29 Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasan kehendak.
Ini  berarti  bahwa  kehendak  itu  bila  dibiasakan  akan  sesuatu  maka  kebiasaannya  itu disebut  akhlak.  Contohnya,  bila  kehendak  itu  dibiasakan  memberi,  maka  kebiasaan
itu ialah akhlak dermawan.
61
Ibrahim  Anis  dalam  kitab Mu’jamal-wasit,  sebagaimana  dikutip  oleh
Abudin  Nata  mengatakan  bahwa  akhlak  adalah:  “Sifat  yang  tertanam  dalam  jiwa, yang  dengannya  lahirlah  macam-macam  perbutan,  baik  atau  buruk,  tanpa
membutuhkan  pemikiran  dan  pertimbangan.
62
Jadi,  pada  hakekatnya  khuluk  atau akhlak  suatu  kondisi  atau  sikap  yang  telah  meresap  dalam  jiwa  dan  menjadi
kepribadian hingga timbullah berbagai macam perbuatan secara spontan dan mudah tanpa direkayasa dan tanpa memerlukan pemikiran.
Sedangkan  dalam  pengertian  istilah  terdapat  beberapa  pengertian, diantaranya menurut al-Ghazali yaitu:
سا  سَّْلا ْيف  ْيه ْنع   ا ع ,
َي ْكف ىلإ  ج اح  ْيغ ْنم  سي   لْ سب   اعْفأا  دْصت ا ّْع
......
Artinya: “akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa, yang darinya lahir berbagai  perbuatan-perbuatan  dengan  mudah  dan  gampang,  tanpa  perlu
kepada pikiran pertimbangan.”
63
Imam  Al-Ghazaaly  menekankan,  bahwa  akhlak  adalah  sifat  yang  tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik dan buruk dengan menggunakan ukuran
ilmu-pengetahuan dan norma agama. Adapun pengertian yang diberikan Ibn Maskawaih adalah:
يْأ  ا   ْكف  ْيغ ْنم   اعْفأ ىلإ ا ل   يعا  سَّْلل  اح  ه قاْخأا .
61
Asmaran, AS, Pengantar Study Akhlak,, h. 2
62
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke-1, h. 4
63
M. Ardani, Akhlak-Tasawuf  Nilai-Nilai AkhlakBudi Pekerti Dalam Ibadah dan Tasawuf h. 28-29
30 Artinya:
“Akhlak  adalah  keadaan  jiwa  yang  selalu  mendorong  manusia  berbuat, tanpa memikirkannya lebih lama.
Sedangkan pengertian akhlak menurut Al-Qurthuby adalah: هْيف  قل ْلا نم  ْيصي هَنأ ًاقْلخ ىَّسي  اا ْنم هسْن ناسْنإا هب  خ ْأي  ه ام
.
Artinya: “Suatu  perbuatan  manusia  yang  bersumber  dari  adab  kesopanannya
disebut akhlak, karena perbuatannya itu termasuk bagian kejadiannya.
64
Dari pengertian-pengertian di atas terdapat kesamaan, bahwasanya akhlak itu merupakan  perbuatan  yang  berpangkal  pada  hati  atau  atas  kesadaran  jiwanya  tanpa
memerlukan  pertimbangan  dan  tanpa  ada  unsur  pemaksaan,  kemudian  diwujudkan dalam perbuatan yang berulang-ulang sehingga menjadi adat yang akhirnya menjadi
sifat.  Sifat  adalah  sebagian  dari  kepribadian.  Sehingga  sulit  untuk  diubah,  karena elah  tertanam  dalam  kepribadiannya.  Jika  keadaan  hal  tersebut  melahirkan
perbuatan  perbuatan  terpuji  menurut  pandangan  syariat  Islam  dan  akal  pikiran, disebut  akhlakul  karimah  baik.  Jika  perbuatan-perbuatan  yang  timbul  tidak  baik
dinamakan akhlakul mazmumah buruk. Perilaku baik atau mulia dikenal dengan sebutan akhlakul karimah. Akhlakul
karimah  adalah  amal-amal  shaleh  manusia  yang  terwujud  dari  kekuatan  iman aqidah  yang dimiliki dengan benar, dan kekuatan agama  Islam  yang dilaksanakan
dengan sempurna atau pelaksanaan syariat rukun Islam yang istiqomah dan kusyu. Karena agama itu pada dasarnya akan berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku
manusia atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang. Karena jiwa itu abstrak maka  untuk  mempelajari  dan  menliti  kejiwaan  manusia  hanya  mungkin  dilihat  dari
sikap dan perilaku yang ditampilkan.
65
64
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf,  Jakarta: Kalam Mulia, 2001, cet.ke-II, h. 2
65
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, h. 11
31 Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa akhlakul karimah adalah
suatu  sifat  yang  tertanam  dengan  kuat  dalam  jiwa  seseorang  yang  melahirkan  atau menimbulkan  suatu  perbuatan-perbuatan  yang  baik  dengan  mudah  tanpa
memerlukan suatu pertimbangan atau pemikiran terlebih dahulu.
2. Pembagian Akhlak
Dengan ajaran Islam, bahwa akhlak adalah meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang aspek kehidupannya. Namun secara global pembagian akhlak
menurut  sifatnya  terdiri  dari  dari  dua  macam.  Pertama  akhlak  yang  baik  dan  benar menurut syariat Islam, disebut juga akhlak mahmudah atau akhlakul karimah. Kedua
adalah akhlak yang buruk, disebut akhlak madzmumah.
66
Dalam  pembahasan  ini,  penulis  membatasi  hanya  meninjau  akhlakul karimah  terhadap  Allah  swt,  akhlakul  karimah  terhadap  manusia  dan  akhlakul
karimah terhadap lingkungan yaitu terhadap binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda- benda tak bernyawa.
67
Sedangkan  pembagian  akhlak  menurut  obyeknya  atau  kepada  siapa  akhlak itu ditujukan, adalah sebagai berikut:
a. Akhlak kepada Allah
Akhlakul  karimah  terhadap  Allah  pada  prinsipnya  dapat  diartikan penghambaab diri kepada-Nya atau dapt diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya  dilakukan  oleh  manusia  sebagai  makhluk  kepada  tuhan  sebagai  Khaliq. Sebagai makhluk yang dianugrahi akal sehat, kita wajib menempatkan diri kita pada
posisi  yang  tepat,  yakni  sebagai  penghamba  dan  menempatkan-Nya  sebagai  satu- satunya zat yang kita per-Tuhan.
Ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah swt: 1
Allah  yang  telah  menciptakan  manusia.  Dia  menciptakan  manusia  dari air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk, sebagai
mana dalam al- Qur’an surat at-Tariq ayat 5-7, yang berbunyi:
66
Masam Alfat, Dkk, Akidah Akhlak,h. 66
67
M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qu’an,h. 261
32
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya: “Maka  hendaklah  manusia  memperhatikan  dari  Apakah  Dia  diciptakan?
Dia  diciptakan  dari  air  yang  dipancarkan,  yang  keluar  dari  antara  tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
” Dalam  ayat  yang  lain  Allah  swt,  berfirman  bahwa  manusia  diciptakan  dari
tanah  yang  kemudian  diproses  menjadi  benih  yang  disimpan  dalam  tempat  yang kokoh  rahim,  setelah  ia  menjadi  segumpal  darah,  segumpal  daging,  dijadikan
tulang dan dibalut dengan daging dan selanjutnya diberi roh, sebagaimana dalam al- Qur’an surat al-Mukminun ayat 12-14 yang berbunyi:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal  dari  tanah.  kemudian  Kami  jadikan  saripati  itu  air  mani  yang
disimpan  dalam  tempat  yang  kokoh  rahim.  kemudian  air  mani  itu  Kami jadikan  segumpal  darah,  lalu  segumpal  darah  itu  Kami  jadikan  segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang  itu  Kami  bungkus  dengan  daging.  kemudian  Kami  jadikan  Dia
makhluk  yang  berbentuk  lain.  Maka  Maha  sucilah  Allah,  Pencipta  yang paling baik.
”
68
2 Allah  yang  telah  memberikan  perlengkapan  pancaindera,  berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan hati sanubari, disamping anggota badan
68
Depag, “Alquran dan terjemahnya”, h. 527
33 yang kokoh dan sempurna kepada manusia, sebagaimana dalam al-
Qur’an surat an- Nahl ayat 78 yang berbunyi:
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya
:
“Dan  Allah  mengeluarkan  kamu  dari  perut  ibumu  dalam  Keadaan  tidak mengetahui  sesuatupun,  dan  Dia  memberi  kamu  pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. ”
69
3 Allah  yang  telah  menyediakan  berbagai  bahan  dan  sarana  yang
diperlukan  bagi  kelangsungan  hidup  manusia,  seperti  bahan  makanan  yang  berasal dari  tumbuh-tumbuhan,  air,  udara,  binatang  ternak  dan  sebagainya.  Sebagaimana
dalam al- Qur’an surat al-Jaatsiyah, ayat 12-13 yang berbunyi:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:  “Allah-lah  yang  menundukkan  lautan  untukmu  supaya  kapal-kapal  dapat berlayar  padanya  dengan  seizin-Nya  dan  supaya  kamu  dapat  mencari
karunia  -Nya  dan  Mudah-mudahan  kamu  bersyukur.  dan  Dia  telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
sebagai  rahmat  daripada-Nya.  Sesungguhnya  pada  yang  demikian  itu benar-benar  terdapat  tanda-tanda  kekuasaan  Allah  bagi  kaum  yang
berfikir. ”
70
69
Depag, “Alquran dan terjemahnya”, h. 413
70
Depa g, “Alquran dan terjemahnya”, h. 816