Pembagian Akhlak Akhlakul Karimah Siswa

33 yang kokoh dan sempurna kepada manusia, sebagaimana dalam al- Qur’an surat an- Nahl ayat 78 yang berbunyi:                  Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. ” 69 3 Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Sebagaimana dalam al- Qur’an surat al-Jaatsiyah, ayat 12-13 yang berbunyi:                                   Artinya: “Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan Mudah-mudahan kamu bersyukur. dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, sebagai rahmat daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. ” 70 69 Depag, “Alquran dan terjemahnya”, h. 413 70 Depa g, “Alquran dan terjemahnya”, h. 816 34 4 Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Sebagaimana dalam al- Qur’an surat al-Isra’ ayat 70, yang berbunyi:                    Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik- baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan . ” Namun demikian sungguhpun Alah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana disebutkan di atas bukanlah menjadi alasan Allah perlu dihormati. Bagi Allah swt, dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemulian- Nya. Akan tetapi sebagai manusia sudah sewajarnya menunjukkan akhlak kepada Allah swt. Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk dalam berakhlakul karimah kepada Allah swt,. Diantaranya, mencintai-Nya, ridha dan ikhlas terhadap segala keputusan- Nya, bertaubat, mensyukuri nikmat- Nya, selalu berdo’a kepada-Nya, beribadah, meniru-meniru sifat-Nya dan berusaha mencari keridhaan-Nya dan sebagainya. 71 Quraish Shihab menyatakan bahwa titik tolak akhlak kepada Allah swt, adalah dalam bentuk pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah swt, dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memuji-Nya. Dilanjutkan dengan 71 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 147-148 35 senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia. 72 b. Akhlakul Karimah Terhadap Sesama Manusia Akhlakul karimah terhadap sesama manusia pada dasrnya bertolak kepada keluhuran budi dalam menempatkan diri kita dan menempatkan diri orang lain pada posisi yang tepat. Hal ini merupakan refleksi daro totalitas kita dalam menghambakan diri kepada Allah swt, sehingga akhlakul karimah yang kita alamatkan terhadap sesama manusia semata-mata didasari oleh akhlakul karimahyang kita persembahkan kepada-Nya. 73 Akhlak terhadap sesama manusia, bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal yang negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang, tidak peduli apakah hal itu benar atau salah. Al- qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar. Sehingga akan terwujud keharmonisan atau kerukunan antar sesama. Tidak masuk ke rumah orang lain tanpa izin, jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik. Setiap ucapan yang diucapakan adalah ucapan yang benar, jangan mengucilkan atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya dengan sebutan yang buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan itu hendaknya disertai kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan, mampu mengendalikan marah. Dan mendahulukan kepentingan orang lain dari pada diri sendiri. 72 M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an, h.261-262 73 M. Nipan Abdul Halim, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji,Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000, h. 89 36 Adapun bentuk-bentuk akhlak terhadap sesama manusia diantaranya adalah jujur, ikhlas, amanah, tawadhu, sabar, kasih sayang, pemaaf, penolong, berani, adil, rajin, disiplin, kreatif, sederhana, baik sangka, dermawan, toleransi, berbakti kepada kedua orang tua, iffah. Bila akhlakul karimah diamalkan dipraktekkan oleh setiap muslim dalam kehidupannya maka akan terwujud keharmonisan atau kerukunan di antara sesama dan masyarakat. 74 c. Akhlakul Karimah Terhadap Lingkungan Lingkungan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Akhlakul karimah terhadap lingkungan pada prinsipnya menempatkan sesuatu itu sesuai dengan posisinya masing-masing. Ia merupakan refleksi dari totalitas penghambaan diri kita kepada Allah swt, sehingga apa yang kita perbuat terhadap mereka, semata-mata hanya didasari oleh akhlakul karimah kita kepada Allah swt. 75 Akhlak yang diajarkan al- Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan agar setiap mahklauk mencapai tujuan penciptaannya. Berarti manusia dituntut mampu menghormati proses-prose yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Keadaan ini mengantarkan manusia menjadi bertanggung jawab, sehingga tidak melakukan pengrusakan. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah swt, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini 74 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, 149-150 75 M. Nipan Abdul Halim, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji, h. 137 37 mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik. 76 Dalam al- Qur’an surat al-An’am ayat 38 ditegaskan bahwa binatang melata, burung-burungpun adalah umat seperti manusia juga sehingga semuanya seperti ditulis al- Qurthubi, didalam tafsirnya “tidak boleh diperlaukan secara aniaya”. Jangan dalam masa damai saat peperangan pun petunjuk al- Qur’an yang melarang melakukan melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia dan binatang bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau terpaksadalam arti harus sejalan dengan tujuan penciptaannya demi kemaslahatan terbesar. Allah berfirman dalam surat al-Hasyr ayat : 5: 77               Artinya: “apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma milik orang-orang kafir atau yang kamu biarkan tumbuh berdiri di atas pokoknya[1464], Maka semua itu adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. ” 78 [1464] Maksudnya: pohon kurma milik musuh, menurut kepentingan dan siasat perang dapat ditebang atau dibiarkan tumbuh. Akhlak Islam juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang, karena akhlak Islam itu sangat komprehensif, menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikian dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya. 76 M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an, h. 270 77 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, 150-151 78 Depag RI dan Sekjen „Mujamma’, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 916 38 Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk akhlakul karimah terhadap lingkungan di antaranya adalah memelihara tumbuh-tumbuhan, menyayangi hewan, menjaga kebersihan dan menjaga ketentraman. 79

3. Macam-macam Akhlakul Karimah

Adapun macam-macam akhlakul karimah itu adalah sebagai berikut: 1 Bertaubat At-Taubah Bertaubat yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik. Dalam al- Qur’an banyak diterangkan masalah taubat, antara lain pada surat an-Nisaa ayat 16- 17 yang berbunyi:                  Artinya: “Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. ” 2 Bersabar Ash-Shabru Bersabar yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan dir pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapinya. Maka sabar yang 79 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 152 39 dimaksudkannyaadalah sikap yang diawali dengan ikhtisar, lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan. Dalam pengertian lain sabar berarti menahan diri dari keluh kesah dan rasa benci, menahan lisan dari mengaduh dan menahan anggota badan dari tindakan yang menggangu dan mengacaukan. 80 Dalam al- Qur’an banyak diterangkan masalah sabar, diantaranya pada surat Ali Imran ayat 120 yang berbunyi:                         Artinya: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. ” 3 Bersyukur Asy-Syukru Istilah syukur berasal dari kata Bahasa Arab yaitu syakara, yasykuru, syukronan yang berarti terima kasih, memuji, dan semoga Allah memberi pahala. 81 Dengan kata lain bersyukur yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt, kepadanya baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Lalu disertai dengan peningkatan ibadah, pendekatan diri kepada yang memberi nikmat, yaitu Allah swt. Sebagaimana firman- Nya dalam surat al-Baqarah ayat 52 dan 152 yang berbunyi:          80 Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi, Jakarta: Pustaka Irvan, 2007, cet. II h. 13 81 Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi h. 31 40 Artinya: “Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. ”        Artinya : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat- Ku. ” 4 Bertawakkal At-Tawakkal Tawakkal yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah swt setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Oleh karena itu, syarat utama yang harus dipenuhi bila seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang diharapkannya, ia harus lebih dahulu berupa ya sekuat tenaga, lalu menyerahkan ketentuannya kepada Allah swt,. Maka dengan cara yang demikian itu, manusia dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam surat Huud ayat 56, yang berbunyi:                      Artinya : “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus 5 Ikhlas al-Ikhlas Kata ikhlas berasal dari kata kerja fi ’il madi Bahasa Arab yaitu khalasha, yakhlushu, ikhlashan yang berati murni, jernih, bersih, tak tercampur, dan tulus hati. 82 Dengan kata lain ikhlas adalah sikap menjauhkan diri dari riya’ menunjuk- nunjukkan kepada orang lain ketika mengerjakan amal baik. Maka amalan 82 Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi h. 59