Hubungan efek samping dengan kepatuhan berobat penderita TB

pada α=5 tidak ada perbedaan persentase kepatuhan berobat antara yang menggunakan kendaraan bermotor dengan yang menggunakan kendaraan tidak bermotor. Hasil penelitian yang sama ditunjukkan oleh Hamdi 2001 yang memperlihatkan p=0,66946 diperoleh pada penelitiannya di Kabupaten Majalengka pada 380 responden. Menurut Sarwono 1993 dalam Marzuki 2000 menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian kesehatan individumasyarakat adalah faktor keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan. Disini dinyatakan bahwa saran transportasi bukan merupakan faktor penghambat dalam kepatuhan berobat TB paru.

8. Hubungan antara peran PMO dengan kepatuhan berobat penderita

TB paru di klinik PPTI tahun 2009 Berdasarkan hasil analisa data, dari 128 responden ternyata 40,6 responden menyatakan peran PMO kurang baik sedangkan 59,4 menyatakan peran PMO baik. Hasil uji chi square diperoleh p=1,00, yang berarti pada α=5 tidak ada perbedaan persentase kepatuhan antara responden yang memiliki peran PMO baik dengan responden memiliki peran PMO kurang baik. Hasil yang sama diperlihatkan oleh Iriyanto 2001 yang melakukann penelitian di Puskesmas wilayah Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dimana di peroleh p=1,00 Hasil yang berbeda diperlihatkan oleh Chomisah 2001 dengan hasil p=0,002 yang berarti ada perbedaan persentase kepatuhan penderita TB paru antara responden yang memiliki PMO kurang baik dengan responden yang memiliki PMO baik. Murtiwi 2006 pada penelitiannya menemukan bahwa tidak semua PMO menjalankan fungsinya dengan benar yaitu mengingatkan minum obat pasien TBC paru setiap hari. Sebenarnya sesuai dengan DOTS harus observasi langsung yaitu melihat dengan pasti bahwa obat telah diminum pasien. Pada penelitian Murtiwi 2006, pasien berpendapat tidak perlu ada PMO karena keberadaan PMO selama ini tidak efektif. Hal ini menunjukkan bahwa pasien TB paru memiliki potensi untuk diberdayakan dengan memfasilitasi terbentuknya kelompok pasien TB atau self-help group.

9. Hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan berobat

penderita TB paru Pada penelitian ini, dari 128 responden, ternyata 84,4 memiliki peran keluarga baik dan 15,6 responden dengan peran keluarga kurang baik. Hasil uji chi square diperoleh p 0,654 yang berarti pada α=5 tidak ada perbedaan persentase kepatuhan berobat antara responden yang memiliki berperan keluarga baik dengan responden yang berperan keluarga kurang baik. Hasil yang sama diperlihatkan oleh Asnawi 2002 dimana hasil uji chi square diperoleh p= 0,745 yang berarti pada α=5 tidak ada perbedaan yang bermakna persentase kepatuhan berobat penderita TB paru antara responden yang berperan keluarga baik dengan responden yang berperan keluarga kurang baik. Hasil penelitian menyatakan hubungan antara kedua variabel tersebut tidak bermakna. Hal ini dimungkinkan yang menjadi responden pada penelitian ini adalah penderita TB paru yang dewasa, jadi peran