Murtiwi 2006 pada penelitiannya menemukan bahwa tidak semua PMO menjalankan fungsinya dengan benar yaitu mengingatkan minum
obat pasien TBC paru setiap hari. Sebenarnya sesuai dengan DOTS harus observasi langsung yaitu melihat dengan pasti bahwa obat telah diminum
pasien. Pada penelitian Murtiwi 2006, pasien berpendapat tidak perlu ada PMO karena keberadaan PMO selama ini tidak efektif. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien TB paru memiliki potensi untuk diberdayakan dengan memfasilitasi terbentuknya kelompok pasien TB atau self-help
group.
9. Hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan berobat
penderita TB paru
Pada penelitian ini, dari 128 responden, ternyata 84,4 memiliki peran keluarga baik dan 15,6 responden dengan peran keluarga kurang
baik. Hasil uji chi square diperoleh p 0,654 yang berarti pada α=5 tidak
ada perbedaan persentase kepatuhan berobat antara responden yang memiliki berperan keluarga baik dengan responden yang berperan
keluarga kurang baik. Hasil yang sama diperlihatkan oleh Asnawi 2002 dimana hasil uji chi square
diperoleh p= 0,745 yang berarti pada α=5 tidak ada perbedaan yang bermakna persentase kepatuhan berobat
penderita TB paru antara responden yang berperan keluarga baik dengan responden yang berperan keluarga kurang baik.
Hasil penelitian menyatakan hubungan antara kedua variabel tersebut tidak bermakna. Hal ini dimungkinkan yang menjadi responden
pada penelitian ini adalah penderita TB paru yang dewasa, jadi peran
keluarga dirasa kurang diperlukan. Apabila responden yang diteliti ini termasuk anak-anak, dimungkinkan hasil penelitiannya akan berbeda
karena anak-anak dalam menjalani pengobatan penyakit sangat membutuhkan peran orang tuanya keluarganya.
10. Hubunngan antara penyuluhan kesehatan dengan kepatuhan berobat
penderita TB paru di klinik PPTI Kebayoran Lama.
Berdasarkan analisa data, dari 128 responden ternyata responden yang pernah mendapat penyuluhan sebanyak 57, sedangakan yang tidak
pernah mendapat penyuluhan sebanyak 43. Hasil uji chi square diperoleh p = 0,048, berarti pada α =5 ada perbedaan bermakna
kepatuhan berobat penderita TB paru antara responden yang pernah mendapat penyuluhan dengan responden yang tidak pernah mendapat
penyuluhan. Hasil uji keeratan hubungan antara dua variabel diperoleh OR = 2,408 95CI=1,081-5,364, yang berarti responden yang pernah
mendapat penyuluhan berpeluang patuh berobat 2 kali bila dibanding responden yang tidak pernah mendapat penyuluhan. Hasil yang hampir
sama diperlihatkan oleh Chomisah 2001 dimana diperoleh p=0,014 yang berarti ada hubungan bermakna antara penyuluhan dengan kepatuhan
berobat. Nies McEwen 2001 seperti yang dikutip oleh Murtiwi 2006
mengatakan, edukasi kesehatan penyuluhan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan sehubungan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru
merupakan salah satu peran peran komunitas Community health nurses. Sehubungan dengan penanggulangan masalah kesehatan komunitas yaitu