Kecerdasan Emosional dalam Perspektif Islam

20 Artinya: “ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ” 40 Sedangkan kata qalb dalam di dalam Al- Qur’an digambarkan sebagai wadah bagi pengajaran, kasih sayang, takut, dan keimanan. Sebagimana yang termaktub dalam Al- Qur’an surat Qaf: 57            Artinya: “ Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, Maka mereka berada dalam Keadaan kacau balau ”. Surat al-Hadid : 27                                           Artinya: “Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi pula dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya 40 Depag, Alquran dan terjemahnya Jakarta: Yayasan Penyelenggara PenerjemahPenafsir Al Qur’an, 1971 h. 370 21 Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakannya untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. ” 41 Surat Ali Imran : 31                 Artinya: “ Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” 42 Surat al-Hujarat : 7                                Artinya: “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta 41 Depag, Alquran dan terjemahnya h. 905 42 Depag, Alquran dan terjemahnya h. 80 22 menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus ” 43 , Sementara itu, kata „aql digunakan Al-Qur’an sebagai alat untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, dorongan moral, dan daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah. Firman-Nya dalam surat al-Ankabut : 43            Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu ”. 44 Surat al- An’am : 51                     Artinya: “Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang- orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya pada hari kiamat, sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaatpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa . ” 45 Surat al-Mulk : 10              43 Depag, “Alquran dan terjemahnya”, h. 846 44 Depag, “Alquran dan terjemahnya”, h. 628 45 Depag, “Alquran dan terjemahnya”, h. 194 23 Artinya: “Dan mereka berkata: Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan peringatan itu niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. 46 Sedangkan, kata ruh digunakan Al- Qur’an dalam makna yang beraneka ragam, sehingga sungguh sulit untuk menetapkan maknanya apalagi substansinya. Ruh terkadang diartikan sebagai wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril, sesuatu yang dianugrahkan Tuhan kepada orang mukmin. Dan berarti pula sebagai dukungan dan peneguh hati atau kekuatan batin, serta sesuatu yang dianigrahkan Tuhan kepada seluruh manusia, yakni unsur ilahiyah. Sebagaimana firman-Nya dalam surat al- Mujadalah : 22                                                          Artinya: “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang- orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai- sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap limpahan rahmat-Nya. mereka Itulah 46 Depag, “Alquran dan terjemahnya”, h. 956 24 golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung ” . 47 Menurut petunjuk Al- Qur’an bahwa setiap ciptaan Tuhan, seperti tumbuh- tumbuhan, binatang air, udara, tanah dan sebagainya memiliki jiwa. Yaitu selain mengisyaratkan adanya sifat kasih sayang dan kekuasaan Tuhan yang terdapat di balik ciptaan tersebut juga semua itu memiliki jiwa dan emosi. Jika benda-benda itu diperlakukan dengan lembut, kasih-sayang, dan perhatian, maka semuanya itu akan memberi manfaat kepada yang melakukannya. Sebaliknya, jika manusia berbuat kasar terhadap semua ciptaan tersebut seperti dengan menebang pohon secara membabi buta, merusak habitat binatang, mengotori air, mencemari udara, dan sebagainya, maka semua benda yang disakiti itu akan bereaksi kasar terhadap manusia. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional amat dibutuhkan dalam menopang kelangsungan hidup manusia. Kecerdasan emosional sebagaimana digambarkan pada uraian diatas terkait dengan sikap-sikap terpuji yang muncul dari qalbu dan aqlu, yaitu sikap bersahabat, kasih sayang, empati, takut berbuat salah, keimanan, dorongan moral, bekerja sama, dapat beradaptasi, berkomunikasi, dan penuh perhatian dan kepedulian terhadap sesama makhluk ciptaan tuhan. 48 Dari berbagai pengertian tentang keceradasan emosional yang telah dijabarkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa orang yang cerdas secara emosional mampu untuk memahami, menggali, membangkitkan dan mengontrol emosi diri secara stabil serta mampu memahami gejolak emosi orang lain melalui sikap empati, menahan hawa nafsu atau keinginan dan mengatasi kesedihan. Pengaktualisasian hal tersebut dapat terlihat dalam kecakapannya berinteraksi dengan lingkungan. 47 Depag, “Alquran dan terjemahnya”, h. 912 48 Abuddin Nata, Manjemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Kencana, 2008 Ed. 2, Cet 3 h. 43 25

5. Wilayah Utama Kecerdasan Emosi

Menurut Salovey dan Mayer, disebutkan bahwa terdapat lima wilayah kecerdasan pribadi dalam kecerdasan emosional. Lima wilayah tersebut adalah, kemampuan untuk mengenali emosi diri, kemampuan untuk mengelola emosi, kemampuan untuk memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain, serta kemampuan membina hubungan dengan orang lain. 49 Adapun penjelasannya dapat dipaparkan sebagai berikut: 1 Mengenali emosi diri, kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi, merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan mengenali emosi, menunjukkan inti kecerdasan emosional yang bermakna kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu muncul, seorang anak yang memiliki kesadaran diri mampu mengenali emosi yang sedang dialaminya dan dampak yang akan di timbulkannya. Bagaimana anak dapat mengaktualisasikan diri di tengah badai emosi, mengerti apa yang sedang dirasakannya, akan lebih peka pula terhadap perasaan orang lain. Ciri lain dari kemampuan mengenali emosi diri adalah mengenali rasa marah, rasa takut dan sedih. Rasa marah merupakan ekspresi yang paling sering muncul pada usia 7-11 tahun, dibandingkan rasa takut. Anak usia ini menganggap bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya, 50 2 Mengelola emosi, menanggapi perasaan agar perasaan dapat terungkapkan dengan pas oleh kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Kemampuan mengelola emosi yaitu kemampuan menangani perasaan diri sendiri agar dapat terungkap secara tepat dan wajar. Pengendalian perasaan diri sehingga tidak meledak-ledak yang akhirnya akan mempengaruhi perilakunya secara salah. Seorang yang memiliki keterampilan mengelola emosi akan peka terhadap emosi dirinya, serta dengan mudah menghibur diri saat dirundung masalah dan cepat 49 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional, terj. T Hermaya, Cet., ke-9, h. 58-59 50 Aprilia Fajar Pertiwi, Seri Ayah Bunda: Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak, Jakarta: Yayasan Aspirasi Pemuda: 1997, h. 43 26 bangkit kembali saat sedih. Intisari dari kemampuan mengelola emosi ini adalah kemampuan menenangkan diri dan mengekspresikan emosinya dengan tepat. 51 3 Memotivasi diri sendiri, menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, kendali diri, emosional, menahan diri, terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Kemampuan memotivasi diri, kemampuan untuk memberikan kekuatan yang mendorong dirinya agar melakukan suatu kegiatan secara ulet, tekun dan penuh semangat. Mampu memberi semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. 52 Seorang anak yang sukses dalam hidupnya adalah anak yang memiliki motivasi positif, kendali diri, serta memiliki harapan dalam hidup. Motivasi yang mengaktifkan dan membangkitkan perilaku yang tertuju pada pemenuhan kebutuhan. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. 53 4 Mengenali emosi orang lain. Empati, kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional merupakan ketrampilan bergaul. Kecerdasan pribadi seseorang bukan hanya terlihat dalam kemampuannya mengenali emosi diri, tetapi juga kemampuan untuk mengenali emosi orang lain, yaitu mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain sehingga orang lain merasa dihargai dan dimengerti. Anak yang terbuka terhadap gejolak emosi diri akan terampil untuk mengerti perasaan orang lain. Kemampunnya berempati, menempatkan perasaan dirinya ke dalam perasaan orang lain sehingga dapat memahami pikiran, perasaan, dan perilakunya. Kemampuan berempati ini sangat mempengaruhi dalam berinteraksi dengan orang lain, dan dampak pada penerimaan dirinya, lingkungan, serta meningkatkan kecakapan bersosialisasi. 51 Aprilia Fajar Pertiwi, Seri Ayah Bunda: Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak, h. 43 52 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional, terj. T Hermaya, Cet., ke-9 h. 58 53 Zikri Neni Iska, Pengantar Psikologi Umum, h. 41 27 5 Membina hubungan dengan orang lain, inti dari seni memelihara hubungan dengan orang lain adalah kemampuan untuk mengetahui dan mengenali perasaan orang lain. Keterampilan berinteraksi dengan orang lain merupakan kecakapan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. keterampilan berinteraksi dengan orang lain dapat disebut juga kecerdasan sosial. Adapun yang dimaksud kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wilayah kecerdasan emosional meliputi kemampuan dalam mengenali emosi diri, mengerti apa yang sedang dialaminya dan dampak yang akan ditimbulkan. Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi diri, mengelola emosi bukan berarti menjauhi perasaan tidak menyenangkan untuk salalu bahagia, tetapi kemampuan untuk tidak membiarkan perasan sedih berlangsung tak terkendali. Kemampuan untuk memotivasi diri dalam melakukan sesuatu, menunjukkan keuletan dan rasa tanggung jawab. Selanjutnya kemampuan mengenali emosi orang lain dan mambina hubungan dengan orang lain, kemampuan untuk melakukan hubungan sosial sangat bergantung pada kematangan dua ketrampilan emosi lainnya, yaitu kemampuan mengelola emosi diri dan kemampuan memahami perasaan orang lain.

B. Akhlakul Karimah Siswa

1. Pengertian Akhlakul Karimah

Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata Khulk, yang artinya secara etimologi adalah tingkah laku, perangai, tabi’at, watak, moral dan budi pekerti. 54 Kata budi pekerti yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi ialah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut karakter. Pekerti ialah apa yang dilihat pada 54 Masam Alfat, Dkk, Akidah Akhlak, Semarang: CV. Toha Putra, 1994, Cet. Kep-1, h. 60