5.4 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana
Berdasarkan wawancara dengan koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan dan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes
RI, MP-ASI biskuit yang diajukan untuk bencana kepada Kemenkes untuk Jakarta Selatan sebanyak 1 ton. Pengajuan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejadian
banjir 5 tahunan di wilayah DKI Jakarta, termasuk Jakarta Selatan pada tahun 2012. Jumlah tersebut disamaratakan untuk setiap Kota Administrasi di Provinsi
DKI Jakarta. Tidak ada perencanaan anggaran di tingkat Kota karena pengadaan MP-ASI bencana ini dilakukan oleh Kemenkes. Berikut kutipan pernyataannya:
“Di Jakarta, kita diminta 1 ton untuk antisipasi terjadi bencana. Kira-kira di Jakarta ini bulan-bulan banjir kan sudah tahu kapan, nah makanya mereka
minta ditujukan untuk korban banjir.” Informan MS “MP-ASI tahun 2012 ini sebanyak 1 ton untuk antisipasi bencana banjir
tahun ini.” Informan LH Kemudian koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan melakukan perencanaan
distribusi MP-ASI kepada semua Puskesmas Kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data
geografi, yaitu dengan melihat daerah rawan banjir di wilayah Jakarta Selatan. Karena rata-rata semua wilayah di Jakarta Selatan memiliki daerah rawan banjir,
maka perencanaan pembagian MP-ASI dilakukan secara merata. Perencaanaan anggaran tidak dilakukan karena MP-ASI ini merupakan dropping dari Kemenkes,
biaya pengiriman dari Kemenkes hingga kotamadya ditanggung oleh Kemenkes, sedangkan untuk distribusi dari Sudinkes Jakarta Selatan ke kecamatan,
koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan merencanakan agar MP-ASI tersebut
diambil oleh pihak Puskesmas Kecamatan sesegera mungkin. Selain itu juga tidak terdapat perencanaan untuk melakukan pengawasan dan penilaian, sedangkan
untuk pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika ada permintaan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi atau Kemenkes. Berikut kutipan pernyataannya:
“Rencana disribusinya merata aja, kita kan didrop 1 ton atau 143 dus, jadi setiap Puskesmas dapat 14 dus
– 18 dus. Harusnya kan ada alokasi, proporsi, cuma karena kita belum ada penentuan lokasi banjir, jadi
disamakan saja. Di laptah laporan tahunan kan ada keterangan daerah rawan banjir ya, dan setiap kecamatan itu pasti ada, rata-rata hampir sama
wilayah banjirnya, jadi disamaratakan saja alokasinya. Kita juga rencananya minta mereka pihak Puskesmas Kecamatan yang ambil,
karena enggak ada anggaran transportasinya ya, atau biasa disebut juga „handling cost’. Untuk pengawasan dan evaluasi juga enggak ada
perencanaan karena enggak ditekankan untuk itu dan kita percaya aja sama kadernya. Kalau untuk pelaporan baru kita lakukan kalau ada permintaan
dari Dinas Dinkes Provinsi DKI Jakarta atau Kemenkes.
” Informan LH Berdasarkan hasil telaah dokumen, diperoleh hasil bahwa Sudinkes Jakarta Selatan
memang menerima 1 ton atau sebanyak 143 dus MP-ASI biskuit, kemudian dari 143 dus tersebut Puskesmas Kecamatan diberi sebanyak 14 dus. Selain itu juga
ditemukan bahwa memang tidak ada perencanaan anggaran dalam program MP- ASI biskuit untuk baduta korban bencana ini.
Begitu pula perencanaan yang dilakukan di tingkat Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Kelurahan Petogogan. Perencanaan ini tidak dilakukan secara
khusus dalam rapat koordinasi tetapi sesegera mungkin setelah mendapat informasi bahwa ada pemberian MP-ASI dari Sudinkes Jakarta Selatan untuk
dibagikan kepada baduta korban banjir. Perencanan yang dilakukan di tingkat kecamatan dilakukan oleh TPG. Perencanaan distribusi ini dilakukan berdasarkan
fakta pengalaman kejadian banjir sebelumnya dan data geografi, yaitu data daerah
rawan banjir yang terdapat di kelurahan Petogogan. Selain menggunakan fakta dan data geografi, juga menggunakan asumsi bahwa wilayah yang luas memiliki balita
yang banyak. Untuk pendistribusian, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru
berencana segera mendistribusikannya setelah mengambil MP-ASI dari Sudinkes Jakarta Selatan.
Perencanaan untuk pengawasan tidak dilakukan karena merasa tidak perlu ada pengawasan jika pemberiannya hanya sedikit, selain itu
mempercayakan saja kepada kader. Perencanaan metode penilaian juga belum dilakukan. Sedangkan perencanaan pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika
ada permintaan laporan data hasil kegiatan dari Sudinkes Jakarta Selatan. Berikut kutipan pernyataannya:
“Mungkin kalau perencanaan itu alokasi tempatnya yang mau dikasih di mana dan berapa dikasihnya. Enggak ada penghitungan khusus, enggak ada
pengajuan juga. Langsung aja sesuai droppingan. Kita ngerencanain mulai ngambil dari Sudin sampai pendistribusian ke puskesmas kelurahan. Kan
kemarin kita dapet dari Sudin 14 dus untuk banjir, itu saya harus cari lokasi
yang ada bencana banjir. Kita „mapping’ dulu kan wilayah mana yang banyak, jadi udah ada ancer-ancer wilayah mana yang mau dikasih. Nah,
dari 10 kelurahan di kecamatan ini, kita ada 3 daerah rawan banjir, ada Rawa Barat, Petogogan, dan Cipete Utara. Wilayah yang daerah rawan
banjir terbanyak dapetnya ya lebih banyak, Petogogan kan banyak ya, ada 3 RW, jadi dapet 5 dus. Cipete Utara juga balitanya banyak kan, jadi dapet 5
dus juga. Kemudian 2 dus untuk Rawa Barat dan 2 dus lagi untuk stok di kecamatan, karena untuk antisipasi banjir di wilayah lain. Biasanya
awalnya kita memang pendataan dulu, yang wilayah banjir mana aja, tapi memang kebetulan yang wilayahnya luas ya banyak juga balitanya.
Kemudian ditambah berita banjir di Petogogan ini sampai masuk TV televisi juga, karena cukup besar. Kalau perencanaan pengawasan enggak
ada ya, dan sepertinya juga tidak perlu pengawasan karena dapetnya hanya sedikit sekali. Kalaupun ada nanti yang mengawasi adalah TPG kelurahan
dan dibantu kader, dipercayakan saja kepada mereka. Pelaporan juga nanti saja kalau ada permintaan dari Sudin, tapi se
lama ini belum ada.” Informan SD
Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal yang disampaikan oleh telah sesuai dengan
dokumen yang ada, bahwa Puskesmas Kecamatan menerima 14 dus MP-ASI