Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Puskesmas Kelurahan Petogogan yang kasih ke keluarga balita, bisa juga dibantu kader ya. Satu anak dapet 1 pak yang isinya 7 bungkus. Itu untuk 1 minggu, jadi 1 bungkus untuk makan 1 hari. Kalau pun nimbul banjir lagi, ya dikasih lagi kalau stok masih ada, dan kalau kurang di sini masih ada kok, tapi biasanya sebelum diminta, saya udah tau, nanti kita kasih dari stok kita, atau misal dari Cipete Utara kan belum dipakai, ini bisa kita alihkan ke sana.” Informan SD Pendistribusian di tingkat kelurahan juga telah sesuai dengan perencanaan yang dibuat, yaitu membagi rata MP-ASI yang diterima kepada seluruh kader di wilayah rawan banjir. MP-ASI yang diberikan pun sesuai dengan pernyataan TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan dan kader, serta sesuai dengan dokumen tanda terima distribusi MP-ASI. MP-ASI yang diberikan kepada setiap kader sebanyak 4 pak atau sebanyak 28 bungkus. Sedangkan sisa 2 buah dus MP-ASI yang direncanakan untuk antisipasi banjir lagi, kemudian diberikan kepada Posyandu lain karena banjir tidak terjadi lagi dan dengan pertimbangan tanggal kadaluarsa yang tidak lama lagi dan agar MP-ASI tersebut tidak mubazir. Setelah dibagikan kepada para kader, mereka yang menentukan pembagiannya kepada para ibu balita. Berikut kutipan pernyataannya: “Dari 5 dus yang saya dapet, 3 dus dikasih ke 3 RW yang kena banjir. Aku bagiinnya itu samain aja sih, kan ada 6 posyandu, jadi setiap posyandu aku kasih 28 roll 4 pak. Nah terus kan sisa 2 dus, aku bagiin ke tempat lain yang enggak kena banjir tapi disana ada juga balita BGM-nya, habis saya rasa perlu juga, dan dari pada expired numpuk disini. Setelah diberikan, nanti terserah kader ngebagiin ke balitanya.”Informan YAP Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan pemberian MP-ASI ini adalah belum adanya ketentuan konsumsi, sehingga pelaksanaannya di lapangan bisa dilakukan ketika banjir atau bahkan lain waktu. Sasaran yang diberikan pun bisa terjadi bukan hanya yang usia 6-24 bulan, melainkan semua balita. Begitu pula porsi pemberian MP-ASI, ada yang membagikan rata kepada seluruh balita sesuai MP-ASI yang diterima dan ada juga yang membagikannya kepada baduta BGM sebanyak 7 bungkus untuk konsumsi 7 hari. Hal ini dikarenakan bencana tidak bisa diprediksi. Selain itu, anak usia di bawah 6 bulan juga diberikan MP-ASI biskuit ini. Hal ini terjadi karena petugas tidak ingin para ibu balita saling iri. Pertimbangan lainnya adalah karena mereka termasuk kelompok rentan yang perlu diberikan bantuan pangan juga. Berdasarkan wawancara dengan para kader, diketahui bahwa pelaksanaan pemberian MP-ASI dilakukan di Posyandu setelah banjir surut, sebab banjir yang terjadi cukup besar sehingga ketika banjir mereka tidak bisa dan tidak berani keluar rumah. Model pembagian MP-ASI di setiap posyandu berbeda-beda, ada yang membagi rata kepada semua balita yang menimbang di posyandu dengan pertimbangan agar semuanya mendapat tambahan makanan yang sama, selain itu juga para ibu balita tidak saling iri dan karena di wilayah mereka tidak ada balita BGM. Pembagian secara merata ini dilakukan di Posyandu Kenanga, Dahlia, Kuntum Mekar dan Melati. Berikut kutipan pernyataannya: “Kita dikasih Bu YAP TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan di Puskesmas, sama semua dapetnya, dapet 4 pak. Model bagiiinya beda-beda ya, terserah kita. Di sini Posyandu Kenanga semua balita usia 0-5 tahun yang nimbang dapet biskuit itu. Balitanya kan ada 83 balita, saya bagi rata semua. MP-ASI itu saya bukain, terus saya bungkusin kecil, isinya 3 atau 4 keping. Nanti 3 atau 4 keping itu dimasukin ke plastik, trus kita tambah susu biar banyakan dapetnya. Pokoknya kita kasih aja semuanya. Biar enggak pada ngiri. Saya bilangin ke ibunya supaya dimakan anaknya.” Informan NR “Saya bagiinya di Posyandu setelah banjir surut, soalnya pas banjir enggak bisa keluar rumah. Banjirnya cukup besar ya sampe hampir sedada. MP- ASI-nya dikasih ke anak usia yang sesuai tulisan di bungkusnya itu. Di sini ada 28 balita, sesuai dengan yang kita terima, ada 28 bungkus. Jadi semua dapat.” Informan ET “Ngasihnya pas udah selesai banjir, gimana mau bagiin ya, takut hanyut kita. Kita kasih di posyandu aja pas besokannya. Bagiinnya rata, kan dapetnya 4 pak yang gede, 28 bungkus kan enggak cukup, jadi, 2 bungkus dibagi buat 3 orang. Tapi 68 balita di sini dapet semua. Pokoknya dibagi rata lah. Nah pas ngasih mereka mah enggak pakai kita bilangin lagi ya, soalnya udah pernah dapet, terutama buat yang BGM.” Informan A “Dari 4 pak yang kita dapet, kita bukain, kita masukin ke plastik kiloan, 1 plastik 5 biji biskuit isinya. Nanti kita tambahin susu sama pisang. Karena di sini kan banyak balitanya ada 115 balita. Tapi kita enggak ada yang BGM, jadi kita bagiin semua rata, semua dikasih. Semua umur 0- 5 tahun dapet. Aku lupa Bu YAP TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan bilangnya apa, pokoknya dibagiin habis itu aja. Pas ngasih saya bilang: Abisin ya bu. Tapi rata-rata pada langsung dimakan sih, apalagi dapetnya dikit, bisa langsung habis.” Informan TH Berdasarkan wawancara mendalam dengan para ibu baduta di masing-masing Posyandu, pelaksanaan pemberian MP-ASI tersebut telah sesuai dengan yang disampaikan oleh para kader. Jumlah yang mereka terima pun sesuai dengan pernyataan tersebut. Sedangkan di Posyandu Anggrek dan Seruni, MP-ASI tersebut diberikan kepada anak usia 12-24 bulan dan baduta BGM. Dengan pertimbangan bahwa mereka lebih membutuhkan dibanding baduta yang bergizi baik. Di Posyandu Anggrek, jika baduta BGM tidak hadir ketika penimbangan di posyandu, maka MP-ASI diantar langsung kerumah baduta tersebut. Sedangkan di Posyandu Seruni dibagikan di Posyandu. Berikut kutipan pernyataannya: “Dapat dari Bu YAP TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan 4 pak gede. Saya bagiiinya di posyandu. Kalau dia enggak datang ke posyandu saya kasih kerumahnya. Saya kasih ke anak usia sesuai tulisan di bungkusnya aja. Karena dapetnya sedikit, cuma berapa pak, jadi kita pilihin, pokoknya diutamakan yang BGM dan kurus. Saya kasih ke Bu R Ibu dari balita kurus 2 pak, 2 nya lagi dibagiinya ke Bu RN dan Bu W Ibu dari balita BGM. Tapi pas kita kasih, kita bilangin harus dihabisin dan dimakan anaknya.” Informan SU “Kita utamain umur 2 tahun itu, kalau sisa, kita kasih yang BGM, jadi dia dapet banyakan. Kalau ngasih, semua pengennya kita kasih, tapi ini kan untuk 12-24 bulan, jadi kita kasih ke mereka aja, yang di atas enggak dikasih, mereka dapetnya biskuit yang kita beli sendiri pakai duit kaleng swadaya. Kalau kata Bu YAP TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan kan harus habis 1 bungkus 1 hari, cuma kita enggak mendetil bilang ke ortunya itu.” Informan MT Dengan model pembagian seperti itu, para kader mengaku tidak mengalami hambatan. Bagi mereka yang terpenting mereka dapat menjalankan tugas dengan membagi habis semua MP-ASI kepada balita di wilayah mereka. Ibu Balita yang mendapat MP-ASI juga merasa senang bisa mendapat bantuan tambahan makanan untuk balitanya yang sudah terjamin kandungan gizinya. Berikut kutipan pernyataannya: “Aku dapat dari Bu SU kader Posyandu Anggrek Dapatnya 2 bungkus gede. Dia bilang ke saya harus dihabisin, jangan emaknya yang makan. Anak saya mau sih makannya. Dicampur air, kan enak tuh jadi empuk, lagian itu kan rasa susu juga ya. Ini mah pasti bagus gizinya, lumayan mbak buat tambahan makanan, buat ngemil si adik balitanya juga. Soalnya saya mah tetep ngasih nasi juga.” Informan R Perbedaan pendistribusian tersebut disebabkan kader diberi kebebasan oleh TPG kelurahan untuk membagikan kepada balita di wilayahnya sesuai MP-ASI yang diberikan. Selain itu juga disebabkan oleh belum adanya ketentuan konsumsi MP-ASI biskuit bagi korban bencana. Berdasarkan wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi makanan Kemenkes RI, diketahui bahwa buku panduan pengelolaan program MP-ASI buffer stock telah dibuat dan dikeluarkan pada tahun 2010. Pedoman tersebut juga sudah disebarkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi ketika rapat koordinasi pada tahun 2010. Hingga saat ini, belum dilakukan sosialisasi kembali terhadap buku pedoman yang terbaru, yaitu tahun 2011. Hal ini disebabkan hampir semua dari isi buku panduan tersebut sama, hanya ditambahkan bagan alur distibusi MP-ASI. Akan tetapi, berdaasrkan telaah dokumen, pedoman MP-ASI tersebut belum merinci hingga ketentuan konsumsi MP-ASI yang meliputi porsi konsumsi per hari dan lama waktu pemberian. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Sosialisasi secara lisan sudah ya. Panduan MP-ASI buffer stock kita juga punya dan sudah kita sebarkan ke dinas provinsi ketika rapat koordinasi tahun 2010. Buku pedoman ini juga sudah ada yang baru, yaitu tahun 2011, tapi belum ada sosialisasi lagi karena tidak ada perubahan. Untuk ketentuan konsumsi tidak ada di sini buku pan duan pengelolaan MP-ASI buffer stockya, sebenarnya kan itu ada di pedoman MP-ASI yg reguler MP-ASI untuk baduta gakin dan kita masih menggunakan pedoman MP-ASI yang lama untuk itu. Kita belum ada rencana untuk melakukan sosialisasi lagi, karena sudah dilakukan pada waktu itu. Kita juga belum ada rencana untuk melakukan publikasi pedoman MP-ASI buffer stock ini ke perpustakaan, sedangkan ini mendesak saja buatnya waktu itu, yang penting untuk buffer stock ini kita ada dasarnya, petunjuk teknisnya ini lho, jadi ada aturannya, enggak sembarangan saja.” Informan MS Berdasarkan hasil observasi, produk biskuit MP-ASI yang diberikan oleh Kemenkes telah sesuai dengan produk MP-ASI yang direncanakan. Produk tersebut adalah produk MP-ASI biskuit dengan model pelabelan kemasan yang telah sesuai dengan ketentuan pelabelan menurut Kemenkes. Pendistribusian produk dikemas dalam dus, dimana 1 dus berisi 4 pak, dan setiap pak berisi 7 bungkus MP-ASI biskuit. MP-ASI biskuit tersebut dikemas dengan metalized plastic berwarna silver yang bertuliskan MP-ASI. Pada kemasan metalized plastic tersebut bertuliskan: a. Nama Produk: “MP-ASI biskuit” disertai lambang Kemenkes dan logo halal Majelis Ulama Indonesia MUI b. Keterangan berat bersih sebesar 120 gram c. Nama dan alamat produsen d. Daftar bahan Komposisi: Tepung terigu, gula, minyak nabati, susu bubuk, bahan pengembang Natrium bikarbonat, Amonium bikarbonat, pengemulsi lesitin kedelai, garam, perisa susu, premix vitamin dan mineral. e. Kandungan gizi per 100 gram = energi total 180 kkal f. Informasi gizi: - Ukuran takaran saji = 4 keping - Jumlah sajian perkemasan = 3 - persentase AKG per takaran saji g. Petunjuk penyimpanan sebelum dan sesudah kemasan dibuka Setelah digunakan, tutup rapat dan masukkan ke dalam wadah kering, bersih dan tertutup. Simpan di tempat sejuk dan kering. Jangan dimakan bila biskuit telah berubah warna, bau dan rasanya secara mencolok. h. Tanggal kadaluwarsa: “Baik digunakan sebelum tanggal … bulan … tahun …” i. Kode produksi j. Nomor pendaftaran pangan registrasi BPOM … k. Pesan “Hanya untuk anak 12 – 24 bulan” l. Tulisan “GRATIS” Kemasan tersebut telah sesuai dengan ketentuan kemasan dan pelabelan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 224MenkesSKII2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu MP-ASI Biskuit untuk Anak 12 – 24 Bulan. Kemasan MP-ASI biskuit tersebut tergambar pada gambar 5.1. Gambar 5.1 Kemasan MP-ASI Biskuit Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan mendapat informasi seputar program MP-ASI ini secara lisan ketika rapat koordinasi di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. MP-ASI ini diberikan kepada baduta di daerah bencana. Ketentuan konsumsi MP-ASI ini adalah 1 bungkus untuk 1 hari dan dapat diberikan sampai paling lama 14 hari jika cukup, karena setelah itu harus dibuat dapur umum. Instruksi yang diberikan koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan kepada para TPG juga secara lisan ketika rapat program gizi di Sudin. Informasi yang diberikan pun sama, yaitu sasarannya adalah baduta dan diberikan selama banjir dengan ketentuan konsumsi 1 bungkus per hari. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari para informan, sosialisasi dari pelabelan kemasan tersebut tidak dilakukan, sedangkan informasi tersebut dapat dijadikan petunjuk dalam melaksanakan pemberian porsi makan. Oleh sebab itu, hanya ada beberapa kader yang memperhatikan tulisan tersebut sebagai petunjuk pemberian kepada sasaran. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Saya bagiinya ke anak 12-24 bulan doang, kan ada tulisannya di bungkusnya.” Informan SU “Pas saya lihat ada tulisan hanya untuk anak 12-24 bulan di bungkusnya, ya saya kasihnya ke mereka aja.” Informan MT Penggerakan yang dilakukan oleh TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru kepada TPG Puskemas Kelurahan Petogogan telah sesuai dengan pernyataan TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru saat wawancara mendalam, yaitu bahwa penggerakan hanya dilakukan secara lisan melalui telepon. Penggerakan secara lisan juga dilakukan TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan kepada Kader Posyandu. Beliau selalu mengingatkan kader agar selalu membuat catatan dalam setiap kegiatan posyandu. Menurut para kader posyandu, penggerakan yang dilakukan oleh TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan kepada para kader telah sesuai dengan pernyataannya, bahwa penggerakan hanya dilakukan secara lisan dengan meminta para kader datang ke Puskesmas. Berdasarkan wawancara dengan TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan, dalam menggerakan kader juga terdapat sedikit kendala, karena setiap kader memiliki kepribadian dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Akan tetapi, sejauh ini TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan masih bisa mengatasi dan menjaga hubungan baik dengan para kader tersebut agar mereka tetap dapat membantu pelaksanaan program Puskesmas dengan baik juga. Berikut kutipan pernyataannya: “Sebenarnya enggak ada masalah yang terlalu gimana sih sampai sekarang, karena hubungan ke kader juga masih bagus. Tapi yang namanya kader kan beda-beda orang, ada yang mudah dibilangin ada yang enggak. Jadi sebisanya kita aja menjaga hubungan baik dengan mereka. Misalnya untuk MP-ASI ini, makanya saya bagi rata aja, biar enggak ada iri-irian, karena dulu pernah ada yang enggak saya kasih, terus minta, akhirnya untuk sekarang ini saya bagi rata aja, yang penting berdasarkan nama balitanya dan ada datanya.” Informan YAP

5.7 Gambaran Pengawasan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana Berdasarkan wawancara mendalam dengan TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan, pengawasan belum dilaksanakan. Pengawasan tidak dilakukan karena selain MP-ASI yang terlalu sedikit juga karena berlandaskan rasa kepercayaan kepada para kader. Berikut kutipan pernyataannya: “Enggak ada pengawasan karena sangat sedikit sekali, begitu dikasih bias langsung habis di tempat ya. Dan saya azas kepercayaan aja sih ya ke mereka kader.” Informan YAP Begitu pula di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, pengawasan belum dilaksanakan karena TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru memberikan kepercayaan yang tinggi terhadap TPG Puskesmas Kelurahan dan kader dalam melaksanakan program ini. Demikian juga pengawasan kepada ibu baduta dan badutanya baik dari TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan maupun kader, pengawasan tidak dilakukan karena tidak ada instruksi untuk melakukan pengawasan dan selain itu setiap baduta mendapat MP-ASI biskuit yang sedikit sehingga setelah mendapat biskuit tersebut bahkan dapat segera habis dimakan saat itu juga. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Pengawasan dari saya TPG dan kader ke ibu balita untuk banjir ini enggak ada ya, karena instruksinya juga enggak jelas. Pokoknya setelah dibagikan, mereka terima, ya sudah. Enggak ada pemantuan seperti MP-ASI yang untuk 90 hari itu ya.” Informan YAP “Enggak ada. Karena kita cuma disuruh bagiin.” Informan ET “Kita cuma kasih aja, enggak ngawasin ke rumah. Orang Cuma dikit dap atnya.” Informan TH “Enggak ada. Cuma sedikit mba dapatnya. Malah bisa langsung dimakan di Posyandu sama mereka.” Informan NR Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu baduta yang mendapat MP-ASI, mereka juga mengaku bahwa tidak ada pengawasan dari kader dan TPG Puskesmas. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Enggak ada pengawasan.” Informan RY “Pengawasannya enggak ada. Habis dikasih ya udah.” Informan R Berdasarkan wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi makanan Kemenkes RI, diketahui bahwa pengawasan seharusnya dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat kabupaten hingga bawah. Pengawasan tersebut perlu dilakukan agar pelaksanaan konsumsi MP-ASI sesuai prosedur sehingga dapat memberikan manfaat kepada sasaran. Berikut kutipan pernyataannya: “Seharusnya petugas kesehatan di tingkat kabupaten ke bawah yang awasin untuk melihat ke sasaran.” Sedangkan berdasarkan wawancara mendalam dengan koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan, sejauh ini belum dilakukan pengawasan kepada TPG Puskesmas Kecamatan terkait program MP-ASI biskuit untuk bencana, termasuk salah satunya pada saat pelaksanaan program tersebut di Kelurahan Petogogan. Pengawasan belum dilakukan karena belum ada rencana untuk melakukan pengawasan. Hal ini juga diperkuat dengan tidak adanya pedoman untuk melakukan pengawasan. Selain itu dikarenakan tidak semua wilayah terkena bencana pada waktu yang dan adanya rasa kepercayaan yang tinggi pada petugas di Puskesmas dan kader. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Sejauh ini kita memang agak lemahnya di situ ya. Sampai sekarang belum ada pengawasan untuk pemberian MP-ASI bencana ini. Pertama karena kejadian bencana ini kan beda-beda, ada yang di sini banjir, di sana enggak kita juga enggak ditekankan untuk itu, kemudian karena kita percaya aja sih sama TPG dan kadernya untuk bertanggung jawab dalam memberikan MP- ASI ke ibu balita. Karena yang bagiin kan TPG kelurahan langsung dan mungkin dibantu kadernya juga. Tapi seharusnya ada pengawasan dari Sudin ke Kecamatan, nanya sudah sampai belum, dikasihnya ke kelurahan mana, cuma sejauh ini belum dilaksanakan. Tapi kalau untuk di lokasi, seharusnya ada pengawasan dari TPG puskesmasnya ya.” Informan LH Tidak adanya pengawasan ini diperkuat dengan hasil telaah dokumen bahwa tidak ditemukannya dokumen yang digunakan dalam melakukan pengawasan seperti lembar pengecekan tempat penyimpanan MP-ASI, pendistribusian MP-ASI dan konsumsi MP-ASI.

5.8 Gambaran Penilaian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana Berdasarkan wawancara di tingkat kecamatan dan kelurahan, pencatatan sudah dilakukan melalui tanda terima, namun pelaporan dan evaluasi belum dilaksanakan karena belum ada instruksi untuk melaporkan hasil kegiatan pemberian ini. Berikut kutipan pernyataannya: “Kalau untuk bencana ini cuma dari tanda terima aja. Evaluasinya belum, saya belum ngecek karena memang belum ada laporan yang jelas ya. Kebetulan juga dari Sudin belum ada review. Tapi biasanya kalau ada rapat atau pertemuan baru diminta. Sekarang belum diminta, jadi saya juga belum tau barang MP-ASI di sana Petogogan gimana karena memang belum ada pelaporan ya. Cuma setahu saya di sana sudah terpakai semua.” Informan SD “Penilaian dan pelaporan belum ya. Karena enggak ada instruksi kalau harus melapor. Saya juga enggak diminta sama Bu SD TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, yang penting udah dikasih ya sudah. Paling tahunya udah nyampe itu ya dari tanda terima aja.” Informan YAP

Dokumen yang terkait

Pengalaman Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pembantu Tanjung Gusta Medan Tahun 2010

3 70 50

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan tidak naik (sT) pada baduta gakin setelah pemberian program MP-Asi kemenkes di kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

4 43 192

Persepsi Warga di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehaan

0 3 101

Persepsi warga di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan terhadap program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan

0 19 0

Penilaian Ekonomi Ganti Rugi Lahan pada Program Normalisasi Sungai di DKI Jakarta (Studi Kasus: Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Jakarta Selatan)

5 28 90

Penilaian ekonomi ganti rugi lahan pada program normalisasi sungai di DKI Jakarta (Studi Kasus: Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Jakarta Selatan)

0 2 175

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 2 17

BA Aanwijzing Pengadaan Biskuit MP ASI TA. 2012

0 0 1