4.2.12 Biara Tandihat I
Biara Tandihat I, berada di wilayah Kelurahan Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padanglawas, terletak pada koordinat 01
˚22’25” LS dan 99˚ 45’ 12” BT. Biara Tandihat I menempati tanah padang terbuka dan bangunannya terbuat
dari bata merah. Bangunan Tandihat I berdiri di atas kaki biara yang berbentuk segi empat tanpa tangga naik. Bagian atap sudut tidak tampak, mungkin sudah runtuh.
Gambar 4.25. Biara Tandihat I dan lingkungan
Biara Tandihat I berukuran 5 meter x 5 meter dengan tinggi lebih dari 5 meter. Pintu masuk menghadap ke arah timur. Pada dinding bagian dalam terdapat lubang
yang diduga untuk menempatkan arca berukuran kecil, ukuran lubang itu adalah 25
Universitas Sumatera Utara
centimeter x 30 cm sedalam 10 cm. Di halaman sekitar biara ditemukan artefak lepas, berupa 6 buah lapik dan 2 buah alas kemuncak.
Gambar 4.26. Denah Biara Tandihat I
Lingkungan biara berupa tanah lapang, tanpa pohon besar kecuali tanaman balaka yang ada di sekitar biara. Di tempat ini juga banyak kubangan kerbau.
Lingkungan bangunan biara telah diberi pagar kawat berduri dan mempunyai satu pintu masuk, maupun dijumpai banyak tanaman kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
Di Biara Tandihat I juga pernah ditemukan prasasti pada tahun 1930. Prasasti tersebut bertuliskan aksara Prenagari dan berbahasa Sanskerta. Menurut Stutterheim
isi prasasti tersebut dihubungkan dengan upacara Tantrayana. Secara paleografis, dapat diduga bahwa prasasti itu berasal dari abad ke 13-14.
Transkripsi :
wanwawa nwanāgī
b ukāngrhūgr
h ūcitrasamasyasā
t ūnhahāhahā
h ūm
h ūhūhehai
hohauhaha o
māhhūm
10
Gambar 4.27. Prasasti Tandihat I
Penyebutan h
ū hū he hai ho hau ha ha dalam isi prasasti yang diucapkan secara berulang
-ulang, merupakan suku kata yang mengandung unsur magik magic syllabe. Ini diucapkan saat dilakukan upacara mengelilingi api ungun dengan
berteriak menyuarakan bunyi tetentu seperti di dalam prasasti Tandihat I. Di Biara Tandihat I ditemukan relief yang menggambarkan figur manusia yang
sedang menari dan membawa gendang yang diletakkan di pinggang si penabuh, dan
Universitas Sumatera Utara
kedua tangan digambarkan dalam posisi menabuh gendang tersebut
Schnitger,1938 dan hasil survei ke lokasi pada tahun 2007. Gendang – alat musik pukul termasuk golongan membranofon, dan gendang
dalam sejarah musik telah dikenal sejak jaman weda. Dalam Atharvaveda sudah
digunakan sebuah kalimat pemujaan kepada gendang dundubbi oleh masyarakat
India, alat ini terbuat dari kayu dan jika dipukul, bunyinya dilambangkan seperti pahlawan menghancurkan musuh-musuh. Para dewa menghancurkan musuh-
musuhnya dengan bunyi dundubbi Ferdinandus, 2003. Serta bunyi gendang
mempunyai effek psikologis terhadap manusia sehingga sering digunakan dalam upacara. Karena kandungan daya magisnya yang memukau, tidak jarang bila gendang
ditabuh dengan irama tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi tidak sadar diri. Dalam upacara
bhairava-raga dan tantrayana bunyi gendang memegang peranan penting Setianingsih: 2008.
4.2.13 Biara Tandihat II