Karakteristik Informan Penelitian Gambaran Umum Informan Penelitian

1 Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan berusia 39 tahun dan berpendidikan terakhir S1 gizi. Beliau bekerja di bidang gizi sejak tahun 2001. Kemudian menjabat sebagai koordinator program gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan pada awal tahun 2012. Kendati demikian, beliau mampu memberikan informasi mengenai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian program pemberian MP-ASI pada balita korban banjir dengan baik. 2 TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru berusia 42 tahun dan berpendidikan terakhir D3 gizi. Beliau telah bekerja di bidang gizi selama 18 tahun, yaitu sejak tahun 1994. Dalam program pemberian MP-ASI pada balita korban banjir ini, beliau memberikan informasi mengenai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian. Sedangkan untuk karakteristik kader Posyandu yang mendistribusikan kepada ibu balita tertera dalam tabel 5.6. Tabel 5.6 Karakteristik Kader Posyandu RW 01, 02 dan 03 No. Nama Usia Pendidikan Terakhir Posyandu RW 1 ET 51 tahun D3 Dahlia 01 2 A 54 tahun SD Melati 02 3 TH 44 tahun SMA Kuntum Mekar 02 4 SU 55 tahun SMA Anggrek 03 5 MT 42 tahun SMA Seruni 03 6 NR 46 tahun SMA Kenanga 03 Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa kader Posyandu yang melaksanakan pendistribusian MP-ASI biskuit kepada ibu balita berusia antara 42 sampai dengan 54 tahun. Para kader mayoritas berpendidikan terakhir SMA, namun ada juga yang berpendidikan terakhir D3 dan SD. Meskpiun demikian, kader dapat memberikan informasi terkait pelaksanaan program ini dengan baik. Setelah terjadi banjir, para kader mengaku telah mendistribusikan MP-ASI untuk para balita di Posyandu. Dalam wawancara yang dilakukan dengan mereka, dapat digali informasi mengenai pelaksanaan, pengawasan dan pencatatan serta pelaporan data guna penilaian program MP-ASI tersebut. Sedangkan untuk karakteristik informan ibu balita yang mendapat MP-ASI tertera dalam tabel 5.7. Tabel 5.7 Karakteristik Informan Ibu Baduta yang Mendapat MP-ASI No. Inisial Usia Posyandu RW 1 RY 40 tahun Dahlia 01 2 N 24 tahun Dahlia 01 3 AN 30 tahun Dahlia 01 4 YJ 44 tahun Melati 02 5 YN 34 tahun Melati 02 6 YL 37 tahun Melati 02 7 E 38 tahun Kuntum Mekar 02 8 J 44 tahun Kuntum Mekar 02 9 M 27 tahun Kuntum Mekar 02 10 R 39 tahun Anggrek 03 11 RN 45 tahun Anggrek 03 12 W 30 tahun Anggrek 03 13 S 30 tahun Seruni 03 14 K 35 tahun Seruni 03 15 D 28 tahun Seruni 03 16 W 25 tahun Kenanga 03 17 AR 29 tahun Kenanga 03 18 U 35 tahun Kenanga 03 Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa ibu baduta yang mendapat MP-ASI biskuit berusia antara 25 sampai dengan 45 tahun. Setelah terjadi banjir, para ibu balita mengaku telah mendapat MP-ASI untuk balitanya di Posyandu. Dalam wawancara yang dilakukan dengan mereka, dapat digali informasi mengenai pelaksanaan dan pengawasan program pemberian MP-ASI tersebut. c. Informan Kunci Informan kunci dalam penelitian ini ialah Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI. Beliau berusia 49 tahun dan berpendidkan terakhir S2 Kesehatan Masyarakat. Dalam program pemberian MP-ASI pada balita korban banjir ini, beliau memberikan informasi mengenai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian di tingkat pusat.

5.3 Gambaran Umum Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana di

Puskesmas Kelurahan Petogogan Program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana merupakan salah satu program gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kelurahan Petogogan pada tahun 2012. MP-ASI tersebut merupakan dropping dari Kemenkes yang ditujukan bagi baduta korban bencana. Hal ini disesuaikan dengan indikator gizi yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014, yaitu 100 buffer stock MP-ASI bencana. Selain itu, karena pengadaan program MP-ASI reguler sudah dapat diselenggarakan secara mandiri oleh Puskesmas melalui dana Bantuan Opersional Kesehatan BOK. MP-ASI yang diberikan adalah MP-ASI biskuit untuk usia 6-24 bulan. Tujuannya untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan mempertahankan gizi yang sudah baik agar tidak jatuh ke gizi kurang atau buruk. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “MP-ASI untuk bencana memang diperlukan untuk situasi bencana, tidak untuk situasi program yang normal. Sekarang ini MP-ASI reguler untuk balita gizi kurang yang ada di masyarakat sudah ditolong oleh dana BOK, itu salah satunya untuk melakukan pembelian atau penyelenggaraan MP- ASI. Seharusnya MP-ASI kita kan 100 persen mutlak untuk diberikan kepada balita-balita yang mengalami bencana, misal di kabupatenkotamadya tertentu mengalami bencana, banjir, gempa dan sebagainya, kemudian dia ke tempat pengungsian, nah itu kita berikan MP-ASI kepada baduta-baduta supaya kalau memang dia gizi baik kalau MP-ASI-nya cukup tetap diberikan, tetap kita berikan karena enggak ada makanan kan, jadi makanan itu makanan terbaik supaya dia tidak jatuh ke gizi kurang dan yang gizi kurang supaya tidak jatuh ke gizi buruk. Tujuan utamanya itu.” Informan MS Hal yang sama juga disampaikan oleh petugas gizi di Sudinkes jakarta Selatan hingga Puskesmas kelurahan bahwa program MP-ASI biskuit pada baduta korban bencana sudah dilaksanakan pada tahun 2012 ini. Di Puskesmas Kelurahan Petogogan, program MP-ASI ini disebut juga MP-ASI Gawat Darurat Bencana Gadarben. Pemberian makanan tambahan berupa MP-ASI biskuit tersebut dilaksanakan untuk penanggulangan bencana dan kemiskinan serta mencegah kekurangan pangan dan gizi kurang. Sasarannya adalah baduta yang menjadi korban banjir. Berikut beberapa kutipan mengenai gambaran umum program MP-ASI di Puskesmas Kelurahan Petogogan: “MP-ASI biskuit tahun 2012 ini adalah dropping dari Kementerian Kesehatan. MP-ASI itu diperuntukkan korban bencana. Diberikan kepada baduta korban banjir, bisa melalui kader atau langsung dari petugas. Saya baru dikasih tahu bahwa itu jangan diperuntukkan yang lain dulu, hanya untuk bencana banjir saja. Tujuannya untuk penanggulangan bencana dan kemiskinan.” Informan LH “MP-ASI biskuit yang khusus untuk korban banjir, baru 2012 ini. Disebut juga MP-ASI Gadarben. Sasarannya baduta juga, sebagai bantuan pangan dan untuk mencegah gizi kurang.“ Informan YAP

5.4 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana

Berdasarkan wawancara dengan koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan dan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI, MP-ASI biskuit yang diajukan untuk bencana kepada Kemenkes untuk Jakarta Selatan sebanyak 1 ton. Pengajuan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejadian banjir 5 tahunan di wilayah DKI Jakarta, termasuk Jakarta Selatan pada tahun 2012. Jumlah tersebut disamaratakan untuk setiap Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Tidak ada perencanaan anggaran di tingkat Kota karena pengadaan MP-ASI bencana ini dilakukan oleh Kemenkes. Berikut kutipan pernyataannya: “Di Jakarta, kita diminta 1 ton untuk antisipasi terjadi bencana. Kira-kira di Jakarta ini bulan-bulan banjir kan sudah tahu kapan, nah makanya mereka minta ditujukan untuk korban banjir.” Informan MS “MP-ASI tahun 2012 ini sebanyak 1 ton untuk antisipasi bencana banjir tahun ini.” Informan LH Kemudian koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan melakukan perencanaan distribusi MP-ASI kepada semua Puskesmas Kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data geografi, yaitu dengan melihat daerah rawan banjir di wilayah Jakarta Selatan. Karena rata-rata semua wilayah di Jakarta Selatan memiliki daerah rawan banjir, maka perencanaan pembagian MP-ASI dilakukan secara merata. Perencaanaan anggaran tidak dilakukan karena MP-ASI ini merupakan dropping dari Kemenkes, biaya pengiriman dari Kemenkes hingga kotamadya ditanggung oleh Kemenkes, sedangkan untuk distribusi dari Sudinkes Jakarta Selatan ke kecamatan, koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan merencanakan agar MP-ASI tersebut

Dokumen yang terkait

Pengalaman Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pembantu Tanjung Gusta Medan Tahun 2010

3 70 50

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan tidak naik (sT) pada baduta gakin setelah pemberian program MP-Asi kemenkes di kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

4 43 192

Persepsi Warga di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehaan

0 3 101

Persepsi warga di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan terhadap program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan

0 19 0

Penilaian Ekonomi Ganti Rugi Lahan pada Program Normalisasi Sungai di DKI Jakarta (Studi Kasus: Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Jakarta Selatan)

5 28 90

Penilaian ekonomi ganti rugi lahan pada program normalisasi sungai di DKI Jakarta (Studi Kasus: Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Jakarta Selatan)

0 2 175

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 2 17

BA Aanwijzing Pengadaan Biskuit MP ASI TA. 2012

0 0 1