Hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan berobat penderita

samping 22,9. Hasil uji chi-square didapatkan p = 0,286, yang berarti pada α=5 tidak ada hubungan yang bermakna antara efek samping dengan kepatuhan berobat pasien TB paru. Hasil penelitian yang hampir sama diperlihatkan oleh Chomisah 2001 yang melakukan penelitian RSUP Dr. Moehammad Hoesin Palembang dimana diperoleh p=0,755 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara efek samping obat dengan kepatuhan berobat penderita TB. Rasyid 1992 dalam Asnawi 2002, menyatakan bahwa pemakaian obat anti TB yang berbulan-bulan dapat menimbulkan efek samping obat. Hal yang sama dikemukakan oleh Nawas 1992 seperti yang di kutip Asnawi 2002 yang mengatakan bahwa efek samping obat dapat terjadi pada setiap penderita dan penanganannya tergantung pada efek yang ditimbulkan, dapat berhenti berobat, dapat terus minum obat dengan pemberian obat simptomatik.

5. Hubungan antara jarak dengan kepatuhan berobat penderita TB

paru di klinik PPTI Berdasarkan analisa data, diperoleh bahwa 52,3 responden dan yang berjarak jauh 47,7 responden. Hasil uji chi square diperoleh p = 0,495 yang berarti tidak ada perbedaan persentase kepatuhan berobat penderita TB paru antara responden yang berjarak dekat dengan responden yang berjarak jauh. Chomisah 2001 melakukan penelitian yang menunjukkan p = 0,876 yang berarti pada α=5 tidak ada perbedaan persentase kepatuhan berobat penderita TB paru antara responden yang berjarak dekat dengan responden yang berjarak jauh. Sedangkan Asnawi 2002, dari hasil penelitiannya diperoleh p = 0,042 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jarak dengan kepatuhan berobat penderita TB paru.

6. Hubungan antara biaya kendaraan dengan kepatuhan berobat

penderita TB paru di klinik PPTI Berdasarkan hasil penelitian, dari 128 responden diperoleh 31,3 responden dengan biaya kendaraan murah dan 68,8 responden dengan biaya kendaraan mahal. Hasil uji chi square diperoleh p = 0,957 yang berarti pada α = 5 tidak ada perbedaan persentase kepatuhan berobat penderita TB paru antara responden dengan biaya kendaraaan mahal dengan responden yang menyatakan biaya kendaraan murah. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdi 2001, yang melakukan penelitian di kabupaten Majalengka pada 380 responden dimana diperoleh p = 0,01133 yang berarti ada hubungan bermakna antara biaya transportasi dengan kepatuhan berobat penderita Tb paru. Menurut Syahrizal 2000 keterjangkauan biaya adalah persepsi penderita terhadap mahal atau murahnya biaya yang dikeluarkan untuk transportasi dari rumah penderita ke pelayanan kesehatan.

7. Hubungan antara sarana transportasi dengan kepatuhan berobat

penderita TB paru di Klinik PPTI Berdasarkan hasil penelitian, dari 128 responden 12,5 responden menggunakan kendaraan tidak bermotor dan 87,5 menggunakan kendaraan bermotor. Hasil uji chi square diperoleh p = 0,650 yang berarti