semua biarasitus cagar budaya di Kawasan Padang Lawas dibangun secara tidak memusat kosentris, melainkan berada memanjang sepanjang aliran sungai.
Pola pendirian biarasitus cagar budaya yang memanjang mengikuti aliran sungai tersebut sesuai dengan konsep agama Hindu dan Budha, dimana pendirian
bangunan harus dekat dengan air tirtha, air dianggap sebagai sumber kehidupan dan
salah satu sarana upacara yang dilakukan oleh umat Hindu dan Budha. Serta diketahui bahwa pada abad XIII dan XIV, sarana jalan melalui darat belum ada, dan
masyarakat masih menggunakan sungai sebagai sarana transportasi. Hal ini diperkuat dengan data yang ada di prasasti Batu Gana I yang menyebutkan kata ’
mahilir’ yang artinya pergi ke hilir dengan menggunakan perahu.
Dari masing-masing klaster tersebut akan terlihat pula hasil analisis, dan akan diuraikan di bawah ini.
4.6.1. Klaster I Peta dapat dilihat pada lampiran 11
Hasil analisis terhadap variabel pola aliran dan biarasitus cagar budaya atau penggabungan antara dua penyebaran, yakni pola aliran dan biarasitus cagar
budaya menjadi satu memperlihatkan bahwa ke enam biarasitus cagar budaya terletak di dekat aliran sungai yakni, Situs Batu Gana terletak di
dekat aliran Sungai Sirumambe ± 100 m; situs Aek Korsik berada 150 m dari Sungai Sirumambe; situs Aek Tolong Huta Jae berada 5000 m dari
aliran Sungai Sirumambe, situs Lobu Dolok berada 500 m dari aliran Sungai Panantanan; situs Si Soldop terletak 5000 m dari aliran Sungai Sirumambe
dan situs Padangbujur berada 200 m dari aliran Sungai Sirumambe.
Universitas Sumatera Utara
a. Hasil analisis terhadap variabel biarasitus cagar budaya dengan penduduk
pemukiman Hasil analisis terhadap variabel pola aliran dan biarasitus cagar budaya atau penggabungan antara dua penyebaran, yakni pola aliran dan
biarasitus cagar budaya menjadi satu memperlihatkan bahwa bahwa situs Aek Korsik; situs Si Soldop; situs Padangbujur; situs Aek Tolong Huta Jae
dan situs Padangbujur terletak jauh dari pemukiman penduduk. Pada klaster I ini hanya situs Batu Gana saja yang berada dekat dengan pemukiman
penduduk. b.
Hasil analisis terhadap variabel biarasitus cagar budaya dengan tata guna lahan atau penggabungan antara dua penyebaran, biarasitus cagar budaya
dengan tata guna lahan menjadi satu memperlihatkan bahwa bahwa ke enam situs tersebut masih berada jauh dari kebun, tegalan dan perkebunan. Jika
dilihat bahwa hanya situs Batu Gana saja yang dekat dengan penduduk, ternyata kebun, tegalan dan perkebunan pun masih jauh dari biarasitus cagar
budaya. c.
Hasil analisis terhadap variabel biarasitus cagar budaya dengan jalan atau penggabungan antara dua penyebaran biarasitus cagar budaya dengan jalan
menjadi satu memperlihatkan bahwa memperlihatkan bahwa dari ke enam situs yang ada di klaster I, lima situs berada jauh dari jalan desa, hanya situs
Batu Gana saja yang dekat dengan jalan desa.
Universitas Sumatera Utara
4.6.2. Klaster II Peta dapat dilihat pada lampiran 12