10 3
Kecerdasaan  visual-spasial  adalah  kemampuan  berfikir  menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan.
4 Kecerdasan  musical  adalah  kemampuan  menggubah  atau  menciptakan
musik, dapat
bernyanyi dengan
baik atau
memahami dan
mengapresiasikan musik serta menjaga ritme. 5
Kecerdasan  kinestetik-tubuh  adalah  kemampuan  menggunakan  tubuh secara  terampil  untuk  memecahkan  masalah,  menciptakan  barang  serta
dapat mengemukakan gagasan dan emosi. 6
Kecerdasan  interpersonal  adalah  kemampuan  bekerja  secara  efektif dengan orang lain dan berempati.
7 Kecerdasan  intrapersonal  yaitu  kemampuan  menganalisis  diri  sendiri,
membuat rencana dan menyusun tujuan yang akan dicapai. Kecerdasan  yang  dikemukakan  oleh  Gardner  ini  dikenal  juga  sebagai
keragaman  kecerdasan  multiple  intellegence.  Pembagian  kecerdasan  oleh  Gardner ini telah membuka paradigma baru dari sebuah kata kecerdasan. Karena berdasarkan
pembagian-pembagian  kecerdasan  menurutnya,  ternyata  cerdas  bukan  semata  dapat memiliki skor tinggi sewaktu ujian namun cerdas itu beranekaragam.
Kecerdasan  yang  bertumpu  pada  kemampuan  emosional  menurut  Gardner disebut  kecerdasaan  personal  yang  terbagi  dalam  kecerdasaan  intrapersonal  dan
kecerdasan  interpersonal.  Definisi  Gardner  tentang  kecerdasan  personal  ini  adalah: “Kemampuan  untuk  memahami  gejolak  diri  dan  orang  lain,  apa  yang  memotivasi
mereka,  bagaimana  mereka  bekerja  sama  dengan  orang  lain,  serta  kemampuan menang
gapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang lain.”
9
Kecerdasan  orang  banyak  ditentukan  oleh  struktur  otak.  Otak  besar  dibagi dalam  dua  belahan  otak  yang  disambung  oleh  segumpal  serabut  disebut  corpus
9
Aprilia F. Pertiwi, Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak  Jakarta: Gramedia, 1997, h. 16
11 callosum. Belahan otak kanan menguasai belahan kiri badan dan sebaliknya belahan
otak kiri menguasai belahan kanan badan. Belahan otak kiri bertugas untuk merespon hal-hl  yang  sifatnya  linier,  logis  dan  teratur  sementara  otak  belahan  kanan  bertugas
untuk imaginasi dan kreatifitas.
10
Dari  pengertian  tersebut  dapat  dirumuskan  bahwa  kecerdasaan  merupakan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan dan melakukan
tindakan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai guna bagi masyarakat.
2. Pengertian Emosi
Kata  emosional  berasal  dari  bahasa  Inggris,  emotion,  yang  berarti  keibaan hati, suara yang mengandung emosi, pembelaan yang mengharukan, pembelaan yang
penuh  perasaan.
11
Dalam  pengertian  yang  umumnya  digunakan,  emosi  sering diartikan  dorongan  yang  amat  kuat  dan  cendrung  mengarah  kepada  hal-hal  yang
kurang  terpuji,  seperti  halnya  emosi  yang  ada  pada  para  remaja  yang  sedang goncang.
12
Dalam  bahasa  Latin  emosi  dijelaskan  sebagai  motus  anima  yang  arti harfiyahnya  adalah  jiwa  yang  mengerakkan  kita.
13
Akar  kata  emosi  adalah  movere, kata  kerja.  Bahasa  Latin  yang  berarti
“menggerakkan,  bergerak”,  ditambah  awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh”, mengisyaratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
14
Daniel Goleman mengatakan emosi adalah  setiap  kegiatan  atau  pergolakan  pikiran,  perasaan,  nafsu,  setiap  keadaan
10
Conny R. Semiawan,  Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Pendidikan Usia Dini, Jakarta: Prenhallindo, 2002 h, 11-12
11
John M. Echols dan Hassan Shadily,  Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1980, cet. 7. h. 21
12
Lihat Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1984, cet. 1, h, 88
13
Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, penerjemah Alex Tri Kantjono Widodo Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002, h. xiv
14
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional  alih bahasa Hermaya T.   Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996 h. 7
12 mental,  yang hebat atau meluap-luap.
15
Crow dan Crow menyebutkan bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai
inner  adjustment  terhadap  lingkungan  untuk  mencapai  kesejahteraan  dan keselamatan  individu.  Emosi  pada  definisi  ini  berperan  dalam  pengambilan
keputusan yang menentukan kesejahteraan dan keselamatan individu.
16
Emosi  mempunyai  peran  dalam  peningkatan  proses  konstruksi  pikiran dalam  berbagai  bentuk  pengalaman  kehidupan  manusia.  Salovey  dan  Mayers
mendifinisikan emosi sebagai  respon terorganisasi,  termasuk  sistem fisiologis,  yang melewati  berbagai  batas  sub-sistem  psikologis,  misalnya  kognisi,  motivasi,  dan
pengalaman.  Pengertian  ini  menunjukkan  bahwa  emosi  merupakan  respon  atas stimulus yang diperoleh dari lingkungan sekitar yang terorganisasi dengan baik yang
melewati sub-sistem psikologis.
17
Ibda  menyebutkan  bahwa  emosi  merupakan  suatu  perasaan  dan  pikiran- pikiran  khasnya  -suatu  keadaan  biologis  dan  psikologis-  dan  serangkaian
kecendrungan  untuk  bertindak.
18
Sedangkan  Sarlito  Wirawan  Sartono  berpendapat bahwa  emosi  merupakan  setiap  keadaan  pada  diri  seseorang  yang  disertai  warna
afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas mendalam.
19
Emosi  sebagai  suatu  peristiwa  psikologis  mengandung  ciri-ciri  sebagai berikut:  Pertama,  lebih  bersifat  subyektif  dari  pada  peristiwa  psikologis  lainnya,
seperti pengamatan dan berfikir. Kedua, bersifat  fluktuatif tidak tetap, dan Ketiga, banyak bersangkut-paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
20
15
Daniel Goleman, Kecerdasan  Emosional alih bahasa Hermaya T.  h. 411
16
Netty Hartati, et.all., Islam dan Psikologi Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004 h. 90
17
Tekad Wahyono, Memahami Kecerdasan Emosi Melalui Kerja Sistem Limbik, Surabaya: Universitas Wangsa Manggala, Anima, Indonesian Psychological Journal, 2001 h. 37
18
Fatimah Ibda, Emotional Intellegence dalam Dunia Pendidikan Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah, IAIN Ar-Raniry, Jurnal Didaktika, Vol.2 No. 2, 2000, h. 132
19
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Rosda Karya, 2004, h.115
20
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 168
13 Terdapat  dua  macam  pendapat  tentang  terjadinya  emosi  yaitu  pendapat
navistik dan pendapat empiristik. Pendapat navistik  beranggapan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir, semantara pendapat emperistik beranggapan
bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar.
21
Dari perjalanan hidup kita sehari-hari, kadang kita tidak dapat membedakan antara  perasaan  dan  emosi,  karena  keduanya  merupakan  kelangsungan  kualitatif
yang  tidak  jelas  batasnya.  Pada  suatu  saat  tertentu,  warna  efektif  dapat  dikatakan perasaan,  tetapi  juga  dapat  dikatakan  sebagai  emosi.  Oleh  karena  itu,  emosi  adalah
setiap  keadaan  diri  seseorang  yang  disertai  dengan  warna  efektif,  baik  pada  tingkat yang lemah maupun pada tingkat yang kuat.
22
Sebagian  orang  menganggap  bahwa  perasaan  dan  emosi  adalah  sama, namun anggapan itu salah. Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya mengungkapkan
bahwa antara perasaan dan emosi adalah berbeda. Pada perasaan terdapat kesediaan kontak  dengan  situasi  luar  baik  positif  maupun  negatif,  sedangkan  pada  emosi
kontak  itu  seolah-olah  menjadi  retak  atau  terputus  misalnya  terkejut,  ketakutan, mengantuk, dan lain sebagainya.
23
Emosi  manusia  dikoordinasikan  oleh  otak.  Bagian  otak  yang  mengatur emosi  adalah  sistem  limbiks,  struktur-struktur  dalam  limbik  mengelola  beberapa
aspek  emosi,  yaitu  pengenalan  emosi  melalui  ekspresi  wajah,  tendensi  berperilaku dan  penyimpanan  memori  emosi.  Folkerts  menjelaskan  bahwa  sistem  limbik  terdiri
atas  empat  struktur,  yaitu  thalamus  dan  hipothalamus,  amigdala,  hipokampus  dan lobus frontalis.
24
Thalamus menerima informasi dari lingkungan sekitar yang ditangkap oleh indera,  sedang  hipothalamus  mengambil  informasi  dari  bagian  tubuh  yang  lain.
21
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004, h 168
22
Zikri Neni Iska, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Kizi Brother’s, 2011 h. 103
23
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001, h. 74
24
Tekad Wahyono, Memahami Kecerdasan Emosi Melalui Kerja Sistem Limbik, 38-39