causes. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor.
a.  Faktor −faktor  predisposisi  predisposing  factors,  yang  terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai −nilai, dan
sebagainya. b.  Faktor
−faktor pendukung enabling factors,  yang terwujud dalam lingkungan  fisik,  tersedia  atau  tidak  tersedianya  fasilitas
−fasilitas atau sarana
–sarana kesehatan. c.  Faktor
–  faktor  pendorong  reinforcing  factors  yang  terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain  yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Konsep perilaku kepatuhan.
Sackett  1976  dikutip  dari  Niven,  2000,  kepatuhan  adalah sejauh  mana  perilaku  pasien  sesuai  dengan  ketentuan  yang  diberikan
oleh profesional kesehatan. Safarino
1990 seperti
dikutip dalam
Smet 1994
mendefinisikan  „kepatuhan‟  atau  „ketaatan‟  compliance  atau adherence
sebagai  :  “Tingkat  pasien  melaksanakan  cara  pengobatan dan  perilaku  yang  disarankan  oleh  dokternya  atau  oleh  yang  lain”.
Menurut Haynes 1979 dalam Murtiwi 2005 compliance kepatuhan dapat  didefinisikan  secara  sederhana  sebagai  perluasan  perilaku
individu  yang  berhubungan  dengan  minum  obat,  mengikuti  diet  dan mengubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis.
La  Greca    Stone  1985  dalam  Smet  1994,  menyatakan bahwa  mentaati  rekomendasi  pengobatan  yang  dianjurkan  dokter
merupakan masalah yang sangat penting. Tingkat ketidaktaatan terbukti cukup  tinggi  dalam  seluruh  populasi  medis  yang  kronis.  Safarino
1990 mengatakan bahwa tingkat ketaatan keseluruhan adalah 60.
3. Kepatuhan Penderita TBC terhadap pengobatan
Kepatuhan  merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi kesembuhan disamping faktor individu, komunitas, strategi pengobatan,
infeksi  HIV,  dan  keadaan  khusus  merokok,  alkohol,  tunawisma Masniari, 2007.
Perilaku  kepatuhan  berobat  TBC  paru  merupakan  perilaku promosi kesehatan individu. Perubahan perilaku seseorang dipengaruhi
oleh pengetahuan tentang TBC paru, sikap individu terhadap TBC paru, persepsi  manfaat  dan  hambatan  terhadap  pengobatan  TBC  paru,
persepsi  self −efficacy  atau  kemampuan  individu  untuk  menentukan
dirinya  sendiri,  termasuk  berobat  atas  kemauan  sendiri  dan  tetap melanjutkan  pengobatan  walau  ada  keluhan  merasa  mual  atau  pusing
akibat  pengobatan  merupakan  penguat  untuk  tetap  patuh  minum  obat TBC  paru  Fleschhacker,  2003;  Gielen,  1997;  Pender,  2002;  Murtiwi,
2005. Menurut  Becker    Kyngas  2000  dalam  Murtiwi  2005,
kepatuhan dalam pengobatan TBC paru merupakan perilaku peran sakit the  sick  role  behavior,  yaitu  tindakan  atau  kegiatan  yang  dilakukan
pasien agar dapat sembuh dari penyakit. Kepatuhan dalam menjalankan