2.5. Model
Ada empat kategori model, yaitu : 1.
Cognitive Models Human Concepts; 2.
Normative Models Purpose Oriented; 3.
Descriptive Models Behavior Oriented; dan 4.
Functional Models Action and Control Oriented Cognitive Models merupakan model-model konseptual yang mendasari
pembuatan keputusan, perencanaan, juga bermakna sebagai usaha manusia untuk memahami dan mengontrol segala seluk-beluk yang berkaitan dengan dunianya.
Normative Models merupakan penggambaran mengenai fungsi-fungsi spesifik atau yang diinginkan, tujuan, dan sasaran sebuah sistem atau proses. Model normatif
biasanya dipakai dalam kerangka desain rekayasa dan regulasi pemerintahan. Sementara itu,
Descriptive Models dan Functional Models umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan saintifik dan teknologi Ramly, 2007.
Berdasarkan model kategori tersebut, model yang dikembangkan dalam disertasi ini mengacu pada model konseptual yakni, yang merancang model
pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Padanglawas yang dapat menguraikan pola kebijakan dalam pengelolaan.
2.6. Nilai
Potensi Kawasan Cagar Budaya Padanglawas dapat diketahui dari beberapa kriteria dari nilai seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Kriteria Nilai
Nilai Mengapa
Arkeologi dan Sejarah
• bukti tingkat peradaban daerah yang belum dikenal • tingkat pelestarian yang tinggi
• bantuan dari pendanaan Kelangkaan
• urutan biara atau situs yang diketahui dari periodesasi daerah yang relatif kecil
• peninggalan khusus bagi kesenian Lansekap
• tata guna lahan adalah ciri khusus • pertanian terus menerus yang digunakan sebagai lansekap
Ilmu Peng. • tingkat dan kualitas dari informasi biara atau situs
Kebudayaan • sejarah awal tradisi yang merupakan kelanjutan, mencakup
suatu kehidupan, pembuatan gerabah dan keranjang Pendidikan
• keuntungan di dalam pembelajaran pengalaman • interaksi dengan para arkeolog, dalam proses arkeologi
• hubungan dengan sekolah lokal dan nasional • tingkat perkembangan profesi dan pelatihan
Masyarakat • mempunyai arti dalam hubungan lokal pada mitos lokal,
dahulu dan sekarang • identifikasi lokal dan kebanggaan biara dan situs
Ekonomi • menciptakan lapangan kerja melalui penggalian biarasitus
• manfaat penggalian bagi masyarakat lokal • meningkatkan kepariwisataan biara, situs dan kawasan
• barang-barang dagangan • memasukan investasi ke daerah sebagai hak dari nilai
sebuah biara atau situs Kepariwisataan
• atraksi wisata • perkembangan wisata berhubungan dengan pelayanan
• memikat wisatawan dengan produk-produk daerah • menambah nilai-nilai dan mengenalkan situs sejarah yang
lain dan situs arkeologi di daerah Politik
• biara dan situs sebagai daerah tujuan untuk meningkatkan profil tingkat kunjungan
• asosiasi politik dengan biara dan situs • penggunaan situs sebagai simbol nasional
Simbolik • inspirasi bagi para artis, penulis dan designer
Spiritual • makna biara atau situs bagi kepercayaan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Setelah mengetahui nilai Kawasan Cagar Budaya Padanglawas, diperlukan langkah-langkah dalam mengelolanya, seperti diuraikan di bagan bawah ini.
1. Identifikasi dan deskripsi
Pengumpulan datainformasi 1.1
Tujuan Apa yang menjadi
tujuan dan harapan perencanaan?
1.2 Pemangku
kepentingan Siapa yang terlibat
dalam perencanaan?
1.3 Dokumentasian dan
deskripsi Apa yang dikenal dari
biarasitus dan apa yang perlu diketahui?
2. Penafsiran dan Analisis Mengadakan pemeriksaan
2.1.Nilaisignifikan kebudayaan
Mengapa biarasitus itu penting atau
mempunyai nilai dan oleh siapa dianggap
mempunyai nilai? 2.2
. Kondisi fisik
Bagaimana kondisi biarasitus
atau strukturnya dan apa yang
menjadi ancaman? 2.3. Hubungan
Pengelolaan Apa yang menjadi ketidak-
leluasaanpaksaan akhir-akhir ini dan apa keuntungan yang
didapat dari pelestarian dan pengelolaan biara dan situs?
3. Tanggapan Membuat Keputusan
3.1. Menetapkan tujuan dan kebijaksanaan Untuk apa biarasitus tersebut dilestarikan dan dikelola ?
Bagaimana nilai biarasitus jika dilestarikan? 3.2. Kumpulkan sasaran
Apa yang dilakukan untuk mewujudkan kebijaksanaan menuju suatu tindakanaksi
3.3. Strategi pengembangan Bagaimana sasarantujuan dapat diajukan dalam praktik?
3.4. Mempersatukan dan menyiapkan rencana
Peninjauan ulang berkala dan perbaikan Gambar 2.1. Langkah-langkah Pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
Peninjauan ulang berkala periodic review dan perbaikan merupakan suatu
tindakan bagi evaluasi Obyek dan Daya Tarik Wisata ODTW, yang harus dilakukan secara berkala, dan perlu sekali adanya perbaikan-perbaikan sehingga di
dalam mengelola membuahkan hasil yang maksimal. Revisi yang diharapkan, hendaknya tidak lepas memperhatikan adanya prinsip pengelolaan sejarah dan budaya
yang berpijak pada pelestarian dan mencakup 1 pemeliharaan preservation,
consevation; 2 perlindungan; 3 pendokumentasian foto, film, gambar; dan 4 daya dukung
carring capasity Setyastuti, 2005.
Catatan :
1. A museum as not-profit making, permanent institution in the service of society
and of its development, and open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits, the tangible intangible heritage of
humanity and its environments for the purposes of education, study and enjoyment. ICOM Statues, adopted by the 22
nd
General Assembly, Vienna, Austria, 24 Agugust 2007
2. Principle 1. Human beings are at the centre of concerns for sustainable
development. They are entitled to a healthy and productive life in harmony with nature Hardjasoemantri, 2005 : 585.
3. Dalam Pedoman Zonasi Situs dan Kawasan Cagar Budaya, yang dimaksud
dengan zonasi adalah salah satu upaya pelindungan Situs dan Kawasan Cagar Budaya. Dalam zonasi dilakukan penentuan batas wilayah atau daerah tertentu
untuk tujuan melindungi aspek-aspek yang memiliki nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya zonasi, diharapkan ada rambu-rambu
yang jelas dalam pengembangan dan pemanfaatan Situs dan Kawasan Cagar Budaya, sehingga dapat meminimalisasi ancaman kerusakan Situs dan Kawasan
Cagar Budaya. Zonasi situs yang selama ini dilaksanakan ternyata lebih memungkinkan
diterapkan pada situs yang memiliki areal yang luas sehingga dapat dibagi ke dalam zona inti, penyangga, pengembang, dan penunjang. Kendala muncul pada
situs-situs yang berada dalam pemukiman yang padat atau situs yang telah terlanjur dalam pengembangan tanpa mempertimbangkan pelestarian situs.
Penerapan zonasi situs terhadap situs-situs semacam itu tentunya akan berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan lazimnya. Dengan demikian pedoman zonasi yang diperlukan adalah pedoman yang dapat mengakomodir berbagai kondisi situs.
4. Dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya yang dimaksud dengan pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk
kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
Universitas Sumatera Utara
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Batasan Penelitian
Berkaitan dengan topik penelitian, maka penelitian dibatasi pada pemanfaatan tinggalan budaya di Kawasan Padanglawas, sedangkan permasalahan yang akan
diteliti dibatasi pada masalah potensi sumberdaya cagar budaya, lingkungan alam, komuniti yang bertempat tinggal di Kawasan Padanglawas dan upaya menjadikan
Kawasan Padanglawas menjadi Kawasan Pelestarian.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian berlokasi di wilayah Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara. Di kedua kabupaten ini banyak ditemui tinggalan budaya
berupa bangunan biara, makam dan tinggalan yang berupa prasasti. Adapun luas wilayah penelitian mencakup 3.892,74 km² di wilayah Kabupaten Padanglawas dan
3.918,05 km² di Kabupaten Padanglawas Utara. Jadi luas seluruh arealnya 7.810,79 km². Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009 selama dua minggu kemudian
dilanjutkan pada bulan Juni 2009 selama 3 minggu.
3.3. Alat Penelitian
3.3.1. GPS Global Positioning System
Merupakan sebuah alat digital yang digunakan untuk mengetahui posisi
Universitas Sumatera Utara