6. Gambaran variabel menurut peran PMO didapat sampel dengan peran PMO kurang baik sebanyak 40,6 dan resonden dengan peran PMO baik
sebanykak 59,4. 7. Gambaran variabel menurut peran keluarga didapat sampel dengan peran
keluarga baik sebanyak 84,4 dan yang dengan peran keluarga kurang baik sebanyak 15,6.
8. Gambaran variabel menurut penyuluhan didapat sampel yang pernah mendapat penyuluhan sebanyak 57 responden dan yang tidak pernah
mendapat penyuluhan sebanyk 43. 9. Hasil penelitian didapat variabel sikap penderita berhubungan dengan
kepatuhan berobat penderita TB paru p=0,016. Penderita paruu yang sikapnya baik menpunyai risiko untuk patuh berobat 2,917 kali dari pada
penderita dengan sikap kurang baik OR=2,917 95CI=1,289-6,600. 10. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluhan mempunyai
hubungan dengan kepatuhan berobat TB paru secara signnifikan p=0,048. Penderita yang pernah mendapat penyuluhan berpeluang patuh
berobat 2,408 lebih tinggi dari pada yang tidak pernah menadapat penyuluhan OR=2,408 95CI=1,081-5,364.
11. Pada penelitian ini, variabel lain tidak dapat membuktikan adanya hubungan yang signifikan yaitu variabel pendidikan p=0,639,
pengetahuan p=0,118, efek samping obat 0,286, jarak p=0,495, sarana transportasi p=0,650, peran PMO p=1, peran keluarga p=0,654, sikap
petugas 0,721.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian terhadap penderita TB paru tentang kepatuhan berobat, maka penulis dapat memberikan saran-saran kepada klinik PPTI:
1. Pasien hendaknya diwajibkan untuk menghadiri penyuluhan yang diadakan satu bulan sekali tidak boleh diwakilkan kepada keluarga, agar
pasien mengetahui secara langsung isi penyuluhan yang disampaikan. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang faktor lain yang berhubungan
dengan kepatuhan berobat penderita TB, seperti faktor keterjangkauan biaya pengobatan konsul dokter, pemeriksaan rontgen.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi sikap penderita terhadap pengobatan TB.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga, Dr.Priyanti. Tuberkulosis diagnosis, Terapi dan Masalahnya.
Jakarta: Lab.
Mikobakteriologi RSUP
PersahabatanWHO Collaborating Center for Tuberculosis. 2000. Amril, Yun et al. Jurnal Respirology Indonesia. Keberhasilan Directly
Observed Therapy DOT pada Pengobatan TB Paru Kasus Baru di BP4 Surakarta. Vol. 23. No. 2. 2003. Jakarta : FKUI. 2003.
Asnawi. Faktor −Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Penderita TB Paru di Kota Jambi Tahun 2001. Jakarta : FKM UI. 2002.
Chomisah, Elyu. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB paru BTA Positif di RSUP Dr.
Moehammad Hoesin Palembang tahun 1998-2000. Jakarta FKM UI. 2001
Crofton, John. Tuberkulosis Klinis. Jakarta: Widya Medika. 2002 Daud, Ishak. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Berobat Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Paru RSUD Dr.. Ahamad Muchtar Bukit Tinggi Tahun 2000. Jakarta : FKM UI.
2001. Depkes RI. Pedoman Nasional Penggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Depkes RI . 2005. . Pusat Data dan Informasi. Jakarta: Depkes RI. 2007.
. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI