Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

16 3. Bekatul adalah kulit paling luar dari beras dan kulit paling dalam dari sekam yang sudah terkelupas melalui proses penggilingan. 4. Menir adalah beras yang hancur kecil-kecil karena proses penggilingan terhadap gabah yang dilakukan beberapa kali, patahan beras mencapai 13 bagian dari beras utuh.

1.3. Penelitian Terdahulu

Rosmawati 2007 melakukan kajian tentang analisis kelayakan investasi pengusahaan penggilingan padi dengan studi kasus beberapa penggilingan padi yang ada di Kabupaten Karawang. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang dari sisi investasi baik untuk aspek non finansial maupun aspek finansial. Penelitian ini melakukan analisis terhadap aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial. Sedangkan untuk aspek finansial, peneliti melakukan kajian kelayakan dengan menganalisis NPV Net Present Value, Net BC Net BenefitCost, IRR Internal Rate Return dan PP Payback Periode untuk ketiga skala penggilingan padi yang diteliti. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa pada penggilingan padi kecil PPK NPV sebesar Rp. 175.228.679, Net BC adalah 2,4, IRR sebesar 33,59 persen dan waktu PP adalah 5 tahun 6 bulan. Pada penggilingan skala sedang PPM, nilai NPV adalah sebesar Rp. 805.401.116, Net BC adalah 2,1, IRR sebesar 31,18 persen dan waktu PP adalah 6 tahun 1 bulan. Sedangkan pada penggilingan padi skala besar PPB nilai NPV sebesar Rp.9.825.060.859, Net BC adalah 3,1, IRR sebesar 43,35 persen dan waktu PP adalah 3 tahun 4 bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati 2007, dapat diketahui bahwa penggilingan padi besar mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang sangat besar. Hal tersebut dikarenakan dukungan dari modal dan teknologi yang digunakan, sehingga mampu berproduksi secara optimal dan menghasilkan keuntungan yang besar. Pada penggilingan padi skala kecil, walaupun masih menunjukan kelayakan, akan tetapi nilai pengembalian yang diperolah jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan penggilingan padi skala 17 sedang. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh penggunaan teknologi oleh penggilingan padi skala kecil yaitu hanya dua mesin penggilingan dengan penggunaan mesin yang relatif sudah tua. Arimanto 2008 melakukan penelitian mengenai analisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi di kelompok tani Suka Tani, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk mempelajari proses produksi beras pada penggilingan padi kecil PPK dan menganalisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi sehingga usaha tersebut dapat berjalan pada jalur yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Selain itu penelitiannya juga bertujuan untuk melihat pengruh dari perubahan- perubahan yang mungkin terjadi melalui metode analisis sensitivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis titik impas. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa pengusahaan penggilingan padi yang diteliti layak untuk dikembangkan dengan nilai kriteria investasi seperti NPV sebesar Rp. 39.782.468,-, nilai IRR sebesar 43,78 persen dan BC Ratio sebesar 2,57. Kelayakan penggilingan tersebut dikarenakan jumlah giling setiap tahunnya selalu tinggi. Adapun dalam perhitungan dengan analisis sensitivitas diketahui bahwa 3 variabel yang memiliki pengaruh cukup besar antara lain kenaikan harga bahan baku solar, kenaikan upah pekerja dan penurunan jumlah giling tahunan rata-rata. Rosiana 2008 melakukan penelitian mengenai kelayakan pengembangan usaha akarwangi Andropogon zizanoid pada kondisi risiko di Kabupaten Garut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha akarwangi di Kabupaten Garut dan menganalisis dampak adanya risiko volume produksi dan harga output terhadap kelayakan usaha akarwangi di Kabupaten Garut. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa peneliti melakukan kajian terhadap aspek-aspek finansial dan non finansial untuk melihat kelayakan usaha akarwangi. Kajian aspek non finansial terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dilihat berdasarkan kriteria investasi dan penilaian investasi terhadap risiko,kriteria investasi tersebut antara lain NPV Net Present Value, Net BC Net BenefitCost, IRR Internal Rate Return dan PP Payback Periode. Berdasarkan 18 NPV yang telah diperoleh dari hasil perhitungan peneliti, diketahui setiap risiko pada kondisi tertinggi, normal dan terendah akan didapatkan NPV yang diharapkan. Dalam hal ini, pendapatan petani dan penyulingan setiap bulannya akan diketahui dari nilai NPV yang diharapkan. Selain NPV yang diharapkan, peneliti juga melakukan penilaian dan tingkat risiko yang terjadi pada pengusahaan akarwangi dapat dilihat dari standar deviasi dan koefisien variasi,kemudian dapat disimpulkan apakah pengusahaan akarwangi layak atau tidak untuk diusahakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosiana 2008, bahwa pengusahaan akar wangi ini memiliki tingkat risiko yang lebih besar pada gabungan antara risiko harga output dan risiko produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada kegiatan pengusahaan akar wangi, selain memiliki tingkat pengembalian yang cukup besar yaitu mencapai Rp.1.139.179 untuk kegiatan budidaya dan Rp.1.030.118.304 untuk kegiatan penyulingan,usaha ini juga memiliki risiko yang tinggi khususnya pada risiko produksi. Sari 2010 melakukan penelitian mengenai kelayakan usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas pada kondisi risiko. Penelitian tersebut bertempat di Reaktor Skala 7 m 3 , KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aspek-aspek utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek teknis,aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,sosial ekonomi dan lingkungan serta finansial. Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan kajian terhadap manfaat bersih tambahan yang dihasilkan dari usaha KUD Giri Tani. Usaha sapi perah berdasarkan penelitian merupakan salah satu usaha yang rentan terhadap risiko, baik risiko harga dari input maupun output. Selain itu risiko lain yang dihadapi adalah risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko tersebut dapat mempengaruhi kelayakan dari usaha peternakan,sehingga perlu dilakukan suatu perhitungan secara finansial yakni dengan analisis skenario. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, seluruh aspek non finansial layak untuk dijalankan kecuali pada aspek lingkungan. Pada aspek lingkungan, usaha peternakan sapi perah belum layak untuk dijalankan karena limbah ternak yang dihasilkan belum dapat tertampung seluruhnya. Usaha peternakan sapi perah skala 19 besar secara finansial layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi nilai NPV menunjukan Rp.366.648.484,00 yang berarti usaha tersebut memberikan manfaat bersih sebesar Rp.366.648.484,00 selama umur usaha. Sementara itu nilai IRR sebesar 22,01 persen yang menunjukan besarnya tingkat pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 23,01 persen dari modal yang diinvestasikan. Net BC usaha ini sebesar 1,72 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar 1,72 satuan. Sedangkan waktu pengembalian dari nilai investasi adalah lima tahun satu bulan. Riesti 2010 melakukan kajian tentang kelayakan usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas pada kondisi risiko. Penelitian tersebut bertempat di Reaktor Skala 5 m 3 Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang bisa diambil antara lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian, dan objek penelitian yang digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek penelitian yang sama penggilingan padi yang diteliti oleh Rosmawati 2007, dan Arimanto 2008. Selain itu, persamaan , KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dari aspek finansial dan aspek non finansial. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji dampak adanya risiko pada usaha peternakan sapi perah. Penelitian ini serupa dengan yang dilakukan oleh Sari 2010, namum memiliki perbedaan yaitu pada skala reaktor yang diteliti. Penelitian tersebut melakukan analisis untuk kelayakannya non finansial terhadap beberapa aspek yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial lingkungan. Pada aspek finansial peneliti melakukan analisis kelayakan dengan menggunakan NPV Net Present Value, Net BC Net BenefitCost, IRR Internal Rate Return dan PP Payback Periode, serta perhitungan untuk Incremental Net Benefit. Penelitian ini menghasilkan NPV sebesar Rp. 82.401.004,07, dengan demikian selama umur usaha peternakan sapi perah ini mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp.82.401.004,07. Penelitian ini juga memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi pada kegiatan produksi susu yaitu dengan nilai koefisien variasi sebesar 1,03. 20 lain dengan penelitian terdahulu adalah metode yang digunakan serta alat analisis kelayakan usaha yaitu judgment sampling dan kriteria kelayakan investasi seperti NPV Net Present Value, Net BC Net BenefitCost, IRR Internal Rate Return dan PP Payback Periode yang diteliti oleh Rosiana 2008, Arimanto 2009, Sari 2010 dan Riesti 2010. Penelitian ini memiliki persamaan dengan terdahulu yaitu sama-sama meneliti objek penelitian dengan menggunakan analisis skenario untuk mengetahui kelayakan yang memiliki kondisi risiko dan penelitian tersebut dilakukan oleh Sari 2010, Riesti 2010 dan Rosiana 2008. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati 2007 menganalisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang tidak pada kondisi risiko sedangkan penelitian ini menganalisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi pada kondisi risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Arimanto 2008 memiliki perbedaan dalam penggunaan metode yang digunakan yaitu Metode Analisis Titik Impas sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan analsis sensitivitas.

III. KERANGKA PEMIKIRAN