ix

KATA PENGANTAR……….. xi

DAFTAR ISI……….. xiv

DAFTAR TABEL……….. xviii

DAFTAR BAGAN………. xix

DAFTAR GAMBAR………. xx

DAFTAR LAMPIRAN………. xxi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1Latar Belakang ……… 1.2Rumusan Masalah ………... 1.3Pertanyaan Penelitian ……… 1 5 6 1.4 Tujuan Penelitian ………. 7

1.4.1 Tujuan Umum………... 7

1.4.2 Tujuan Khusus ……… 7

1.5 Manfaat Penelitian ……….. 8

1.5.1 Bagi Peneliti………. 1.5.2 Bagi Kader Posyandu di Kelurahan Petogogan……... 8 8 1.5.3 Bagi Puskesmas Kelurahan Petogogan dan Kecamatan Kebayoran Baru……….. 9

1.5.4 Bagi Koordinator Gizi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan……… 9


(15)

xv

RI………. 9

1.5.6 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ………... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ………..……..……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 11

2.1Bencana……….………. 11

2.1.1 Pengertian Bencana ……..……… 11

2.1.2 Jenis-jenis Bencana……… 11

2.1.3 Tanggap Darurat Bencana……….. 12

2.1.4 Prinsip dan Tujuan Penanggulangan Bencana... 12

2.2 Pengertian MP-ASI………. 13

2.3 Pemberian Makan Anak dalam Situasi Darurat …………... 15

2.4 Program MP-ASI Buffer Stock ………. 16

2.4.1 Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana... 16

2.4.2 Tujuan Pemberian MP-ASI ……… 17

2.4.3 Spesifikasi MP-ASI Biskuit ………. 18

2.4.4 Cara Menghidangkan MP-ASI Biskuit ……… 20

2.4.5 Langkah Kegiatan Pemberian MP-ASI di Lokasi Bencana ……….. 21

2.5 Manajemen Kesehatan ……… 27

2.5.1 Pengertian Manajemen Kesehatan ……….. 27

2.5.2 Fungsi Manajemen Kesehatan ……….. 28

2.6 Kerangka Teori ……… 34

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH………….... 36

3.1 Kerangka Pikir ……….……… 36

3.2 Definisi Istilah ………. 37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 40


(16)

xvi

4.3 Informan Penelitian ………..………... 41

4.4 Pengumpulan Data ……….. 44

4.5 Instrumen Penelitian ……… 4.6 Sumber Data ……… 4.7 Validasi Data ……….. 4.8 Pengolahan dan Analisis Data ……….. 4.9 Penyajian Data ………... 44 45 45 46 47 BAB V HASIL……… 48

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian………. 48

5.1.1 Keadaan Geografis……….. 49

5.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Kelurahan Petogogan…….. 50

5.1.3 Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Petogogan……… 50

5.1.4 Sarana Pelayanan Kesehatan……….. 53

5.1.5 Keadaan Sosial Ekonomi……… 54

5.2 Gambaran Umum Informan Penelitian……….. 54

5.2.1 Karakteristik Informan Penelitian……… 54

5.3 Gambaran Umum Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana di Puskesmas Kelurahan Petogogan………... 59 5.4 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana………. 61

5.5 Gambaran Pengorganisasian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana………. 68

5.6 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana……… 72

5.7 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana……… 82


(17)

xvii

Korban Bencana……….. 84

BAB VI PEMBAHASAN ……….. 87

6.1 Keterbatasan Penelitian……… 87

6.2 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana ……… 87

6.3 Gambaran Pengorganisasian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana………. 97

6.4 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana………. 100

6.5 Gambaran Pengawasan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana……….. 111

6.6 Gambaran Penilaian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana……….. 113

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ………... 117

7.1 Simpulan ……….. 117

7.2 Saran ……… 118

7.2.1 Bagi Kader Posyandu……….. 118

7.2.2 Bagi TPG Puskemas Kelurahan Petogogan…………. 119

7.2.3 Bagi TPG Puskemas Kecamatan Kebayoran Baru….. 120

7.2.4 Bagi Koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan…… 120

7.2.5 Bagi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI.. 121

DAFTAR PUSTAKA ……… 122


(18)

xviii

No. Tabel Halaman

2.1 Komposisi Gizi dalam 100 gram MP-ASI Biskuit 19

4.1 Informan Penelitian 42

5.1 Daerah Rawan Banjir di Wilayah Kelurahan Petogogan 49

5.2 Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Kesehatan Puskesmas

Kelurahan Petogogan Tahun 2011

51

5.3 Sarana Pelayanan Kesehatan di wilayah Kelurahan

Petogogan

53

5.4 Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan 54

5.5 Karakteristik Informan Pendukung Program MP-ASI

Bencana

55

5.6 Karakteristik Kader Posyandu RW 01, 02 dan 03 57

5.7 Karakteristik Informan Ibu Baduta yang Mendapat

MP-ASI biskuit


(19)

xix

No. Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori 35

3.1 Kerangka Pikir Program MP-ASI Biskuit pada Korban

Bencana

37


(20)

xx

No. Gambar Halaman


(21)

xxi

Lampiran 1 Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Lembar Telaah Dokumen


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bertambahnya umur bayi, bertambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak usia 6 bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI (ASI). Pemberian MP-ASI yang tepat merupakan bekal terbaik bagi seorang bayi untuk menjamin proses tumbuh kembang yang optimal. Diperkirakan lebih dari satu juta anak meninggal setiap tahun akibat diare, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi lainnya karena berbagai sebab yang salah satunya akibat pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Hal ini terutama terjadi pada korban bencana (Depkes, 2007a).

Salah satu indikator keluaran Pembinaan Gizi Masyarakat yang berkaitan dengan pemberian MP-ASI dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014 adalah penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana sebesar 100 %. Hal ini disebabkan Indonesia merupakan daerah rawan bencana alam. Bencana merupakan keadaan darurat kesehatan yang akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada kehidupan masyarakat di daerah bencana, namun juga pada kehidupan bangsa dan negara. Dalam kondisi tersebut anak-anak seringkali lebih banyak yang menjadi korban (Kemenkes, 2010b).

Dalam keadaan darurat (bencana dan pasca bencana) banyak masalah yang timbul berkaitan dengan anak di bawah dua tahun (baduta). Kondisi tersebut dapat meningkatkan angka kesakitan pada bayi dan anak. Mereka merupakan kelompok yang paling rawan dan memerlukan penanganan khusus agar terhindar dari sakit dan


(23)

kematian. Pengalaman di pengungsian di Asia dan Afrika menunjukkan bahwa angka kematian tinggi terutama terjadi pada kelompok rawan tersebut (Depkes, 2001). Penelitian lain menunjukkan bahwa kematian anak baduta 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada semua kelompok umur (WHO-UNICEF, 2001 dalam Depkes, 2007a).

Risiko kematian lebih tinggi pada anak-anak yang menderita kekurangan gizi. Bayi yang kekurangan gizi lebih mudah meninggal dibandingkan dengan bayi yang berstatus gizi baik (cukup makan). Pemberian makanan yang tidak tepat pada usia ini meningkatkan risiko terhadap penyakit dan kematian. Data WHO 2001 menyebutkan bahwa 51 % angka kematian anak baduta disebabkan oleh pneumonia, diare, campak, dan malaria. Lebih dari separuh kematian baduta yang menjadi pengungsi tersebut (54%) berkaitan erat dengan buruknya status gizi (Depkes, 2001 dan Depkes, 2007a).

Selama ini bantuan pangan yang diberikan pada korban bencana lebih banyak ditujukan untuk usia dewasa, seperti mie instan. Mie instan memiliki kandungan gizi yang rendah serta masih memerlukan pengolahan lebih lanjut, sedangkan di daerah bencana ditemukan kondisi seperti kekurangan pangan dan air bersih, padatnya penghuni, serta sanitasi yang buruk. Akan tetapi korban bencana usia baduta membutuhkan asupan gizi yang lebih baik. Terlebih lagi dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Masa tersebut disebut juga masa emas dimana sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Hadi, 2005). Oleh karena itu prioritas penanganan utama pada baduta


(24)

ditekankan pada upaya pencegahan dan pengobatan, yakni dengan memperbaiki pemberian makan kepada bayi dan anak. Pemenuhan gizi baduta ini didapatkan dari MP-ASI (Depkes, 2007a).Upaya pemenuhan gizi di tempat pengungsian seperti pemberian makanan tambahan tersebut belum optimal karena adanya keterbatasan seperti tenaga, sarana, tata laksana pemberian makanan tambahan dan sistem surveilans (Depkes, 2001).

Banjir merupakan bencana alam yang rutin terjadi di DKI Jakarta setiap tahunnya. Menurut salah seorang Anggota Komisi IX DPR, mayoritas lokasi banjir berada di Jakarta Selatan (Fitriadi, 2012). Di Jakarta Selatan, Kecamatan Kebayoran Baru merupakan wilayah yang memiliki beberapa daerah rawan banjir. Di Kecamatan Kebayoran Baru, daerah rawan banjir terbanyak terdapat di Kelurahan Petogogan (Sudinkes Jakarta Selatan, 2011). Kelurahan Petogogan sejak dahulu memang dikenal sebagai daerah banjir. Jika dilihat secara geografis, keberadaan daerah ini persis cekungan yang melintang serta dialiri air Sungai Krukut. Letak wilayah yang berbentuk seperti wajan atau penggorengan semakin memperbesar kemungkinan timbulnya genangan air ketika hujan turun (Sumandoyo, 2012). Lintasan air Sungai Krukut di Kelurahan Petogogan memang menjadi masalah besar, karena setiap meluap maka seluruh pemukiman yang berada di tiga RW, yaitu RW 01, 02 dan 03 akan tergenang air setinggi 2 hingga 3 meter (Husaini, 2012).

Berdasarkan penelitian Tunjiah (2005) dalam Ningrum (2008) tentang evaluasi kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Makanan Pendamping ASI Blended Food (PMT-P MP-ASI) dalam keadaan tidak darurat menunjukkan hasil bahwa penyelenggaraan fungsi-fungsi proses perencanaan (P1), pelaksanaan


(25)

dan penggerakan (P2) dan monitoring evaluasi (P3) belum efektif karena penyelenggaraannya belum sesuai dengan yang telah digariskan, hal ini terjadi sebagai akibat dari aspek kinerja para pengelola program yang belum produktif. Program pemberian MP-ASI untuk baduta dalam keadaan tidak darurat belum efektif karena pelaksanaan pemberian MP-ASI secara gratis tidak tepat sasaran, ditolak (tidak disukai) oleh masyarakat dan akhirnya tidak sedikit yang menumpuk di gudang serta tempat penyimpanan lainnya. Nilai efektif dari program MP-ASI tersebut hanya kurang lebih 12,4% (Sofia et al., 2004 dalam Hadi, 2005). Program bantuan pangan seperti MP-ASI ini untuk baduta dalam keadaan normal (bukan darurat) umumnya tidak efektif, kecuali jika diberikan dalam keadaan darurat seperti bencana tsunami di Aceh, perang, gejolak politik, banjir dan sebagainya (Hadi, 2005). Pemberian MP-ASI tersebut bertujuan untuk mengantisipasi agar baduta di daerah bencana tidak mengalami gizi kurang serta mempertahankan status gizi baduta yang sudah baik (Kemenkes, 2011). Sehingga baduta korban banjir di kelurahan Petogogan diberikan bantuan pangan berupa MP-ASI biskuit.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Kelurahan Petogogan, diketahui bahwa pada saat banjir di wilayah Petogogan tahun 2012 sudah dilaksanakan pemberian MP-ASI biskuit. Pemberian MP-ASI pada baduta yang menjadi korban banjir tersebut bertujuan untuk memberi bantuan pangan dan mencegah terjadinya gizi buruk. Apalagi para korban banjir bukanlah keluarga yang tergolong ekonomi menengah atas. Dalam program tersebut, perencanaan belum dilakukan secara optimal, yakni belum melakukan perencanaan


(26)

kebutuhan MP-ASI berdasarkan dengan jumlah baduta yang ada. Selain itu dalam pelaksanaannya, MP-ASI tersebut diberikan kepada semua anak usia 0-5 tahun. Sedangkan sasaran pemberian MP-ASI buffer stock tersebut adalah anak usia 6-24 bulan di daerah rawan bencana (Kemenkes, 2011). Kemudian dalam Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat tahun 2007, usia 0 – 6 bulan masih harus diberikan ASI secara eksklusif. Selain itu, pengawasan dan penilaian program ini juga belum dilakukan, sedangkan menurut Kemenkes (2012a), frekuensi pengamatan kegiatan pemberian MP-ASI buffer stock adalah setiap saat dan menurut Kemenkes (2011), penilaian dilakukan secara berjenjang sebanyak 2 kali dalam setahun. Dari fakta tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan kajian lebih mendalam tentang manajemen program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian .

1.2Rumusan Masalah

Pemberian MP-ASI biskuit di Kelurahan Petogogan dilakukan di 3 RW yang menjadi daerah rawan banjir, yaitu RW 01, 02 dan 03 untuk menanggulangi bencana dan mencegah terjadinya gizi buruk. Apalagi para korban banjir bukanlah keluarga yang tergolong ekonomi menengah atas.Dalam program tersebut, perencanaan belum dilakukan secara optimal, yakni belum melakukan perencanaan kebutuhan MP-ASI berdasarkan dengan jumlah baduta yang ada, sedangkan menurut Kemenkes (2011), permintaaan MP-ASI dilakukan sesuai kebutuhan untuk


(27)

baduta usia 6-24 bulan. Kemudian dalam pelaksanaannya, MP-ASI tersebut juga diberikan kepada bayi berusia di bawah 6 bulan. Sedangkan dalam Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat tahun 2007, usia 0 – 6 bulan masih harus diberikan ASI secara eksklusif. Selain itu, pengawasan dan penilaian program ini juga belum dilakukan, sedangkan menurut Kemenkes (2012a), frekuensi pengamatan kegiatan pemberian MP-ASI ini adalah setiap saat dan menurut Kemenkes (2011), penilaian dilakukan secara berjenjang sebanyak 2 kali dalam setahun.

Berdasarkan hal tersebut, terjadoi perbedaan antara pelaksanaan dengan ketentuan program yang belum diketahui penyebabnya. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud melakukan analisis tentang fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

1.3Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran manajemen yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaianprogram

pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012?

b. Mengapa program MP-ASI biskuit pada baduta di Kelurahan Petogogan


(28)

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012 serta mengetahui penyebab belum terlaksanaanya program tersebut sesuai ketentuan yang telah dibuat Kemenkes.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran perencanaan serta penyebab masalah

dalam perencanaan program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

b. Diketahuinya gambaran pengorganisasian serta penyebab masalah

dalam pengorganisasian program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

c. Diketahuinya gambaran penggerakan serta penyebab masalah


(29)

baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

d. Diketahuinya gambaran pengawasan serta penyebab masalah

dalampengawasan program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

e. Diketahuinya gambaran penilaian serta penyebab masalah

dalampenilaian program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

1. Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah

khususnya dalam bidang gizi.

2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama

perkuliahan

1.5.2 Bagi Kader Posyandu di Kelurahan Petogogan

Sebagai masukan dalam menindaklanjuti pengembangan program pemberian MP-ASI Kemenkes sebagai salah satu model intervensi gizi buruk pada baduta di lokasi bencana.


(30)

1.5.3 Bagi Puskesmas Kelurahan Petogogan dan Kecamatan Kebayoran Baru

1. Sebagai masukan dalam menindaklanjuti pengembangan program

pemberian MP-ASI Kemenkes sebagai salah satu model intervensi gizi buruk pada baduta di lokasi bencana.

2. Sebagai sebuah studi efektivitas program pemberian MP-ASI

Kemenkes di lokasi bencana banjir di Kelurahan Petogogan.

1.5.4 Bagi Koordinator Gizi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan

1. Sebagai masukan dalam meningkatkan upaya manajemen yang baik guna meningkatkan efektifitas program MP-ASI.

2. Sebagai sebuah studi efektivitas program pemberian MP-ASI

Kemenkes di salah satu lokasi bencana banjir di Jakarta Selatan, yaitu Kelurahan Petogogan.

1.5.5 Bagi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI

1. Sebagai masukan dalam meningkatkan upaya manajemen yang baik guna meningkatkan efektifitas program MP-ASI bencana.

2. Sebagai sebuah studi efektivitas program pemberian MP-ASI

Kemenkes di salah satu lokasi bencana banjir di Provinsi DKI Jakarta, yaitu Kota Administrasi Jakarta Selatan.

1.5.6 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya gambaran manajemen program pemberian MP-ASI Kemenkes.


(31)

2. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa.

3. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang gizi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester akhir Program Studi Kesehatan Masyarakat untuk mengetahui gambaran manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaianprogram pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2012 dengan sasaran objek yang diteliti yaitu Staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI, Koordinator Gizi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan, Kader Kesehatan Puskesmas Kelurahan Petogogan dan ibu baduta korban bencana banjir yang mendapat MP-ASI. Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap program pemberian MP-ASI Kemenkes di wilayah Jakarta Selatan, khususnya Kelurahan Petogogan. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasidan telaah dokumen.


(32)

11

2.1Bencana

2.1.1 Pengertian Bencana

Dalam UU No. 24 tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2.1.2 Jenis-jenis Bencana

Bencana terdiri dari berbagai bentuk. Undang-Undang No. 24 tahun 2007 mengelompokan bencana ke dalam 3 kategori yaitu:

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

b. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.


(33)

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

2.1.3 Tanggap Darurat Bencana

Dalam UU No. 24 tahun 2007, tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

Lebih lanjut didefinisikan pula bantuan darurat bencana, yaitu upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat. Sedangkan korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

2.1.4 Prinsip dan Tujuan Penanggulangan Bencana

Dalam pasal 3 UU No. 24 tahun 2007, prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana, yaitu:

a. cepat dan tepat; b. prioritas;


(34)

d. berdaya guna dan berhasil guna; e. transparansi dan akuntabilitas; f. kemitraan;

g. pemberdayaan;

h. nondiskriminatif; dan i. nonproletisi.

Sedangkan dalam pasal 4 UU No. 24 tahun 2007, penanggulangan

bencana bertujuan untuk:

a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;

b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;

c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara

terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh; d. menghargai budaya lokal;

e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;

f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan

kedermawanan; dan

g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

2.2Pengertian MP-ASI

Makanan bayi dan anak usia 6-24 bulan adalah terdiri dari Air Susu Ibu dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Depkes, 2006).


(35)

Memasuki usia 4-6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah baik mencerna zat tepung. Menjelang usia 9 bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasuki benda ke dalam mulut. Jelaslah bahwa pada saat itu bayi siap mengonsumsi makanan (setengah) padat. Akan tetapi, bukan berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Yang perlu diingat ialah bahwa makanan yang diberikan bukan untuk menggantikan melainkan mendampingi ASI (Arisman, 2004).

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI dapat berbentuk bubur, nasi tim dan biskuit yang dapat dibuat dari campuran beras, dan atau beras merah, kacang-kacangan, sumber protein hewani/nabati, terigu, margarine, gula, susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat dan diperkaya dengan vitamin dan mineral (Depkes, 2004). Sedangkan MP-ASI pabrikan berupa bubur instan untuk bayi usia 6-11 bulan dan biskuit untuk anak usia 12-24 bulan (Depkes, 2008). Akan tetapi, kini Kemenkes RI mengadakan MP-ASI dalam bentuk biskuit sebagai buffer stock (cadangan) dengan sasaran balita usia 6-24 bulan di daerah rawan bencana (Kemenkes, 2011).


(36)

2.3Pemberian Makan Anak dalam Situasi Darurat

Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang sering disebut MP-ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Dalam keadaan darurat, bayi dan balita seharusnya mendapat MP-ASI untuk mencegah kekurangan gizi (Depkes, 2007a).

Intervensi Gizi untuk bayi dan baduta dalam situasai darurat adalah:

a. Bayi

1) Bayi tetap diberi ASI.

2) Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. 3) Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi

diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.

b. Baduta

1) Baduta tetap diberi ASI.

2) Pemberian MP-ASI yang difortifikasi dengan zat gizi mikro, pabrikan atau makanan lokal pada anak usia 6-23 bulan.

3) Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan ransum umum yang mempunyai nilai gizi tinggi.


(37)

4) Pemberian kapsul vitamin A warna biru pada bayi usia 6-11 bulan dan kapsul vitamin A warna merah pada anak usia 12-59 bulan, bila kejadian bencana terjadi pada bulan Februari dan Agustus.

5) Dapur umum wajib menyediakan makanan untuk anak usia 6-24 bulan

6) Air minum dalam kemasan di upayakan selalu tersedia di tempat pengungsian.

Dalam keadaan darurat MP-ASI yang diberikan adalah makanan buatan. Hal ini disebabkan beberapa hal seperti:

a. Tidak adanya air bersih b. Sanitasi buruk

c. Alat masak tidak memadai

d. Kurangnya bahan bakar

e. Ketersediaan bahan pangan lokal yang terbatas (Depkes, 2007a).

2.4Program MP-ASI Buffer Stock

2.4.1 Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana

Buffer stock MP-ASI adalah MP-ASI yang disediakan untuk mengantisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit lainnya (Kemenkes, 2012a). MP-ASI buffer stock bertujuan untuk mengantisipasi agar balita di daerah bencana tidak mengalami gizi kurang serta mempertahankan status gizi balita yang sudah baik. MP-ASI dibuat


(38)

dalam bentuk biskuit yang dapat dikonsumsi langsung atau dengan ditambahkan air matang (Kemenkes, 2011).

Persentase penyediaan buffer stock ASI adalah jumlah MP-ASI yang diadakan dibagi dengan jumlah buffer stock MP-MP-ASI yang diperlukan untuk antisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit lainnya. Target yang ditetapkan Kemenkes adalah sebesar 100%. Kinerja dinilai baik jika pengadaan buffer stock MP-ASI sesuai dengan target. Sumber data yang digunakan adalah laporan pendistribusian MP-ASI dengan frekuensi pengamatan setiap saat dan pelaporan setiap bulan (Kemenkes, 2012a).

2.4.2 Tujuan Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI bertujuan untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus mempertahankan status gizi baik pada bayi dan anak 6-24 bulan (Depkes, 2005). Sebagai pelengkap ASI, pemberian MP-ASI sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik (Husaini, 1999 dalam Simanjuntak, 2007).

Sedangkan menurut Persagi (1994) dalam Ramadhan (2011) tujuan pemberian Makanan Pendamping ASI adalah:

a. Melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima


(39)

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung energi yang tinggi.

2.4.3 Spesifikasi MP-ASI Biskuit

Menurut Depkes (2007b), spesifikasi MP-ASI biskuit yang diberikan Kemenkes adalah sebagai berikut:

a. Bahan

1) MP-ASI biskuit terbuat dari campuran terigu, margarin, gula, susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma (flavour).

2) Gula yang digunakan dalam bentuk sukrosa dan atau fruktosa dan atau sirup glukosa dan atau madu. Jika menggunakan fruktosa, jumlahnya tidak boleh lebih dari 15 gr/100 gr.


(40)

b. Komposisi Gizi dalam 100 gram

Tabel 2.1

Komposisi Gizi dalam 100 gram MP-ASI Biskuit

No. Zat Gizi Kadar Satuan

1 Energi Min 400 kkal

2 Protein (kualitas protein tidak kurang dari 70 % kasein)

8 – 12 gram

3 Lemak (kadar asam linoleat mim. 300

mg per 100 kkal atau 1,4 gr per 100 gr produk)

10 - 15 gram

4 Karbohidrat

Serat Gula

Maks. 5 15 – 20

gram gram

5 Vitamin A (accetate) 350 mcg

6 Vitamin D 5 – 12 mcg

7 Vitamin E 5 mg

8 Vitamin B1 (Thiamin) 0,6 mg

9 Vitamin B2 (Riboflavin) 0,6 mg

10 Vitamin B6 (Pyridoksin) 0,8 mcg

11 Vitamin B12 1 mcg

12 Niasin 8 mg

13 Folic acid 40 mcg

14 Iron (Fumarate) 6 mg

15 Iodine 70 mcg

16 Zinc 3 mg

17 Kalsium 200 mg

18 Selenium 13 – 15 mcg

19 Air Maks. 5 %


(41)

c. Karakteristik Produk 1) Bentuk

MP-ASI biskuit berbentuk keping bundar berdiameter 5-6 cm, berat 10 gram per keping. Pada permukaan

atas biskuit tercantum tulisan “MP-ASI”. 2) Tekstur

MP-ASI biskuit bertekstur renyah yang bila dicampur air menjadi lembut.

3) Rasa

MP-ASI biskuit mempunyai rasa manis gurih yang disukai anak.

4) Kedaluarsa

MP-ASI biskuit aman dikonsumsi dalam waktu 24 bulan setelah tanggal produksi (Depkes, 2007b).

2.4.4 Cara Menghidangkan MP-ASI Biskuit

Setiap anak 12-24 bulan akan mendapat MP-ASI biskuit sebanyak 120 gr/hari. Makanan dapat diberikan 3-4 kali sehari (Depkes dan Kesos RI, t.t). Cara menghidangkan MP-ASI biskuit adalah sebagai berikut:

a. Cuci tangan dengan sabun terlebih dahulu

b. Biskuit dapat langsung dikonsumsi atau terlebih dahulu ditambah air dalam mangkok bersih sehingga dikonsumsi dengan menggunakan sendok


(42)

c. Setiap 120 gr biskuit harus dihabiskan dalam sehari, jumlah dan waktu pemberian pada setiap kali makan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak

d. Selama pemberian MP-ASI biskuit, ASI dan makanan lainnya

tetap diberikan (Depkes, 2005).

2.4.5 Langkah Kegiatan Pemberian MP-ASI di Lokasi Bencana

a. Pendataan Sasaran

1) Petugas di lokasi pengungsian melakukan registrasi sasaran baduta dan kelompok balita lainnya yang mungkin membutuhkan.

2) Menghitung kebutuhan MP-ASI: Anak usia 12-24 bulan = 120

gr/hari/anak,

3) Mengajukan usulan kebutuhan MP-ASI kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota (Dekpes dan Kesos RI, t.t.).

b. Pengajuan Rencana Kebutuhan MP-ASI

Khusus di daerah pengungsian, ketua kelompok mengajukan rencana kebutuhan MP-ASI kepada petugas di pengungsian. Petugas pengungsian meneliti dan merekap kebutuhan MP-ASI kemudian mengajukan ke Dinas kesehatan Kabupaten/Kota (Dekpes dan Kesos RI, t.t.).


(43)

c. Sosialisasi

Dinas kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota bersam

apemerintah daerah mensosialisasikan ketersediaan MP-ASI buffer stock pada lintas program dan lintas sektor terkait di daerah rawan bencana (Kemenkes, 2011).

Koordinator Gizi Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi kepada TPG setiap Puskesmas. TPG Puskesmas atau petugas di pengungsian langsung melakukan penjelasan ke tempat bencana.

1) Penjelasan Koordinator Gizi Kabupaten/Kota ke TPG

a) Model penyelenggaraan MP-ASI ke sasaran

b) Komposisi dan kemasan MP-ASI

c) Cara penyiapan, jumlah dan frekuensi pemberian

d) Lama pemberian

e) Cara menghitung kebutuhan dan mengusulkan

permintaan MP-ASI

f) Cara penyimpanan

g) Pengisian register MP-ASI

h) Cara pencatatan MP-ASI

i) Cara melakukan rujukan

j) Tanda-tanda MP-ASI tidak layak konsumsi

2) Penjelasan petugas di pengungsian kepada ketua kelompok

dan ibu sasaran adalah mengenai:


(44)

b) Cara penyiapan, jumlah dan frekuensi pemberian

c) Cara penyimpanan

d) Tanda-tanda MP-ASI tidak layak konsumsi

e) Anjuran melapor ke petugas kesehatan/puskesmas jika ada tanda-tanda gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi MP-ASI (Dekpes dan Kesos RI, t.t.).

d. Penyimpanan MP-ASI

Syarat dan cara penyimpanan MP-ASI di tingkat Puskesmas antara lain:

1) Tempat penyimpanan MP-ASI harus selalu bersih dan

higienis

2) MP-ASI diletakkan di atas alas dan usahakan tidak menempel di dinding

3) Atap tidak bocor, mempunyai ventilasi dan

pencahayaan yang baik serta tidak lembab

4) Tempat penyimpanan harus bebas dari tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya

5) Tumpukan maksimum adalah 12 karton dan tidak

boleh diinjak

6) Penyimpanan dikelompokkan sesuai dengan jenis dan

rasa MP-ASI

7) MP-ASI yang masuk ke tempat penyimpanan lebih


(45)

8) Penyimpanan MP-ASI tidak boleh dicampur dengan bahan berbahaya

9) MP-ASI biskuit dinyatakan rusak apabila bungkus berlubang, sobek, pecah atau biskuit tidak renyah (Depkes, 2005).

e. Distribusi sampai ke sasaran

Khusus untuk lokasi pengungsian, MP-ASI dari Pusat dikirimkan langsung ke propinsi, kemudian ke gudang kabupaten/kota, puskesmas dan sasaran tempat kejadian bencana (Depkes dan kesos RI, t.t.).

Selama pengangkutan diupayakan agar MP-ASI tidak mengalami penurunan mutu. Untuk itu hal yang dapat dilakukan antara lain :

1) Alat angkut yang digunakan hanya untuk mengangkut

bahan pangan.

2) Selama pengangkutan tidak dicampur dengan

barang-barang non pangan.

3) Selama pengangkutan kondisi barang harus terlindung sedemikian rupa agar terhindar dari kotoran atau kerusakan yang menyebabkan kontaminasi selama dalam perjalanan (Depkes, 2005).


(46)

f. Model penyelenggaraan di tempat bencana

Model penyelenggaraan di lokasi pengungsian adalah:

1) Masing-masing ketua kelompok menerima MP-ASI sesuai

dengan rencana kebutuhan.

2) Ketua kelompok diberikan informasi cara penyiapan dan pemberian MP-ASI.

3) Ketua kelompok dibantu oleh beberapa ibu menyiapkan dan menghidangkan MP-ASI, kemudian membagikan kepada anggota sesuai dengan jumlah sasaran.

4) Ketua kelompok mencatat semua pemberian MP-ASI ke

dalam register pemberian MP-ASI

5) Ketua kelompok dibantu oleh petugas di lokasi

pengungsian melakukan penimbangan bayi setiap bulan dan mencatat hasil penimbangan pada register pemberian MP-ASI

6) Ketua kelompok dibantu oleh petugas di lokasi

pengungsian untuk memberikan penyuluhan mengenai: manfaat MP-ASI, cara pengolahan dan penyimpanan, nasihat agar pemberian ASI diteruskan, pemberian ASI yang tepat, serta informasi mengenai tanda-tanda MP-ASI yang tidak layak dikonsumsi (kadaluarsa, warna, aroma dan bentuk makanan berubah, tercemar bahan berbahaya) (Dekpes dan Kesos RI, t.t.).


(47)

g. Pemantauan dan evaluasi

Pengawasan merupakan komponen penting dalam kegiatan

pemberian MP-ASI. Mekanisme pemantauan di tingkat

Puskesmas adalah:

1) Pemantauan penyimpanan MP-ASI buffer stock

Pemantauan dilaksanakan oleh petugas kabupaten/kota dengan melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik tempat penyimpanan, cara penyimpanan, pencatatan dan pelaporan maupun administrasi tempat penyimpanan.

2) Pemantauan pendistribusian MP-ASI buffer stock

Pemantauan dilaksanakan oleh petugas kabupaten/kota dengan melakukan pengamatan terhadap rencana distribusi (Rensi) dan pelaksanaan pendistribusian MP-ASI buffer stock (Kemenkes, 2011). Sedangkan TPG dan petugas di lokasi pengungsian secara periodik memantau unit pelaksana MP-ASI seperti ketua kelompok pengungsi (Depkes dan Kesos RI, t.t).

3) Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan pendistribusian MP-ASI buffer stock dilakukan 2 kali dalam setahun yang dilaksanakan

secara berjenjang dengan mempertimbangkan

ketersediaan sumber daya yang ada. Data yang dicatat dan dilaporkan adalah:


(48)

a) Data dan informasi jumlah baduta 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI

b) Data dan informasi jumlah MP-ASI yang

dibagikan ke sasaran

2.5 Manajemen Kesehatan

2.5.1 Pengertian Manajemen Kesehatan

Menurut Terry (1986), manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

Menurut Muninjaya (2004), secara klasik manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan batasan tersebut, manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan umum bahwa manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Bila diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa manajemen


(49)

kesehatan adalah suatu kegiatan atau seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

2.5.2 Fungsi Manajemen Kesehatan

Menurut Muninjaya (2004), yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dilaksanakan oleh manajer untuk mencapai tujuan organisasi. Banyak pakar manajemen yang mengemukakan teorinya tentang fungsi manajemen, tergantung dari fungsi mana yang lebih disorotinya. Tetapi dalam proses pencapaian tujuan organisasi, semua fungsi manajemen mempunyai peranan yang sama pentingnya. Fungsi manajemen yang digunakan oleh Depkes RI diambil dari fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Goerge Terry. Fungsi tersebut terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC).

a. Perencanaan

Menurut Muninjaya (2004), perencanaan adalah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya. Terry (1986) mengatakan perencanaan adalah memilih dan menghubungkan


(50)

fakta-fakta, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi berdasar masa yang akan datang, dalam gambaran dan perumusan kegiatan-kegiatan yang diusulkan yang diperlukan guna mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan menurut Siagian (2012), perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tetang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah upaya untuk menentukan tujuan, sasaran, target dan kegiatan dalam suatu program yang akan dilaksanakan oleh organisasi.

Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang pertama karena fungsi-fungsi manajemen lainnya baru berperan apabila perencanaan telah selesai dilaksanakan. Perencanaan menjadi landasan pokok fungsi manajemen lainnya. Selain itu, perencanaan juga dijadikan standar untuk mengukur hasil pencapaian kegiatan. Jika tidak ada perencanaan, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi (Muninjaya, 2004). Menurut Azwar (1996),


(51)

pengorganisasian adalah pengelompokkan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan

memuaskan. Pengorganisasian juga merupakan pengaturan

sejumlah personil yang dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawabnya.

Terry (1986) mengatakan pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada, untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Dari beberapa pengertian tersebut pengorganisasian

merupakan pembagian tugas dan wewenang kepada para pekerja sesuai potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi.

c. Penggerakan

Fungsi penggerakan adalah proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia. Penggerakan dimaksudkan sebagai rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas


(52)

mempengaruhi orang lain agar mereka suka melaksanakan usaha-usaha ke arah pencapaian sasaran atau tujuan administrasi. Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program (ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (dirumuskan dalam fungsi perencanaan) (Muninjaya, 2004).

Terry (1986) menyatakan penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Sedangkan Siagian (2012) mendefinisikan penggerakan sebagai keseluruhan cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi.

Pekerjaan pelaksanaan atau penggerakan bukanlah

merupakan pekerjaan yang mudah, karena dalam melaksanakan suatu rencana terkandung berbagai aktivitas yang bukan saja satu sama lain saling berhubungan, melainkan juga bersifat komplek dan majemuk. Kesemua aktivitas ini harus dipadukan sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan. Memadukan berbagai aktivitas yang seperti ini dan apalagi menugaskan semua orang yang terlibat dalam organisasi


(53)

untuk melaksanakan aktivitas yang dimaksud, memerlukan keterampilan khusus (Azwar, 1996).

Untuk dapat melaksanakan suatu rencana, seorang manajer perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan. Menurut Muninjaya (2004), berdasarkan tingkatan manajer, ada tiga jenis keterampilan yang harus dimiliki oleh manajer, yaitu keterampilan yang bersifat teknis (Technical Skill), hubungan antar manusia (Human Relation Skill), dan konseptual (Conseptual Skill).

Technical Skill adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, metode, teknik atau peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi. Kemampuan tersebut sangat perlu dimiliki oleh manajer tingkat bawah. Human Relation Skill meliputi kemampuan bekerjasama dengan orang lain, termasuk memotivasi orang lain. Conseptual Skill membutuhkan pengetahuan tentang seluruh aspek organisasi yang dipimpinnya. Semakin tinggi kedudukan seorang manajer, ia semakin tidak memerlukan keterampilan yang bersifat teknis, tetapi semakin tinggi tuntutan untuk mengembangkan keterampilan yang bersifat konseptual. Akan tetapi, yang penting semua manajer membutuhkan

kemampuan untuk mengembangkan Human Relation Skill karena

manusia adalah sumber daya utama sebuah organisasi (Muninjaya, 2004).


(54)

d. Pengawasan

Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai (Azwar, 1996). Terry (1986) menyatakan bahwa pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.

Koontz dan Donnell mengatakan bahwa perencanaan dan

pengawasan merupakan “dua sisi satu mata uang” karena

perencanaan tanpa pengawasan akan timbul penyimpangan. Sebaliknya pengawasan tanpa perencanaan tidak akan mungkin terlaksana karena tidak ada pedoman untuk mengawasi (Siagian, 2012).

e. Penilaian

Menurut Siagian (2012), berbagai penelitian tentang fungsi manajerial pada umumnya mengakhiri dengan pengawasan. Akan tetapi, Siagian berpendapat lain, bahwa masih ada satu lagi fungsi organik manajerial yang dapat dipertanggungjawabkan dan dengan mudah dapat dibuktikan dalam praktik manajemen, yaitu penilaian.

Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan


(55)

kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program (The International Clearing House and Adolescent Fertility Control for Population Option dalam Azwar, 1996). Menurut Siagian (2012) penilaian adalah pengukuran dan pembandingan hasil-hasil yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.

2.6Kerangka Teori

Fungsi manajemen yang digunakan oleh Depkes RI diambil dari fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Goerge Terry. Fungsi tersebut terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC). Akan tetapi, Siagian (2012) berpendapat lain, bahwa masih ada satu lagi fungsi manajerial yang dapat dipertanggungjawabkan dan dengan mudah dibuktikan dalam praktik manajemen, yaitu penilaian. Dengan demikian, fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian. Perencanaan merupakan awal dari suatu program yang kemudian diikuti pengorganisasian untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Kemudian dilakukan penggerakan kepada para staf agar mau melaksanakan pelaksanaan program sesuai apa yang telah direncanakan. Fungsi pengawasan dilakukan di semua fungsi manajemen, mulai dari perencanaan hingga penilaian. Sedangkan fungsi penilaian merupakan akhir dari siklus fungsi manajemen dimana hasil dari fungsi tersebut dipergunakan kembali pada fungsi


(56)

perencanaan guna memperbaiki perencanaan program di masa yang akan datang. Kerangka teori manajemen menurut Terry (1986) dan Siagian (2012) digambarkan pada bagan 2.1.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Terry (1986), Siagian (2012) Perencanaan

Pengorganisasian

Pengawasan Penggerakan


(57)

36

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Fungsi manajemen yang digunakan oleh Depkes RI diambil dari fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Goerge Terry. Fungsi tersebut terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC). Akan tetapi, Siagian (2012) berpendapat lain, bahwa masih ada satu lagi fungsi manajerial yang dapat dipertanggungjawabkan dan dengan mudah dibuktikan dalam praktik manajemen, yaitu penilaian. Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada studi kepustakaan, maka fokus penelitian yang peneliti ingin kaji lebih dalam adalah manajemen dalam program pemberian MP-ASI biskuit pada korban bencana mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kerangka pikir manajemen program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana ini dimulai dengan fungsi perencanaan, kemudian setealah dilakukan perencanaan maka dilakukanlah pengorganisasian sesuai kemampuan dan potensi petugas. Setelah itu dilakukan penggerakan kepada para petugas dan pelaksanaan program sesuai perencanaan. Fungsi pengawasan dilakukan pada setiap fungsi manajemen, mulai dari perencanaan hingga penilaian. Sedangkan fungsi penilaian merupakan akhir dari siklus fungsi manajemen dimana hasil dari fungsi tersebut dipergunakan kembali pada fungsi perencanaan guna memperbaiki perencanaan


(58)

program di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, kerangka pikir dari penelitian ini dapat digambarkan pada bagan 3.1.

Bagan 3.1

Kerangka Pikir Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Korban Bencana

3.2Definisi Istilah 1. Perencanaan

 Definisi :

Proses untuk merumuskan tujuan, target, sasaran, anggaran dan kegiatan dalam program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta di lokasi bencana.

 Metode :

Wawancara mendalam dan telaah dokumen  Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen Perencanaan

Pengorganisasian

Pengawasan Penggerakan


(59)

2. Pengorganisasian

 Definisi :

Proses untuk membagi tugas dan wewenang kepada para petugas sesuai potensi yang dimiliki dalam program MP-ASI biskuit pada baduta korban bencana.

 Metode :

Wawancara mendalam dan telaah dokumen  Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

3. Penggerakan

 Definisi :

Proses untuk melaksanakan program sesuai rencana dan memotivasi petugas agar mau melaksanakan program MP-ASI biskuit pada baduta korban bencana sesuai rencana.

 Metode :

Wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen  Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam, observasi dan pedoman telaah dokumen


(60)

4. Pengawasan

 Definisi :

Proses untuk menemukan dan mengoreksi

penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI biskuit pada baduta di lokasi bencana.

 Metode :

Wawancara mendalam dan telaah dokumen  Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

5. Penilaian

 Definisi :

Proses untuk membandingkan hasil kegiatan yang telah dicapai dalam pemberian MP-ASI biskuit pada baduta korban bencana dengan target yang telah ditentukan.

 Metode :

Wawancara mendalam dan telaah dokumen  Instrumen :


(61)

40

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif mengenai manajemen program MP-ASI pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2007), penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penggunaan metode kualitatif pada penelitian ini untuk memperoleh informasi yang mendalam sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pelaksanaan program pemberian MP-ASI biskuit dari Kemenkes kepada baduta korban banjir tersebut.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Petogogan pada bulan Juni-Agustus tahun 2012. Kelurahan Petogogan dijadikan tempat penelitian karena memiliki daerah rawan banjir terbanyak di Kecamatan Kebayoran Baru dan sudah dilakukan pemberian MP-ASI biskuit untuk mencegah gizi buruk baduta yang menjadi korban banjir tersebut.


(62)

4.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang kondisi latar penelitian, sehingga informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian (Moleong, 2007). Pemilihan informan dalam penelitian ini tidak dilakukan secara acak, tetapi dengan menggunakan metode purposive sampling (informan bertujuan), yaitu penentuan informan yang dilakukan secara langsung melalui pertimbangan-pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian untuk memperoleh informasi yang lengkap dan mencukupi dengan prinsip kesesuaian (appropriatness) dan kecukupan (adequency).

Informan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu informan utama, pendukung dan informan kunci. Informan utama adalah objek utama dalam penelitian, yaitu TPG yang melaksanakan program pemberian MP-ASI di Puskesmas Kelurahan Petogogan. Informan pendukung yaitu Koordinator program gizi Sudinkes Jakarta Selatan, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, Kader dan

ibu baduta yang mendapat MP-ASI biskuit.Informan Kunci adalah Kasie Bimbingan

dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI. Dalam lingkup

penelitian perencanaan, dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan dan telaah dokumen perencanaan kebutuhan dan pendistribusian MP-ASI. Dalam lingkup pengorganisasian, dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan dan telaah dokumen profil ketenagaan Puskesmas. Dalam lingkup penggerakan, dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan, obserrvasi terhadap produk MP-ASI dan telaah dokumen tanda terima pendistribusian MP-ASI. Dalam lingkup


(63)

pengawasan dan penilaian, dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan. Kriteria informan penelitian berikut teknik yang digunakan dalam penelitian tertera pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Informan Penelitian No. Lingkup

penelitian

Kriteria Informan Teknik Unsur yang diteliti

1 Perencanaan - Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru

- TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI - Wawancara mendalam - Telaah dokumen - Pembuatan perencanaan

2

Peng-organisasian

- Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru

- TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI - Wawancara mendalam - Telaah dokumen - Pembagian tugas dan wewenang sesuai tupoksi dalam organisasi

3 Penggerakan - Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru

- TPG Puskesmas

- Wawancara mendalam - Observasi produk MP-ASI biskuit - Telaah -Pelaksanaan pemberian MP-ASI dari perencanaan yang telah dibuat


(64)

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Ibu baduta yang mendapat

MP-ASI biskuit

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI

dokumen -Upaya

menggerkan petugas pelaksana -Observasi produk MP-ASI

4 Pengawasan - Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru

- TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Ibu baduta yang mendapat

MP-ASI biskuit

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI - Wawancara mendalam - Telaah dokumen Upaya yang dilakukan dalam pengawasan terhadap pelaksanaan program MP-ASI

5 Penilaian - Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru

- TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI - Wawancara mendalam - Telaah Dokumen Pelaporan dan Penilaian terhadap hasil kegiatan pemberian MP-ASI


(65)

4.4 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, oservasi dan telaah dokumen. Wawancara mendalam dilakukan tatap muka terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam yang telah disiapkan peneliti terlebih dahulu. Hasil wawancara mendalam direkam dengan alat perekam dan ditulis oleh peneliti. Observasi dilakukan dengan mengamati produk MP-ASI yang diberikan Kemenkes. Telaah dokumen dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian melalui laporan dan dokumen lain yang berkaitan dengan program pemberian MP-ASI. Beberapa contoh dokumen yang dapat dianalisis adalah laporan tahunan Puskesmas, tanda terima distribusi MP-ASI, buku pedoman MP-ASI, data baduta di Posyandu dan lain-lain.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Pedoman wawancara mendalam

b. Pedoman observasi

c. Pedoman telaah dokumen

d. Perekam suara

e. Kamera


(66)

4.6 Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari informan. Sumber data primer penelitian ini adalah hasil wawancara mendalam langsung dengan informan tentang manajemen program pemberian ASI dan data hasil observasi terhadap produk MP-ASI yang diberikan.

b. Data Sekunder

Data sekundermerupakan data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari informan. Sumber data sekunder adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian seperti laporan tahunan Puskesmas, tanda terima distribusi MP-ASI, buku pedoman pelaksanaan program MP-ASI dan lain-lain.

4.7 Validasi Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang valid maka dilakukan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2007). Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode.

a. Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek data dari sumber yang berbeda, yaitu TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, Koordinator gizi Sudinkes Jaksel, Kader,


(67)

Staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI serta ibu baduta yang mendapat MP-ASI.

b. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama melalui metode pengumpulan data yang berbeda. Data diperoleh dengan wawancara mendalam, lalu dicek dengan observasi dan telaah dokumen, seperti melalui laporan tahunan Puskesmas, tanda terima distribusi MP-ASI, buku pedoman MP-ASI buffer stock serta artikel berita terkait topik penelitian.

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah model Miles dan Hubberman. Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif, sehingga disebut juga model interaktif. Aktivitas dalam analisis data kualitatif, yaitu data reduction (Reduksi Data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (kesimpulan/verifikasi). Analisis data model interaktif tergambar pada bagan 4.1.

Bagan 4.1

Pengolahan dan Analisis Data

PengumpulanData

Penyajian Data Reduksi Data


(68)

Setelah data mengenai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pengawasan dan penilaian terkumpul dari hasil wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen, kemudian data direduksi. Data direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari pola sesuai unsur penelitian. Data yang sudah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk tulisan berdasarkan unsur-unsur yang diteliti sesuai kerangka pikir penelitian. Namun demikian, setelah merangkum hasil penelitian dapat juga sudah diketahui kesimpulannya. Hasil penelitian yang telah terkumpul dan terangkum kemudian diulang kembali dengan mencocokkan pada reduksi data dan penyajian data agar kesimpulan yang telah dikaji dapat ditulis sebagai laporan yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

4.9 Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi berdasarkan unsur-unsur yang diteliti sesuai kerangka pikir penelitian.


(69)

48

BAB V HASIL

5.1Gambaran Umum Tempat Penelitian 5.1.1 Keadaan Geografis

a. Batas Wilayah

Kelurahan Petogogan merupakan bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Kebayoran Baru. Luas wilayah Kelurahan Petogogan adalah 86,46 km2. Wilayah Kelurahan Petogogan terdiri dari 6 RW yang meliputi 80 RT dengan jumlah penduduk sebesar 10.814 jiwa. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Petogogan adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Jl. Wolter Monginsidi, Kelurahan Rawa Barat Sebelah Selatan : Jl. Prapanca Raya, Kelurahan Pulo

Sebelah Barat : Jl. Prof. Joko Sutono, Kelurahan Melawai Sebelah Timur : Sungai Krukut, Kelurahan Pela Mampang

b. Daerah Rawan Banjir

Wilayah Kelurahan Petogogan sejak dahulu memang dikenal sebagai daerah banjir. Terjadinya banjir di wilayah Kelurahan Petogogan selain diakibatkan oleh hujan yang terus menerus juga akibat luapan air dari Sungai Krukut yang melalui wilayah ini. Meskipun frekuensi banjir dalam setahun tidak dapat dipastikan, namun terkadang jika hujan tidak turun pun air Sungai Krukut kerap


(70)

meluap membanjiri seluruh wilayah tersebut. Apalagi jika hujan terus menerus dalam 2-3 jam sudah dapat terjadi banjir. Daerah di tengah Kota Administrasi Jakarta Selatan itu tidak pernah sepi dari berita banjir. Adapun daerah rawan banjir yang ada di wilayah Kelurahan Petogogan tertera pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Daerah Rawan Banjir di Wilayah Kelurahan Petogogan No. RW Jumlah

RT

Jumlah KK

Jumlah Jiwa

1 01 5 739 2901

2 02 15 833 3079

3 03 15 1121 3063

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Petogogan Tahun 2011

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa di kelurahan Petogogan terdapat 3 RW yang menjadi daerah rawan banjir. Untuk jumlah KK dan penduduk terendah dimiliki oleh RW 01, yaitu sebanyak 739 KK dan 2901 jiwa. Sedangkan RW 02 memiliki jumlah penduduk tertinggi sebanyak 3079 jiwa dan RW 03 memiliki jumlah KK tertinggi sebanyak 1121 KK. Selain menjadi daerah rawan banjir, RW 02 dan 03 juga merupakan daerah kumuh di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru.


(71)

5.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Kelurahan Petogogan

a. Visi

Menjadi Puskesmas Mandiri yang berkualitas b. Misi

1) Mengembangkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan paripurna

2) Memberdayakan SDM dan masyarakat

3) Menggalang keikutsertaan Lintas Program dan Lintas

Sektoral serta fasilitas kesehatan yang lain

4) Mengembangkan manajemen Puskesmas

5.1.3 Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Petogogan

Pada tahun 2011 Puskesmas Kelurahan Petogogan memiliki 7 orang pegawai yang terdiri dari :

- Dokter Umum : 1 orang

- Dokter Gigi : 1 orang

- Bidan : 2 orang

- Perawat : 1 orang

- Petugas kebersihan : 1 orang

- Petugas jaga malam : 1 orang

Dari 7 orang pegawai, terdapat 5 tenaga kesehatan yang masing-masing memiliki fungsi dan tugas pokok untuk melaksanakan program


(1)

baduta korban bencana Hambatan dalam

melaksanakan pengawasan program pemberian MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Tidak adanya instruksi untuk melakukan pengawasan dan karena MP-ASI yang diberikan hanya sedikit, sehingga bisa langsung habis setelah dibagikan.

5. Penilaian Cara penialian program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Penilaian belum dilakukan karena tidak ada perencanaan untuk melakukan penilaian yang disebabkan tidak adanya instruksi untuk melapor dan malakukan penilaian hasil kegiatan pemberian MP-ASI biskuit bencana ini.

Hambatan dalam

penilaian/evalu asi

program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Tidak adanya instruksi untuk melapor dan malakukan penilaian hasil kegiatan pemberian MP-ASI biskuit bencana ini.


(2)

Matriks Wawancara Mendalam pada Ibu Baduta yang Mendapat MP-ASI

No. Aspek Keterangan Kader Posyandu

Dahlia Melati Kuntum Mekar Anggrek Seruni Kenanga

1. Penggerakan MP-ASI yang diperoleh

Tiap 1 anak mendapat 1 bungkus MP-ASI.

Tiap 1 anak mendapat 8 keping biskuit MP-ASI dan ditambah produk lain.

Tiap 1 anak mendapat 3 keping biskuit MP-ASI dan ditambah produk lain.

Tiap 1 anak mendapat 1 pak besar yang berisi 7 bungkus MP-ASI.

Tiap 1 anak mendapat 1 pak besar yang berisi 7 bungkus MP-ASI.

Tiap 1 anak mendapat 5 keping biskuit MP-ASI dan ditambah makanan lain. Sosialisasi dari kader

MP-ASI yang diberikan harus dihabiskan dan hanya boleh dikonsumsi oleh baduta. Cara memperoleh MP-ASI biskuit Dibagikan di Posyandu setelah banjir surut. Dibagikan di Posyandu setelah banjir surut. Dibagikan di Posyandu setelah banjir surut. Dibagikan di Posyandu setelah banjir surut dan diantar kerumah bagi yang tidak hadir di Posyandu.

Dibagikan di Posyandu setelah banjir surut dan diantar kerumah bagi yang tidak hadir di Posyandu.

Dibagikan di Posyandu setelah banjir surut.

Siapa dan cara mengonsumsi MP-ASI biskuit Dikonsumsi hanya oleh balita dengan dimakan langsung dan dicelup air. Dikonsumsi hanya oleh balita karena hanya mendapat sedikit, caranya dengan dimakan langsung. Dikonsumsi hanya oleh balita karena hanya mendapat sedikit, caranya dengan dimakan langsung. Dikonsumsi hanya oleh balita dengan dimakan langsung dan dicelup air. Dikonsumsi hanya oleh balita dengan dimakan langsung dan dicelup air. Dikonsumsi hanya oleh balita karena hanya mendapat sedikit, caranya dengan dimakan langsung. 2. Pengawasan

Pengawasan dari kader


(3)

Matriks Wawancara Mendalam pada Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan

No. Aspek Keterangan

1. Perencanaan Penyusunan rencana

kegiatan pemberian MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Perencanaan dibuat oleh Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan yang meliputi perencanaan jumlah MP-ASI biskuit dan wilayah yang akan diberikan serta

penanggung jawab kegiatan pemberian di tingkat kecamatan. Tidak ada perencanaan anggaran distribusi (handling cost). Tidak ada perencanaan untuk melakukan pengawasan dan penilaian.

Hambatan dalam

penyusunan perencanaan kegiatan pemberian

MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Tidak adanya ketentuan konsumsi MP-ASI biskuit tersebut, tidak adanya ketentuan anggaran untuk distribusi (handling cost).

2. Pengorganisasian Penentuan kegiatan dan

pembagian tugas dalam program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Penugasan diberikan kepada TPG Puskesmas Kecamatan yang disesuaikan dengan

kapasitasnya sebagai penanggung jawab program gizi di Puskesmas Kecamatan. Hambatan

dalam melakukan pengorganisasian

Belum adanya ketentuan pengorganisasian program ini, sehingga penugasan disesuaikan dengan tujuan program untuk memberikan MP-ASI tersebut. Tugas yang diberikan kepada TPG Puskesmas Kecamatan adalah untuk mendistribusikan MP-ASI biskuit tersebut pada wilayah rawan banjir. 3. Penggerakan

Cara menggerakan petugas program pemberian MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Penggerakan

dilakukan melalui rapat koordinasi antar TPG Puskesmas Kecamatan. Pembagian MP-ASI dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Kesulitan dalam menggerakan TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan

Tidak terdapat kesulitan karena dapat menjaga hubungan baik melalui komunikasi yang baik dengan TPG Puskesmas

Kecamatan. 4. Pengawasan


(4)

melakukan pengawasan program pemberian MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

perencanaan untuk melakukan pengawasan yang disebabkan tidak adanya instruksi untuk mengawasinya dan adanya asumsi untuk mempercayakan kepada TPG dan kader dalam melakukan pengawasan.

Hambatan

dalam melaksanakan pengawasan program pemberian MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Tidak adanya instruksi untuk melakukan pengawasan dan karena tidak semua wilayah terjadi bencana pada waktu yang sama, sehingga sulit mengawasi jalannya program ini.

5. Penilaian Cara penialian

program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Penilaian belum dilakukan karena tidak ada perencanaan untuk melakukan penilaian yang disebabkan tidak adanya instruksi untuk melapor dan malakukan penilaian hasil kegiatan pemberian MP-ASI biskuit bencana ini.

Hambatan dalam penilaian/evaluasi

program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Tidak adanya instruksi untuk melapor dan malakukan penilaian hasil kegiatan pemberian MP-ASI biskuit bencana ini.


(5)

Matriks Wawancara Mendalam pada Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI

No. Aspek Keterangan

1. Perencanaan Penyusunan rencana

program pemberian MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Perencanaan yang dibuat adalah mengenai tujuan, sasaran, target da prosedur

pelaksanaan program, tetapi masih belum dilengkapi dengan ketentuan konsumsi MP-ASI.

Hambatan dalam

penyusunan perencanaan kegiatan pemberian

MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Tidak adanya ketentuan konsumsi MP-ASI biskuit tersebut karena pembuatan pedoman dilakukan secara cepat untuk memenuhi kebutuhan mendesak, yang penting program ini memiliki petunjuk pelaksanaannya. 2. Pengorganisasian

Penentuan kegiatan dan

pembagian tugas dalam program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Pengorganisasian program terdapat dalam pedoman MP-ASI yang telah dibuat yang disesuaikan dengan kapasaitas pelaksana di tiap tingkat organisasi pelaksana.

3. Penggerakan

Cara mensosialisasikan program Sosialisasi dilakukan satu kali pada tahun 2010 melalui pertemuan regional antar pelaksana program gizi tingkat provinsi. Tidak ada rencana untuk mensosialisasikan program ini kembali.

4. Pengawasan

Metode pengawasan

program pemberian MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Seharusnya pengawasan dilakukan secara berjenjang, untuk di lapangan yang

mengawasi adalah petugas gizi dan dibantu kader. Namun sejauh ini belum ada

pengawasan. Hambatan

dalam melaksanakan pengawasan program pemberian MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Belum adanya pelaporan dari tingkat bawah.

5. Penilaian Metode penialian

program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Seharusnya penilaian dilakukan secara berjenjang setelah kegiatan pemberian MP-ASI, minimal 2 kali dalam setahun, dengan melihat apakah MP-ASI yang diberikan sesuai dengan jumlah baduta yang ada, namun


(6)

sejauh ini belum dilakukan. Hambatan dalam penilaian

program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana

Belum adanya pelaporan hasil kegiatan dari tingkat bawah.


Dokumen yang terkait

Pengalaman Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pembantu Tanjung Gusta Medan Tahun 2010

3 70 50

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan tidak naik (sT) pada baduta gakin setelah pemberian program MP-Asi kemenkes di kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

4 43 192

Persepsi Warga di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehaan

0 3 101

Persepsi warga di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan terhadap program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan

0 19 0

Penilaian Ekonomi Ganti Rugi Lahan pada Program Normalisasi Sungai di DKI Jakarta (Studi Kasus: Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Jakarta Selatan)

5 28 90

Penilaian ekonomi ganti rugi lahan pada program normalisasi sungai di DKI Jakarta (Studi Kasus: Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Jakarta Selatan)

0 2 175

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 2 17

BA Aanwijzing Pengadaan Biskuit MP ASI TA. 2012

0 0 1